4. BUNDA SALIHA INSTITUT IBU PROFESIONAL

Buddy Review #4 Kelas Bunda Saliha Batch 2 : Menetapkan Tujuan

Bismillah. Mulai membuat review ini.

Kali ini saya mendapat buddy dari regional Bandung, Mbak Eva Rahmadani. Setelah membaca jurnal yang diunggahnya melalui akun instagram personal @nonrahma13 , saya mulai menyelami dan bahkan mencoba cek ke jurnal sebelum-sebelumnya karena penting untuk tahu awal mulanya (siapa timnya, problem statemennya, dst.)

Seberapa Efektifkah Penggunaan Metode SMART untuk menetapkan tujuan tim?

Setelah membaca jurnalnya, saya melihat sudah cukup efektif dan membantu Mbak Eva dalam menetapkan tujuan tim, setidaknya menjadi lebih fokus, spesifik. Bahkan di akhir jurnalnya sudah mulai terbayang dan corat-coret aksi yang besar kemungkinan bisa dikerjakan ke depan.

Namun ada hal yang menurut saya spesifik tapi tidak bisa diukur (menggunakan pengukuran manusia secara konevensional), yaitu soal keimanan dan kesadaran. Karena bagi saya, kedua hal itu akan senantiasa bertumbuh, berkembang seiring waktu dan kesadaran yang dibangun diatas kesabaran individu. Sulit bagi saya mengukur hal tersebut.

Mungkin jika boleh memberi masukan, jika ukurannya berupa body layer yang halus (mental & spiritual body), bisa dialihkan kepada pengukuran yang lebih clear dari akar permasalahan Mbak Eva. Misalnya, kondisi perekonomian keluarga menjadi lebih baik dengan ukuran-ukuran prosentase yang bisa dibaca seksama. Terkait layer body, saya pernah mengulasnya di post artikel yang berkaitan dengan bulan suci Ramadan.

Selain itu, mungkin bisa melakukan audit secara mandiri bersama tim keluarga, apa saja yang selama ini bikin boros, atau yang bikin stress. Mulai diurai satu per satu semua clutter yang tampak (physical clutter) maupun yang dirasakan dari dalam diri juga. Tapi fokus utamanya bukan mencari solusi di awal, melainkan mendalami clutter yang bertumpuk tak terdeteksi atau selama ini ter-abaikan. Bagi saya, berbenah rumah atau apapun itu, selalu berkaitan dengan clutter.

Dan clutter, selalu ada kaitannya dengan traumatized on the past. Maka, proses untuk re-learn & un-learn anything, enggak bakal pernah ada habisnya sebab kita memang tumbuh dan berpikir berdasar rekaman yang sudah dilalui sepanjang usia hari ini. Belum lagi jika ada unfinished-business yang tidak disadarai. Maka, semuanya itu saling terkait. Tapi, langkah paling mudah, bagi saya, memang berbenah fisik (barang, rumah, nutrisi, makanan, raga) dibanding membenahi tubuh yang lebih halus (karena prosesnya lebih dalam dan tidak semua orang, terutama laki-laki/suami yang siap dengan itu). itulah mengapa, rumah rapi akan membawa diri kita untuk lebih mudah menata diri. InsyaAllah.

Proses apa yang dilihat saat menetapkan milestone pencapaian tujuan tim?

Saya melihat proses yang ditulis oleh Mbak Eva, cukup singkat, mungkin karena terbatas juga space isian di instagram (maksimal 10 unggahan) tapi setidaknya sudah mulai tampak riil, nyata. Saya rasa ke depan akan lebih fleksibel, sebab tujuan dan sumber daya yang ada tidak terlalu jauh dari dalam rumah.

Oia, karena ini timnya keluarga, saya kira kita juga perlu memahami kebutuhan diri juga sebagai seorang wanita terutama ibu. Supaya kita tidak terjebak pada rutinitas semata. Saya pernah menuliskannya di artikel terkait morning time-nya buibu yang seringkali ‘roaaarrr’ alias ngereog. Ada akarnya yang memang perlu kita sadari bersama. Bisa dibaca disini.

Mudah-mudahan Allah berikan jalan untuk Mbak Eva sekeluarga dalam menjalani setiap milestone yang sudah diuraikan. Namun ingat, milestone bukanlah hal yang kaku, jika memang ada yang perlu dijalani terlebih dahulu, jangan lupa untuk istikharah selalu. Karena setiap milestone itu sejatinya hanya diatas kertas, namun tetaplah berpijak pada Allah yang Maha Tahu. Mudah-mudahan semangat selalu.

Apa yang sudah baik dan apa yang perlu ditingkatkan?

Menurut saya sudah baik sekali Mbak Eva membuat penjelasan dan alur proses pembuatan jurnal. Bahkan sudah ada beberapa poin yang tergambar langkah yang akan dijalani bersama keluarga.

Adapun yang perlu ditingkatkan adalah menggali lagi akar permasalahan untuk lebih spesifik di satu hal dulu. Misalnya fokus pada finansial, maka itu yang perlu digali terus dan menjadi fokus. Namun jika bukan itu, misalnya problem visi misi keluarga yang tidak selaras, maka fokus untuk menggali lagi mengapa bisa tidak selaras. Dan seterusnya.

Kalau kata Bu Septi Peni, one bite at a time, satu gigitan atau satu hal saja dalam satu waktu. Jika kita menghabiskan semuanya sekejap, bisa overwhelmed nantinya. Bu Septi juga pernah bilang, “Bisa saja kita melakukan semua hal dalam satu waktu, tapi kita harus sadar bahwa itu membutuhkan energi dan cost yang besar. Ibarat mobil, bahan bakarnya double, perlu maintenance extra, karena tenaga yang dikeluarkan juga besar.”

Biasanya saya lakukan istikharah, untuk memutuskan hal apapun terutama saat lagi galau tak menentu. Yakinlah ketika kita butuh, pasti Allah akan berikan kemampuan itu.

Letakkan screenshot semua media tim buddy anda yang anda ikuti disini.

Melalui akun @suara.innerchild saya mengikuti akun gerakan yang diinisiasi oleh Mbak Eva. https://www.instagram.com/homeiqlova/

Mungkin sekian jurnal review buddy ke-4 ini, mudah-mudahan bisa diterima ya Mbak. Semangat~

Tinggalkan Balasan