Bismillah, hari ini, jum’at berkah, sebelum agenda padat merayap hari ini. InsyaaAllah pagi nanti hingga menjelang shalat jum’at saya diminta untuk talkshow melalui micorsoft team kepada para kolega dan karyawan sebuah perusahaan secara daring. Pertama kalinya di tahun 2021 ini. Selama pandemi, saya memang jarang mengisi kegiatan sharing selain di platform whatsapp grup ataupun zoom.
Untuk ms.Team, ini pertama kalinya saya harus tampil. Maka, persiapan pagi ini saya gunakan untuk hal itu. Dan agenda siang hingga malam nanti cukup penuh juga, maka saya dahulukan membuat aliran rasa ini (sekalian buat setor tulisan Klip dan juga rulis IP Bogor hari ke-5 – sekali dayung, dua – tiga pulau terlampaui).
Saya mulai dari mana ya? Sepertinya perlu kilas balik dari awal mula. Mulai dari transcity, menunggu di tahun 2020 dengan penuh rasa sabar sekaligus penasaran. Saya bukan termasuk orang yang kepo akurat sih, hanya mengetahui secara garis besar saja tahapan kelas ini, sebagaimana kupu-kupu bermetamorfosis – telur- ulat- kepompong -kupu-kupu. Untuk hal teknis, saya benar-benar belum ada bayangan saat itu. Hingga pada akhirnya saya masuk ke sebuah grup regu, di sanalah mulai terlihat begitu semarak. Beberapa diantaranya ada siswa remedial yang tidak segan berbagi alurnya dan bersedia memberi jawaban ketika ditanya.
Agar lebih ‘dramastis’ #eaaaaak, saya bagi saya kedalam 3 cerita setiap telur.
Telur Hijau
Ketika diminta untuk menjabarkan kekuatan serta aktifitas yang disuka di tahap ini, rasanya campur-aduk. Saya tergerak untuk membuka kembali tugas NHW 7 di kelas Matrikulasi yang dulu pernah saya jabarkan kekuatan dan bakat hasil dari tes talents mapping berbayar. Hasilnya masih sama saya rasakan. Dan kemudian saya turunkan kedalam lima aktifitas.

Namun, rasa-rasanya jika harus ditetaskan, saya harus memilih satu telur saja. Maka, setelah memasuki tahap berikutnya, saya revisi telur hijau saya menjadi satu telur saja.

Ya, saya hanya memilih aktifitas menerbitkan buku di telur hijau. Alasannya karena selain saya punya tanggungan naskah buku yang belum saya selesaikan, hal ini menjadi komitmen diri di tahun 2021 untuk mau ‘keluar’ dari zona nyaman. Jika selama ini menulis buku by mood, maka untuk naik ke level profesional, saya harus mengubah hal tersebut.
Tahap telur hijau inilah yang menjadi panduan diri untuk membuat telur lainnya selaras dengannya.
Oia, out of the topic, di tahap ini saya kehilangan satu teman dari regional Bogor. Sedih rasanya. Cukup sepele, teman saya sudah mengerjakan tugas jauh-jauh hari namun tulisannya tidak tersubmit sebab sinyal dan lupa tidak cek sebelum due date terlalui. Saya sendiri merasa hal ini bisa ditolerir, kecuali dia tidak mengerjakan tugas, dan didalam pikiran saya, proses eliminasi itu terjadi jika sudah memasuki tahap selanjutnya. Ternyata tidak demikian. Maka hal ini menjadi pelajaran berharga untuk saya. Walau saya bukan ketua regu, rasanya kehilangan satu orang teman dalam memperjuangkan kelas, tetap tidak rela saja.
Dari hal tersebut, saya pun membuka file Drive google saya. Saya utak atik spread sheet di sana. Saya buatkan form cek untuk semua anggota, semoga dengan adanya form itu, tak ada lagi yang kecolongan. Karena saat itu, dari pusat baru hanya ada file submit dan rekap yang panjang sekali. Sementara untuk file memanjang belum disediakan.

Dan rekap di Drive itulah yang kini menjadi back-up grup Mahira (regu 5) untuk cek apakah link teman-teman sudah bisa dibuka, tersubmit dan sesuai dengan arahan. Tentu dalam hal ini teman koordinator dan koordinator yang berperan aktif, bergantian setiap pekan untuk cek tugas sebelum hari Senin pukul 9 pagi.
((ketika mengetik tugas di pagi ini, keyboard laptop saya mulai error. Maka saya pindah ke hape π rasanya ngetik aliran rasa ini sendiri pun, random sekali rasanya. Kayaknya nanti talkshow saya harus meminjam laptop suami. #curcol))
Telur Merah
Telur merah merupakan telur yang berisi keterampilan yang PENTING & MENDESAK. Dimana maksimal di sini hanya 5 butir saja yang dipilih, mengingat agenda buncek juga terbatasi waktu.
Sebenarnya, saya sempat out of the box saat mengisi telur merah. Karena fokus kepala saya kepada hal yang penting dan mendesak, dan saya membuat jurnalnya berdasar peran saya sebagai individu, istri dan ibu, maka saya pun bertanya serta diskusi ke suami terkait hal yang penting itu. Dan di sana terjawab aktifitas yang sebenarnya tak ada sangkut pautnya dengan telur hijau yaitu memasak. Karena didukung dengan kondisi baru pindah rumah, dapur baru, saya pun penuh semangat memasukkan telur merah saya seperti ini :

Sehingga ada satu keterampilan yang ingin saya kuasai juga di sana padahal itu bukan kekuatan saya, yaitu meal planning alias membuat menu dalam proses menyediakan makanan (tentu keterampilan memasak di sini juga diuji). #awkward ya wkwkwk.
Saking semangatnya, saya juga sempat chat ke suami kalau saya ingin belajar masak langsung kepadanya. Karena bakat dan keahliannya. Suami tentu senang sekali. Namun setelah memasuki tahap telur oranye, saya mulai berpikir bahwa saya salah arah dalam menuliskan telur merah saya. Dan akhirnya saya revisi.
Dari telur hijau lalu, saya kembali merenung. Aktifitas yang mendukung saya untuk menerbitkan buku sebenarnya berkaitan dengan skills menata waktu. Maka, saya pun memilih dua keterampilan untuk mendukung tujuan tersebut. Yaitu manajemen waktu dan kecepatan menulis.

Telur Oranye
Di tahap ini, saya tinggal meneruskan saja. Apa yang saya fokuskan dari telur hijau dan merah. Hasilnya adalah sebuah grand design yang harapannya bisa saya pelajari, rumuskan, terapkan, terampilkan dan bagikan di akhir kelas buncek nanti yaitu : manajemen waktu untuk seorang yang berprofesi sebagai penulis. Karena saya menyadari tidak mudah bagi seorang ibu, istri sekaligus anggota masyarakat untuk membagi waktu terhadap aktifitas menulis yang prosesnya panjang.
Mulai dari proses riset, swa sunting, menulis ulang, hingga saat naskah berada di meja penerbit (terutama penerbit mayor) yang saya rasakan banyak sekali pembelajarannya. Dan menurut mentor saya, tidak ada buku yang buruk, namun tulisan yang belum mencapai tamat (belum selesai) itulah yang buruk. Dalam hati saya, ini mah beneran nyindir saya wkwkwkwk. Sudah membuat draft dari kapan, sampai sekarang belum saya selesaikan.
Target saya untuk 6 bulan ini, semoga 3 naskah buku yang terbengkalai, bisa saya rampungkan. Amiin.

Semua bahan belajar, guru, kelas, jurnal, sudah saya siapkan. Peta belajar pun siap sedia untuk direalisasikan. Hanya menunggu waktu. Bismillah. Semoga dimudahkan.

Untuk mendukung skills berbahasa asing, selain memang sumber yang saya gunakan nanti 99% dalam literatur berbahasa Inggris, di komplek pun saya bergabung untuk belajar bahasa bersama para tetangga setiap dua pekan sekali. Semoga kemampuan (terutama speak in english) tersebut bisa terasah. Untuk keterampilan lain, rasanya akan bisa terjalin selama time management saya oke. Maka, saya perbaiki dulu di akar masalahnya ini. Untuk hasil InsyaaAllah akan mengikuti prosesnya nanti.
Semangat!