Tuntas 17 hari, bukan berarti saya bisa menyimpulkan pula anak ini fixed memiliki gaya belajar apa.
Tentu selama pengamatan, saya ketahui dan baca Syahid -untuk saat ini- dominan di kinestetik auditori. Visual juga, hehe.
Dari 100% jika dipecah mungkin 60% kinestetik, 20% auditori dan 20% visual. Tapi ini enggak fixed juga, mudah-mudahan ada perubahan lagi *ngarep wkwkkw.
Gimana rasanya mendampingi anak untuk diamati gaya belajarnya?
Lelah tentu, tapi hepi juga ketika ada perubahan dan sikap yang lebih baik dibandingkan sebelumnya yang cenderung random.
Saya termasuk ortu yang selow agar anak bisa ini dan itu di masa balitanya, karena saya yakin kelak kognisi atau kecerdasan yang lain -yang saat ini belum saya ajarkan- akan berkembang seiring waktu berjalan usianya.
Bagi saya, terutama karena anak laki-laki, Syahid ini penting diajarkan untuk bisa menata emosi dulu. Intinya biar dia lebih nyaman dengan sikap dan tahu bagaimana merespons sesuatu dengan benar. Tentu ini bagian dari saya juga yang ikut belajar, karena dari anak pula saya yang justru jadi lebih giat belajarnya.
Dari pemaparan terakhir diskusi, untuk anak balita memang sebaiknya dipuaskan dulu untuk explore. Lebih utama mengasah sensoris dan motoriknya, kemudian emosi, kemampuan berbahasa dibandingkan yang lain-lain. Sebab kognisi akan otomatis masuk ketika usia anak siap untuk sekolah (rata-rata 7 tahun).
Dan saya masih yakin, segalanya bisa diubah dan berubah atas izin Allah karena tidak ada masa emas hanya untuk usia tertentu saja, tapi rewiring itu ada hingga akhir hayat.
Saya suka nonton TEDx-Talks, salah satunya ini yang membahas tentang brain.
Penemuan riset terbaru juga menyatakan demikian (hari ini sempat saya bahas di story Instagram pribadi juga) bahwa setiap sel saraf itu bisa tumbuh terus selama kita mau merangsangnya.
Alhamdulillah, saya jadi sedikit lebih lega ketika ada hal-hal yang kurang baik -baik di diri maupun anak atau lingkungan- yang tertanam selama ini, bisa saya perbaiki sebab hal diatas.
Akhir kata, game lavel 4 ini super awesome. Sebab mengamati gaya belajar membuat diri pribadi tidak terpaku pada satu gaya saja, namun mampu lebih memahami anak bahwa gaya belajarnya memang bisa berbeda dengan saya. Maka, semoga membawa diri ini lebih bijak dalam bersikap lagi dari hari ke hari.
Amiin.