Siang ini, saya dalam perjalanan dari stasiun pasar Turi Surabaya menuju stasiun pasar Senen Jakarta. Kereta berangkat pukul 10.30 WIB. Didalam kereta, saya membaca grup BunSal dari regional Bogor, template untuk mengerjakan jurnal buddy review sudah siap.

Alhamdulillah, tanpa mengunduh melalui link, sudah tersedia didalam grup kami. Haturnuhun Ceu Karina.
Didalam kereta, setelah mudik Lumajang sebulan lebih dan berada di Surabaya kurleb ±10 hari, saya merasa waktu sangat cepat sekali dilalui. Maka, tanpa perlu menunggu, saya segera mencoba membuat review. Walau kondisinya masih dalam perjalanan.

Bermodal ponsel yang sinyalnya Alhamdulillah masih oke, menikmati gijag-gijug roda kereta bersinggungan rel kereta, sambil menyimak anak yang tertidur lelap setelah kenyang makan siang, saya pun mulai mengerjakan jurnal.

Membaca Jurnal Buddy
Langkah pertama, saya cek siapa buddy saya di pekan ketiga ini. Karena setiap pekan selalu berganti-ganti, ini seru sekali karena bisa menyelami aneka jenis jurnal yang dikerjakan oleh teman-teman. Saya masih teringat di pekan pertama, buddy saya mengerjakan jurnalnya menggunakan telegram. Kemudian pada pekan kedua, saya berjumpa dengan buddy yang mengerjakan jurnal sama seperti saya, menggunakan media blog. Nah, pekan ketiga ini, buddy saya adalah Mbak Nias Saraswati dari Regional Bekasi. Mbak Nias menggunakan tautan canva sebagai setoran jurnalnya.

Apa yang sudah baik dan apa yang perlu ditingkatkan?
Menurut saya, jurnal mbak Nias sudah baik dan sesuai dengan tantangan ketiga. Sudah menjawab starbursting dan SDGs juga.
Hanya ada beberapa yang perlu ditingkatkan, seperti cerita dibalik proses pengumpulan jawabannya menggunakan media apa (dalam jurnal belum menjelaskan secara rinci). Apakah menggunakan WhatsApp, Vido call, zoom meeting ataukah platform lain.

Seberapa Efektifkah Starbursting untuk pendalaman masalah?
Menurut saya, cukup efektif, namun masih perlu digali lebih dalam lagi. Mungkin seiring waktu nanti bisa ditambah dengan adanya referensi baru atau hal-hal yang kelak ditemui saat melakukan edukasi (sesuai dengan SDGs yang mbak Nias pilih).

Kalau boleh memberi saran, lebih diselami lagi pada pertanyaan why (kenapa) yang kalau bisa seperti yang dicontohkan oleh Bu Septi. Why yang ‘beranak pinak’. Dan mungkin saja kalau berkenan membaca, saya pernah menulis kereaktifan berbentuk kereogan seorang ibu terutama di pagi hari, bisa jadi karena ada unmet needs & trauma. Tapi umumnya di unmet needs (adanya kebutuhan dasar sosok ibu yang belum terpenuhi). Artikelnya disini, agak panjang, mangga kalau mau berkenan membacanya.
Ada apa dibalik Ibu-Ibu Rungsing di Pagi Hari (klik tautan itu<<<)
Proses Apa yang Anda Lihat, saat Problem statement individu menjadi problem statement bersama?
Saya membaca dari jurnal Mbak Nias bahwa problem statement yang dibawa memang sudah menjadi problem statement secara personal oleh tim. Sehingga sudah otomatis menjadi problem statement bersama. Walau secara prosesnya saya belum memahami seutuhnya karena bisa jadi karena jurnal mbak Nias disetor menggunakan canva maka ada keterbatasan space disana.

Demikian review singkat dari saya. Mudah-mudahan berkenan ya mbak Nias.