Akhir akhir ini mencoba menelisik kehidupan mereka yang tragis. Begitu banyak kasus yang jika ditelusuri ternyata ujungnya ada di keluarga. Mulai dari keluarga yg tidak harmonis, hingga berantakan dan berpisah. Broken home. Sesuatu yang dulu tidak kupahami namun kualami sejak kecil.
Ya, mungkin aku termasuk anak broken home yang ‘beruntung’ karena tidak pernah menyentuh narkoba maupun minuman keras. Sebab kalo dengar cerita dari yang ‘sesama’ anak broken home agak ngeri gitu. Namun kesedihan, penderitaan, rasa tanda tanya besar dan segala hal yg dirasa anak broken home aku paham. Sebab aku sendiri mengalami. Berbeda dengan mereka yang tidak mengalaminya akan sangat sulit memahami perasaan kami.
Tadi sempat baca berita ada yang overdosis sebab aktor kesayangannya dari Korea meninggal dunia. Mereka bangkit (ditelisik dari berita, orang ini adalah anak broken home) kembali semangat sebab adanya aktor itu, junghyuun klo gak salah namanya. Maka ketika mendengar berita kematiannya, fans garis keras ini down sedih luar biasa.
Bagaimana alurnya bisa kayak gitu.
Yak, saya jelaskan dulu tentang broken home ya. Broken home ini adalah sesuatu yang halal namun sangat dibenci Allah. Suami istri bercerai. Artinya biduk peradaban sebuah pernikahan retak begitu saja. Korban pertama jelas anak. Anak ada pada posisi tidak memahami masalah namun dijadikan korban secara tunai. Katakanlah kemarahan orngtua, memukul anak, memarahi bahkan tidak diberi makan. Dulu, itu pernah aku alami.
Pengalaman pengalaman itu mengkristal, membentuk sebuah ‘tameng raksasa’ yang dinamakan kepribadian. Kabar baiknya, hal itu bisa direprogram. Seperti yang kulakukan saat ini: cleansing.
Lantas ketika anak tidak memiliki figur yang mencintainya. Tangki cinta itu kosong, maka ketika ada sesuatu hal yang mengisinya dengan kuat ia akan addict.
Dalam kasus overdosis karena idolanya meninggal, hal itu disebabkan ia menggantungkan sepenuhnya pada idolanya. Mungkin ia menganggap idolanya sebagai inspirator utamanya. Maka ketika inspirator ini tidak ada, maka matilah cahaya semangat itu. Itulah kenapa jangan pernah menggantungkan hidup pada manusia, endingnya pasti kecewa.
Dulu, aku sangat membenci kedua ortuku. Bahkan klo ditanya orang “bapak ibumu mana?” Dengan otomatis aku katakan pada mereka yang bertanya “udah mati, udah jangan tanya lagi!” Plus emosi. Gimana tidak, anak sekecil itu ditinggal begitu saja. Usia dua menjelang tiga tahun, asi pun tidak diberi, maka tidak ada bonding apapun pada orangtua. Waktu itu aku bener bener kecewa, marah, emosional.
Lambat laun aku mencoba mencerna, tidak punya figur yang bisa dijadikan contoh. Plus hidup miskin. Lengkap. Namun ada sebuah masa dimana aku merenung panjang, kutemukan semua jawaban ada didalam buku buku. Sejak itulah aku berteman buku, suka baca buku dan mengumpulkan buku. Karena miskin, maka kartu perpustakaanku yang menjadi obat kesedihan kala itu. Bully, olokan hingga perbuatan tidak pantas oleh oknum teman yang jahat bisa kuterima dan kusimpan. Hingga kini masih ada rasa sakit hati itu, dengan terus berusaha cleansing.
Gimana rasanya dibuang oleh bapak ibu? Tidak dipedulikan sama sekali. Yes, rasanya sakit. Dipendam sendiri. Namun dari sana aku memaknai banyak hal.
Bahwa hidup ini tidak ideal, tidak ada yang sempurna. Disini aku menghargai karakter orang. Namun tetap berpegang prinsip. Sangat bersyukur diriky tidak ditemukan oleh kaum ebegete geje itu setidaknya dulu aku pernah membenci semua lelaki di bumi, namun aku kembali ke jalan yang benar karena aku gakmau dianggap lesbi. Salah satu teman smp dlu pernah mengataiku lesbi hanya karena diriku gak punya pacar. Gila banget kan, wkwk.
Bahwa aku tau rasanya sakit yang amat sangat itu, perceraian, kesendirian. Apalagi aku gak punya saudara, jadi udah tunggal, sendirian, sepi, ditinggalin ah pokonya gak punya teman. Hingga saat inipun diriku gak punya teman dekat. Gak ada teman atau sahabat yang awet.
Ingin kukatakan pada temanku sesama anak broken home…
Hidup ini mudah retak, kawan. Maka cukuplah rumah tangga ortu kita aja yang retak. Tapi tidak untuk hidup kita.
Kita ini diberikan kesempatan hidup yang luar biasa, walaupun tanpa cinta bapak ibu kita masih tetap bisa berdiri. Merajut harapan setiap hari bahwa kelak kita juga bisa bangun keluarga yang bahagia.
Seringkali kita merasa kuat di hadapan oranglain, itu tak masalah. Semoga dengan demikian maka jiwa kita semakin kuat, tekad kita makin kokoh untuk melangkah menuju masa depan yang gemilang.
Kita muak dengan amarah dan emosi ortu kita kala bertengkar. Bahkan aku sendiri sempat trauma dan ketakutan waktu itu baru bisa berjalan sudah melihat pemandangan mengerikan orang dewasa beradu amarah.
Cukuplah berhenti disana, diri kecil kita sebagai saksinya.
Walaupun kita tidak sebahagia mereka yang mempunyai ortu dan cinta yang sempurna, tidak masalah. Setidaknya kita punya nyali yang kokoh dan kuat!
Buktikan!
Buktikan bahwa diri kita mampu melewati setiap detik dengan penuh manfaat dan kebaikan.
Jika mereka bangga dengan hidupnya sebab ortunya, maka kita harus bangga bahwa diri kita sukses walaupun tanpa bantuan dari orangtua.
Keep fighting.
Kapan kapan aku bagikan resep caraku keluar dari zona kepahitan kesendirian menuju sifat terbuka dan openminded ini.
See you.
Oia selamat hari ibu. Terimakasih telah melahirkan bayi prematur yang gesit ini. Terimaksih telah menyelematkanku dari kobaran api yang panas ketika bapak mencoba membunuhku. Terimakasih ibu.
1 thought on “Broken Home”