Pertanyaan di hari ke tiga adalah ‘who are you envious of? why?‘.

Wah, biasanya kan ‘APA’ yang membuatmu iri, namun kali ini ‘SIAPA’. Baiklah, saya bahas aja, blak-blakan!
IRI? ENVY? (emoticon gusar)
Ngobrolin tentang emosi yang bertitel ‘envy’ memang seru sih, apalagi di era digital saat ini. Envy is an emotion which “occurs when a person lacks another’s superior quality, achievement, or possession and either desires it or wishes that the other lacked it.
Intinya rasa iri ini terjadi ketika seseorang kekurangan kualitas superior, prestasi, atau kepemilikan orang lain dan entah menginginkannya atau berharap orang lain untuk mengalami kekurangan seperti yang dirasakan oleh dirinya.
Kalau saya pribadi, siapa sosok yang membuat saya iri?
Sebenarnya ada di memori masa kecil.
Dulu, ada sosok perempuan yang hidupnya sungguh sempurna. Saya ingin banget bisa seperti dia. Memiliki keluarga yang utuh, hangat, religius, intelektual yang tinggi dan serba ada. Sempurna di mata saya. Dan sosok inilah yang membuat dan menggerakkan saya untuk mengenakan hijab (berkerudung di agama islam).
Singkat cerita, saya tak lagi satu sekolah dengannya. Sebab kekurangan biaya untuk menjangkau sekolah di kabupaten yang jaraknya jauh dan tentu lebih mahal biayanya saat memasuki masa SMA.
Dan setelah sekian lama, setelah tak lagi melihatnya, saya menjadi bersyukur saat ini bahwa apa yang membuat saya iri di masa itu, sungguh bermanfaat. Karena saya jadi lebih banyak belajar dan mencintai diri sendiri karena jalan yang ditempuh membuat saya bersyukur di posisi ini dan apa yang dulu saya iri, ternyata ilusi. Ya, karena penampakan atau penampilan luar, tak dapat dinilai hingga akhirnya kita tahu apa yang sebenarnya.
Intinya, sejak itu. Rasanya tak ada lagi ‘sosok’ yang membuat saya iri dengan apa yang dimiliki atau didapat. Karena pada akhirnya, saya hanyalah berkompetisi dengan diri sendiri, bukan dengan orang lain. Dan rezeki, anugerah, kapasitas, setiap orang sudah ada ‘takarannya’ masing-masing.
Lalu, mau iri pada siapa?
Perkara iri hati, Rasulullah sudah memberi panduan. Dari Abdullah bin Umar RA, Rasulullah SAW Bersabda: “Tidak diperbolehkan iri hati kecuali terhadap dua orang: Orang yang dikaruniai (ilmu) Al Qur’an oleh Allah, lalu ia membacanya malam dan siang hari, dan orang yang dikaruniai harta oleh Allah, lalu ia menginfakannya malam dan siang hari.” (HR. Bukhari, Tarmidzi, dan Nasa’i).
Dan rasa-rasanya, iri yang demikian itulah yang membawa hati dan jiwa kepada kedamaian.
-cheers