Jurnal Buddy Review kali ini, saya mendapat teman pasangan, Mbak Annur Pujiwati. Jurnalnya ada di sini.

Oke, langsung saja ya.
Apa yang sudah baik dari jurnal Buddy anda?
Jurnal mbak Annur sudah baik, runut, rinci dan menyenangkan buat dibaca. Sebagai ciri khasnya Mbak Annur yang memang suka mengalirkan perasaannya dalam tulisan dengan apa adanya. Seperti ketika Mbak Annur menuliskan cerita di setiap postingan unggahan facebooknya.
Jika saya tulis poin per poin seperti pada template ini.
- Buddy sudah melakukan kampanye secara optimal di berbagai platform media sosialnya (instagram dan facebook).
- Buddy sudah menjelaskan dengan lengkap kronologi dari problem statement kedalam campaign task yang dibuat dan dilaksanakan.
- Buddy sudah memiliki tim dari hasil kampanye yang dilakukan.

Apa yang Perlu Ditingkatkan?
Kalau dari sisi konten, sudah clear bagi saya. Namun untuk format unggahan yang bentuknya images, sepertinya perlu diperbaiki settingnya. Saya rangkum untuk hal itu sebagai berikut :
- Template yang berbentuk gambar mungkin bisa dioptimalkan pixel atau sizenya karena saya kesulitan membacanya (sudah download tapi masih blur dan kecil sizenya, terutama yang story user persona).
- Jika memungkinkan, misalnya bisa ditambahkan link file asli (bisa link drive atau link canva-view only). Atau narasi pada template bisa di-copas & paste untuk ditampilkan pada narasi jurnal juga.
- Selebihnya sudah oke, keren, menyenangkan pas bacanya. Semangat ya Mba Annur. ^^

Berikan Review tentang Kampanye Buddy Anda
Saya tuangkan dalam poin per poin saja ya.
- Buddy sudah optimal berkampanye, terutama di facebook (adapun yang di instagram, linknya corrupted, saya tidak menemukannya-make sure mungkin linknya ada yang missed).
- Buddy sudah berusaha juga untuk berkampanye di whatsapp grup regionalnya, dari sana juga menemukan tim yang nama-namanya dipaparkan didalam template tugas jurnalnya.
- Kisah dari Fulanan yang saya baca di kampanye Mba Annur, istilah ilmiahnya disebut mother wound. Ini agak mirip dengan problem statement saya. Akarnya ada di feeling unsafe or unsecurity ibu yang kemudian termanifestasi di tubuh sang anak (Fulanah).

Terkait mother wound, itu adalah luka-luka emosional yang disebabkan kurang dan hilangnya support dan kasih sayang dari figur ibu. Kasus ini biasa ada karena bisa jadi ada generational trauma juga. Ortu kita melakukan itu juga sebenarnya tidak sadar dan tidak menyadarinya sama sekali.
Seorang ibu yang terputus dengan dirinya, maka dia secara tidak sadar memutus koneksi dirinya dengan anaknya.. Kalau yang salah satu guru saya selalu sampaikan pada saya, hubungan ibu-anak yang tidak sehat cenderung akan termanifestasi di tubuh fisik berupa sakit (baik itu digestive inflammation/ sakit pencernaan, maupun peradangan di organ lain).
Memang agak ironi ya, tapi itu bisa jadi bentuk cinta juga tapi too hurt untuk anak yang menanggungnya. Tapi sejatinya, ibu tersebut juga sedang menyimpan rasa sakit juga (yang tidak disadari). Karena kadang seorang ibu bertindak sesuatu yang menurutnya baik dan hanya demikianlah yang bisa dia lakukan sebagai bentuk kasih sayang pada anaknya. Kalau di saya, ditinggalkan pergi jauh karena begitulah cara ibu saya mencintai saya, merasa dirinya tidak berdaya dan merana sehingga tidak mau menyakiti dengan cara meninggalkan saya (padahal di masa itu saya masih butuh attachment dengannya, sejak bayi juga tidak diberi ASI. Hari ini saya menyadari bahwa itulah bentuk cintanya, sebab saat ibu menyusui artinya dia sedang membagi emosinya ke bayi, jadi agar saya tidak sedih, tidak merasakan emosinya, ibu saya memilih tidak mengASIhi).
Guru saya selalu bilang, trauma itu sejatinya bukan karena orangtua atau siapapun mereka, tapi karena diri kita telah terputus koneksinya dengan diri sendiri dan tidak adanya boundaries yang sehat yang kita bangun selama ini. Saya pernah nulis di blog terkait mom burn out dan kebutuhan seorang ibu setiap hari (disini saya jadi memahami posisi ibu saya yang memang defisit kebutuhan, mencintai dari sumber yang tidak berkelimpahan sehingga menyakiti sekitar). Agak panjang, mungkin Mbak Annur berkenan membaca.
Hal ini pula yang sebenarnya menjadi concern saya di problem statement dan membentuk suara inner child sejak 2019 silam. Karena merasa related dengan konten kampanye Mbak Annur, saya mendoakan semoga seiring waktu berjalan, kita bisa sama-sama menemukan solusi dan menjadikannya sebagai ladang amal kebaikan untuk sekitar. Amiin….