What do you like about your life?

Apa yang aku suka dari hidupku? Semua.
Karena aku meyakini bahwa segala peristiwa, kejadian, hal yang pernah dan sedang aku rasa, semuanya unik dan memberi kenangan yang berbeda satu sama lain. Aku juga bersyukur bahwa aku diberi hidup hingga saat ini, dimana, dulu, ketika aku dilahirkan, banyak orang pesimis bahwa aku bisa hidup. Ya, aku dilahirkan dalam kondisi prematur, 7 bulan di tangan dukun. Saat itu, persalinan di desaku memang bisa dijangkau biayanya dengan bantuan dukun anak. Fasilitas kesehatan seperti bidan hanya bisa dinikmati bagi mereka yang memiliki finansial tinggi.
Aku bersyukur ternyata aku bisa menyabet juara dari sisi akademik dari kecil hingga bangku SMA. Sedangkan di bangku kuliah, prestasiku tak seberapa karena ada rasa insecure sejak awal yang aku bawa saat tiba di kota. Perasaan tak percaya diri dan rendah diri lebih banyak menemani di masa kuliah sekalipun sebenarnya jika aku berjuang ekstra, aku bisa saja lebih dari apa yang aku kira. Tapi, bukankah segala sesuatu sudah ada porsi atau takarannya? Tapi aku bersyukur, bisa mengenal, dekat dengan beberapa orang yang aku pandang, mereka hebat.
Aku bersyukur bisa menikah muda. Waktu itu belum 23 tahun seingatku selesai yudisium S1, sepekan kemudian aku menikah. Alasan utamaku, kapan lagi mendapatkan jodoh lelaki yang sabar dan mau menerimaku apa adanya? Dan mau berjuang bersama-sama, meski beda latar belakang dan daerah. Dari jawa timur, aku berpindah ke jawa barat (jawa-sunda).
Aku menyukai diriku yang gemar membaca. Sejak kecil, teman dekatku adalah buku. Jika ditanya apakah aku punya sahabat yang melekat? Jawabku selalu buku. Karena ia tak pernah menghakimi, tak pernah memarahi, tak pernah membuatku sedih -dalam artian menyinggung dan melukai. Justru dari buku-buku, aku bisa menghibur diri sendiri, memberi energi ke dalam dan bahkan membuka pikiran agar aku terus bertumbuh.
Aku menyukai kehidupanku di masa SMA. Ya, entahlah, meski pahit tapi aku tak akan melupakannya dan justru dari usia 0-18 tahun itu, aku jadi mengenal siapa diriku dan mengapa aku bisa begini. Bagi yang belum mengenal diriku yang 0-18 tahun, pasti bertanya-tanya, kenapa aku bisa sekuat ini hingga saat ini. Ya, aku bisa kuat karena pondasi bawah sadarku ada di fase itu. Fase anak-anak hingga remajaku.
Hidupku ini unik, kata guru sekolah dulu, cocok jadi skrip naskah sinetron, karena begitu anehnya dan ajaibnya. Haha, kapan-kapan aja aku ceritakan yang ini di versi paragraf yang lebih panjang.
Aku juga menyukai aktifitas berbenah dan menulis, disamping membaca. Walau pernah mengelak kalau aku rajin berbenah, faktanya, pasca kampus, dunia berbenah kembali menghantuiku. Padahal, sudah cukup 3 tahun di masa S1 diriku menjadi PJ kerapian dan kebersihan asrama beasiswa. Dan setelah menikah, malah semakin menggeluti bidang ini hingga bersama 4 senior (termasuk ada suamiku didalamnya) mendirikan Gemar Rapi, metode berbenahnya Indonesia. Dari Gemar Rapi, aku banyak belajar banyak hal dan bersyukur berjumpa dengan banyak orang yang memiliki semangat yang sama, hidup rapi di negeri ini.
Melalui ketertarikan di dunia kepenulisan, aku juga bisa mengenal teman-teman yang heterogen pasca kampus melalui kelas Kaizen Writing. Aku menyukai mereka karena mereka memiliki mindset bertumbuh yang luar biasa, energinya mengalir ke dalam diri. Namanya semut merah, dan dari sinilah, aku bisa mengikuti tantangan jurnal ini. Semoga kalian, siapapun yang membaca ini, senantiasa bersemangat untuk menulis juga ya. Hihi.
Oke sekian untuk hari ini, semoga esok lebih baik lagi. Amiin.