Buddy Review kali ini, saya mendapatkan pasangan dari IP Sidomojo, Mbak Fitri. Menjelang pukul sebelas siang, saya dihubungi, walau belum buka facebook sama sekali. Bersyukur jadinya saya langsung ke facebook dan cek ricek tautan dan file tugas. Ternyata template untuk buddy review masih diunggah link buddy review ke-4 pekan lalu. Sambil menunggu tautan terbaru, saya membuka tautan jurnal Mbak Fitri, namun karena kuota internet habis, jadi bye bye. Saya perlu menunggu suami pulang kantor, untuk bisa nebeng thetering.
Setelah sambungan internet terkoneksi lagi, saya buka tautan jurnal Mbak Fitri. Jurnalnya cukup singkat, padat, dan jelas. Menggunakan platform blogspot, mengingatkan saya pada review jurnal milik Mbak Annur di tugas buddy review lalu-lalu. Awalnya dapat buddy yang menggunakan channel telegram (review 1), kemudian membaca link buddy yang menggunakan canva (review ke-2). Lanjut di link blogspot (review ke-3), dan postingan instagram (review buddy ke-4). Nah, sekarang, saya kembali menyelami link dari blogspot (review ke-5 disini).
Jurnal Mbak Fitri mengangkat topik yang cukup fokus, spesifik ibu-ibu bahagia tanpa overthinking. Menurut saya, tema gerakannya related dengan kehidupan sosial modern hari ini, dimana orang gampang sekali overthinking karena aneka faktor yang kebanyakan memang tidak disadari. Dari pola pendidikan juga kerap menghasilkan hal tersebut. Sebab, overthinking berakar dari ‘think’, think memproduksi thought (pikiran) dimana kondisi seseorang yang overthinking adalah di state overwhelmed pikiran, yaitu ‘think’ yang ‘over’. Nah, think inilah yang diajarkan di semua level pendidikan. Kita selalu dituntut untuk ‘think’ yang akhirnya kita tercebur terlalu dalam, inilah penyebab utama mengapa bisa otomatis overthinking.

Sedangkan di sisi lain, lawan dari think adalah awareness, dari awareness inilah yang memproduksi mindfulness. Saya mengikuti kelas overthinking dan healing with it, beberapa bulan lalu, diberi tahu bahwa akarnya adalah ketidaksadaran. Orang yang overthinking, kebanyakan hidup di masa lalu dan memikirkan masa depan, tidak duduk di sini-kini. Sehingga melelahkan sekali.
Guru saya bilang, pikiran atau emosi itu gift. Kita tidak mampu untuk memproduksinya sendiri. Semua itu ‘pemberian’ dari Allah. Cara Allah menguji diri kita saat hal itu hadir, responnya seperti apa. Maka, ketika kita terlalu sibuk ‘menceburkan diri’ kedalam drama pikiran, otomatis kita tergulung dan kelelahan. Sama halnya dengan emosi juga demikian. Maka, ketika awareness dimunculkan, diri kita hanyalah jadi penyimak. Nah, seni menyimak pikiran dan perasaan itulah yang memang perlu dilatih berulang-ulang agar tetap berada di state yang seimbang (disini-kini).
Gerakan Mbak Fitri ini bagus sekali, karena kelak akan membawa perubahan pada ibu-ibu yang ingin bahagia agar memiliki kesadaran terhadap pikiran sehingga tidak kelelahan secara mental dan perasaan. Sebab kita sejak kecil dididik untuk berpikir (think) dan hampir tidak pernah dilatih untuk aware, which is terhadap perasaan yang hadir, emosi yang hadir, yang sejatinya memang hanyalah pemberian (karena itu tadi, kita hanya dinilai bagaimana cara meresponnya sebab respon itulah yang kelak kita perlu pertanggungjawabkan di hari pembalasan).
Saya pernah mengalami hal itu tatkala dulu hendak mengambil kelas bunsay (yang tantangannya banyak, sepanjang 12 bulan dengan jurnal bertubi-tubi). Setelah dilalui, ternyata mudah juga. Ternyata pikiran yang over itulah sejatinya hanya ilusi perasaan takut yang dasarnya dari trauma terhadap respons diri yang salah. Karena trauma bukanlah kejadian, ini menarik sih, akan dibahas di gerakan saya, suara inner child. Bahasan trauma ini pernah jadi bahan di suara inner child beberapa bulan lalu di postingan yang ini : https://www.instagram.com/p/CvOELpwBbWh/ , dan akan dilanjutkan juga bulan ini insyaAllah.
Nah, saatnya mereview jurnal Mbak Fitri yuk. terdapat 3 pertanyaan sesuai template jurnal.
Proses apa yang dilihat saat menetapkan Highlights dan Key Updates?
Saya melihat ada proses penetapan timeline yang didasarkan pada milestone gerakan Mbak Fitri.

Dalam jurnalnya, saya membaca terdapat 5 highlight dan key updates, yaitu :
- Expert discussion.
- Mengikat ilmu dengan Tulisan.
- Menghujamkan ilmu dengan berbagi tulisan.
- Menebar manfaat dengan sharing session.
- Jariyah dengan eBook.
Kalau boleh merangkum 5 hal itu, intinya adalah sharing & writing, yaitu melakukan diskusi dengan para ahli, membuka diskusi dan menuliskannya serta membuat hidangan dalam bentuk buku digital maupun caption tulisan.
Seberapa Efektifkan Penggunaan Highlights dan Key Updates dalam MELAKUKAN kampanye di media sosial dan website?
Jujur saja, pertanyaannya tidak bisa saya jawab karena dalam hal ini kita belum melakukan kampanye, masih identifikasi aksi.

Namun, jika diganti dengan pertanyaan : Seberapa Efektifkan Penggunaan Highlights dan Key Updates dalam MERANCANG kampanye di media sosial dan website?
Mungkin bisa saya jawab seperti ini :

Ada beberapa hal yang perlu saya makesure di jurnal Mbak Fitri ini. Yaitu saat membuat Highlight dan key updates, namun saat diturunkan ke aksi, ada beberapa hal yang sepertinya perlu saya cek dari sisi frasanya (ini minor aja, bukan hal yang mayor).
Saat menurunkan highlight menjadi judul, dalam template Timeline of Highlight (ToH), mungkin perlu disingkat sedikit, supaya tidak terlalu panjang. Misalnya jadi 2-3 kata saja, kalau saya ingin menamainya dalam bahasa Inggris, kemungkinan saya akan beri nama seperti ini : ‘Expert Discussion’ (dari ToH judul ke-1), ‘Wrapped on Resume’ (dari ToH judul ke-2), ‘Shared on SocMed’ (dari ToH judul ke-3), ‘Enlargement’ (Judul ke-4 dari ToH), dan ‘Published on E-Book’ (Judul ke-5 dari ToH).
Selain itu, ada beberapa kosakata yang perlu diubah pada template jurnal bagian deskripsi, terutama frasa bahasa inggrisnya. Seperti mindfull, itu berbeda dengan mindful (kalau ingin menuju kesadaran, huruf ‘L’-nya hanya satu).

Kemudian kata habbit, untuk menuliskan kebiasaan ‘B’nya hanya satu, yaitu habit.
Juga Boullet jurnal, kalau menggunakan kata aslinya, Bullet Journal (bahasa asal, Inggris). Kalau mau menggunakan bahasa Indonesia, jurnal peluru. Mangga, mau memlih yang mana.
Tulisan diatas bisa juga menjawab pertanyaan ketiga ini.
Apa yang sudah Baik dan Apa yang Perlu Ditingkatkan?
Gerakannya bagus, saya suka. Perlu ditingkatkan mungkin tadi untuk pengambilan frasa dalam bahasa Inggrisnya, jika mau memilih bahasa Indonesia kemungkinan memang jadi agak panjang memang. Oia, juga ada tautan yang tidak dituliskan pada template yang bagian ‘Campaign’ (link website dan instagramnya), mungkin bisa Mbak Fitri tambahkan atau edit dari template canvanya -jika berkenan- atau ditampilkan di narasi blognya.

Sekian jurnal review dari materi ke-5, mudah-mudahan Mbak Fitri bisa menerima. Tentu saja itu hanya usulan dan opini pribadi saya, jika tidak bersepakat juga tidak masalah ya, karena tujuannya mereview, beginilah jadinya, agak panjang, serba tidak pasti mau menulis yang seperti apa. Jadi apa adanya aja yaa, padahal udah mencoba mempersingkat tulisan dalam tempo sesingkat-singkatnya ini, hehehe.
Jadi teringat pesan salah satu guru healing saya, beliau pernah bilang, “Jangan berharap pada kepastian, karena by nature, kita hidup dalam ketidakpastian. karena hidup itu PENUH Ketidak-pastian. Semakin kita ingin memastikan hidup, akan semakin terpenjara dalam kegelisahan, kecemasan dan ketakutan.”
Nah, hikmahnya adalah saya mereview ini asalnya ingin singkat, padat, enggak pakai curhat. Ndilalah jadi begitulah ya, hahahaha. Mohon maaf lahir dan batin ya Mbak Fitri dan siapapun yang mampir membaca blog ini. Haturnuhun, maturnuwun, matur suksma, thank youuuuu~