DAILY

Belajar dari ‘Kun Anta’

Pagi ini, saya sudah ada janji untuk mentee kepenulisan sekitar pukul 10. Sejam sebelumnya, saya membuka ponsel dan mendapati ada sebuah panggilan, guru TK anak. Karena saya harus membereskan dapur, menyapu dan mandi terlebih dahulu, maka saya abaikan. Yang saya tahu, anak sudah berangkat ke sekolah walaupun harus ada ‘drama’ terlebih dahulu, nggak mau menggunakan pakaian sesuai yang disarankan hari ini.

Singkat cerita, saya mendapat kiriman video anak menari di atas pentas. Kaget sekaligus terharu, walau hanya bergerak kesana kemari mengikuti instruksi, saya melihat dia sudah memiliki keberanian untuk tampil di depan umum. Sebuah kemajuan yang signifikan. Tarian yang dibawa adalah kun anta, bersama teman-temannya.

Dokumentasi video saya unggah di laman instagram TV.

Saya sudah lama mendengar lagu ini, seliweran kadang di beranda media sosial, sebagai backsound video-video para konten kreator. Namun, untuk menggali siapa yang menyanyi, isinya tentang apa, saya jadi penasaran. Hari ini pun saya menguliknya.

Tentang Kun Anta

Lagu ‘Kun Anta’ dibawakan oleh Humood Alkhudher di album Aseer Ahsan tahun 2015 silam. Sebab yang membawakan orang Arab, tentu berbahasa Arab juga kan, di sinilah saya tak paham. Kira-kira ia menceritakan tentang apa?

Daripada penasaran, saya mencari vidio klip aslinya, dirilis Februari 2016, ada di youtube.

Dari tampilan video, terpampang jelas makna dari lagu. Sebuah etalase yang menampilkan ‘kemewahan’ namun sejatinya hanyalah fatamorgana. Seseorang tak perlu menjadi orang lain agar terlihat keren. “Jadilah diri sendiri, be yourself.” Kira-kira begitulah pesannya.

Lirik Kun Anta

Arabic

Liujarihim qoldat tu zohiru ma fihim
Pabadautu shakhson a khar kai atafa khar
Wa zonan tu ana anni bizalika huztu ghina
Fawajad tu anni kha sir fatilka mazohir

La la La nahtajul ma la
Kai nazdada jama la
Jauharna huna
Fi qalbi talala La la
Nurdhin nasi bima la
Nardhohu la na ha la
Za ka jamaluna Yasmu yataa la
Kun anta tazdada jamala

Attaqabbalhum anna su lastu qalliduhum Illa bima yurdhi ni kai urdhi ni
Sa akunu ana mithli tamaman hazana
Fakona a ti takfini za ka yaqi ni

La la La nahtajul ma la Kai nazdada jama la
Jauharna huna
Fi qalbi talala
La la Nurdhin nasi bima la
Nardhohu la na ha la Za ka jamaluna
Yasmu yataa la
Kun anta tazdada jamala

Saakunu ana man ardho ana lan asa la liri dhohum
Waakunu ana ma ahwa ana ma li wama liridhohum
Saakunu ana man ardho ana lan asa la liri dhohum
Waakunu ana ma ahwa ana lan ardho ana biridhohum

La la La nahtajul ma la
Kai nazdada jama la
Jauharna huna
Fi qalbi talala
La la Nurdhin nasi bima la
Nardhohu la na ha la
Za ka jamaluna Yasmu yataa la
Kun anta tazdada jamala

Indonesian (Jadilah diri Sendiri)

Ingin diriku jadi seperti mereka
Agar aku berharga bisa berbangga
Dulu ku sangka ku kan dapatkan semuanya
Kiranya aku salah ternyata salah

Bukan kau tak perlu harta
Untuk jadi sempurna
Permata indah hanya di dalam jiwa

Bukan bukan karna harta
Kau akan jadi berharga
Hati yang mulia itulah kuncinya

oh wo oh oh oh wo oh oh
Jadilah diri sendiri
oh wo oh oh oh wo oh oh
Kun anta tazdad jamala
Lalalala Lalala

Ku bahagia bukan menjadi dirinya
Tapi apa adanya
Hanya adanya

Kini ku jadi
Jadi diriku sendiri
Kurasa ini hati
Ya itu pasti

Bukan kau tak perlu harta
Untuk jadi sempurna
Permata indah hanya di dalam jiwa

Bukan bukan karna harta
Kau akan jadi berharga
Hati yang mulia itulah kuncinya

oh wo oh oh oh wo oh oh
Jadilah diri sendiri
oh wo oh oh oh wo oh oh

Jadi diriku semampuku
Bukan jadi dirinya
Jadi diriku inilah aku
Tidak karna dirinya

Jadi diriku semampuku
Bukan jadi dirinya
Jadi diriku inilah aku
Tidak karna dirinya

Bukan kau tak perlu harta
Untuk jadi sempurna
Permata indah hanya di dalam jiwa

Bukan bukan karna harta
Kau akan jadi berharga
Hati yang mulia itulah kuncinya

oh wo oh oh oh wo oh oh
Jadilah diri sendiri
oh wo oh oh oh wo oh oh
Kun anta tazdad jamala

Mencukupkan Diri.

Kun-Anta atau ‘be yourself’ memberikan banyak insight pada diri saya bahwa dunia ini tak seperti apa yang ditampilkan oleh media, oleh penampilan yang tampak ‘wah’. Semua kembali ke individu, kepada kemuliaan akhlak, jiwanya, percaya diri dan tak perlu menyenangkan orang lain untuk bisa ‘dipandang’. Untuk apa ini semua? mengejar dunia hanya demi kesombongan sesungguhnya kalah telak karena penampilan itu sendiri.

Garis besar dari lagu ini, saya highlight pada satu kata ‘mencukupkan diri’. Cukup Allah saja baginya. Kenapa? Karena selama diri tak merasa cukup, tak akan pandai mensyukuri nikmat yang Allah beri setiap saat. Sebagai contoh, seseorang hidup tenang tatkala hanya memiliki 1 buah toko yang menjadi sumber penghasilannya, tatkala ia membuka cabang ratusan toko, bukannya semakin tenang, malah emosi, amarah, temperamen meningkat. Inilah definisi ‘diperbudak oleh dunia’. Lantas, apakah kita tidak boleh demikian? Ya tentu boleh saja, selama tujuannya benar.

Berkaca pada lagu ini, saya jadi ingat di masa-masa saya riset terkait kehidupan pribadi para sahabat Rasulullah. Sebelum menulis buku ‘Muslim Hidup Minimalis’, saya berpikir bahwa minimalisnya seorang muslim itu dengan hidup zuhud serba kekurangan, nyatanya, fakta kehidupan yang Rasulullah contohkan mematahkan pikiran saya sendiri. Sehingga apa yang dimaksudkan ‘mencukupkan’ bukan berarti tidak ingin bertumbuh berkembang, melainkan memberikan solusi kebaikan untuk kemaslahatan ummat. Lantas, bagaimana bisa mengurus ummat, jika diri sendiri masih kekurangan, serba kesusahan?

Mencukupkan diri bagi saya memiliki makna yang dalam dan luas. Sebuah definisi tak mampu menguraikannya. Yang jelas, saya bisa mulai merasakan, apa itu kata ‘peace’, merasa damai, tatkala mencukupkan diri ini diimplementasikan.

Cheers!

Love yourself, love your live.

Tinggalkan Balasan