MINIMALISM PARENTING RUMAH TUMBUH

9th Anniversary : Kilas Balik Sembilan Tahun Pernikahan Keluarga Berbenah

19 Agustus hari ini tepat pernikahan kami di usia sembilan tahun. Menikah di tahun 2014 silam, setelah hari kemerdekaan (bahkan suami di perjalanan menuju ke Lumajang di tanggal 17 Agustus), kami melangsungkan akad pernikahan yang sebelumnya tanpa ada proses lamaran (karena melamar hanya melalui telepon). Pernikahan yang super minimalis, tanpa seserahan dan aneka tetek bengek yang biasanya merumitkan serta memusingkan. Kondisi saat itu juga masih sama-sama lulus S1 sehingga wajar saja kalau budgeting pun sangat sederhana. Pernah aku tulis di post blog juga.

Kini, kondisi kami Alhamdulillah, Allah berikah kemudahan-kemudahan. Awalnya aku ingin merayakan ini di kampung halaman, Lumajang. Karena sejak 14 Juli lalu sudah mudik dan memang sengaja lama untuk memperbaiki rumah disana. Tapi qaddarullahu wamasya’faal, ada kejadian di luar prediksi yang tidak bisa membuat aku berlama-lama disana. Sehingga, sepekan sebelum jadwal kereta pulang, aku pergi ke Surabaya dulu, menginap 7 hari di teman dan sisanya sekitar 3 hari setelah suami menjemput, kami menginap di homestay. Padahal semulanya, ingin merayakan syukuran pernikahan di kampung halaman, sekaligus nostalgia (yang walaupun ketika malam harinya ada kejadian yang tak mengenakkan dari Ibu yang memang suka sekali menegur sesuatu tanpa melihat kondisi psikis diri). Dan ternyata looping lagi, tapi yasudah, qaddarullah. Mudah-mudahan ini jalan yang terbaik.

Di Surabaya ini, jadi re-memorizing lagi segala perjuangan di kampus perjuangan. Lika-liku hidupku yang sejak dulu memang seperti itu, penuh onak duri dan hari-hari yang pilu. Tapi kini aku bersyukur, dengan begitulah diri ini bisa mengambil hikmah yang bisa diambil untuk melangkah lebih ke depannya.

Dear suamiku, thank you, sudah mau memahami, mengerti dan menemani diri ini apapun kondisinya. Bahkan ketika badai suara inner child meminta pertolongan, dengan sigap melapangkan dada dan memberi bantuan. Bagiku, tak semua orang bisa, bahkan dulu aku diprediksi oleh seorang sahabat bahwa aku tak akan bisa menikah, bahkan menikah pun tak akan bertahan lama karena dia memandang inner child aku ini sungguh mengerikan adanya.

Tapi lihat, kebijaksanaan dari sebuah Sang Pencipta, bahwa Allah senantiasa berjanji bahwa pada setiap kesulitan selalu ada dan diiringi kemudahan. Di kala hati bergejolak ternyata Allah berikan banyak jalan dan aneka keringanan yang tak terbayangkan. Termasuk keluarga Mbak Onish yang welcomed saat agenda nginap dimajukan dan jadi lama disana. Diri ini hanya bisa dan mampu mendoakan, mudah-mudahan segala yang telah dikeluarkan, Allah gantikan dengan aneka kebaikan dan keberkahan.

Sembilan tahun bukanlah waktu yang singkat, ibarat sekolah, sudah seperti kuliah S1-S3. Menjadi doktor bahkan guru besar. Namun dari pernikahan ini, justru belajarnya melebihi itu semua. Targetnya bukan lulus akademik atau dunia lagi tapi bagaimana bisa berjalan menuju surga bersama sekeluarga. Amiin. Berharap kami berdua bisa bertumbuh bersama hingga jannah-Nya, negeri keabadian.

Kalau mau kilas balik, rasanya ini yang aku tangkap dari perjalanan berbenah.

  • Tahun 2014 : minimalist wedding.
  • Tahun 2015 : konsep 5R & kelahiran anak pertama.
  • Tahun 2016 : belajar jualan online, omzet oke tapi hak anak untuk dibersamai terasa kurang. Suka beli barang preloved dan agak impulsif.
  • Tahun 2017 : berbenah KonMari. Kembali minimalist.
  • Tahun 2018 : terbit buku KonMari Mengubah Hidupku. Mulai hidup sadar alam.
  • Tahun 2019 : terbit buku Gemar Rapi. Membuat akun podcast Suara Inner Child. Membuat akun ecobrick Bogor.
  • Tahun 2020 : membangun rumah tumbuh. Membuat akun Muslim Hidup Minimalis.
  • Tahun 2021 : menghuni rumah tumbuh. Membuat akun Rumah Tumbuh Baity Jannaty.
  • Tahun 2022 : belajar di akademi Al-Fatih, akademi Qur’an dan ilmu kesehatan holistik.
  • Tahun 2023 : belajar di Akademi Siroh, mendalami Trauma’s Wisdom, mudik dan LDR untuk pertama kalinya di bulan Juli-Agustus, ternyata sulit ya.

Dear suami, terima kasih banyak. Mudah-mudahan apa yang telah dikeluarkan selama mudik ini, Allah ganti dengan ganti kondisi keuangan yang lebih baik dan berkah berlimpah, amin.

Mungkin itu saja, intinya kangen sudah terobati sejak berjumpa lagi. Pelajaran banget untukku, ternyata aku tak mampu jika ditinggal suami, at least kayak LDR lama-lama. Sebulan-an mudik saja, rasanya udah gak karuan. Subhanallah.

Happy 9th anniversary untuk kita 🙂 @aanghudaya

P.S : ini ada artikel bagus banget buat kita yang ingin berelasi sehat dengan pasangan.

https://greatmind.id/article/seni-relasi-sehat

Tinggalkan Balasan