INSTITUT IBU PROFESIONAL KONFERENSI IBU PEMBAHARU

Day 5 – Pembaharuan Dimulai dari Diri Sendiri, Peradaban Dimulai dari Dalam Rumah – Konferensi Ibu Pembaharu 21 Desember 2021

Jadwal hari ini, setelah megikuti acara pagi dengan materi dari Mbak Yulia, saya melanjutkan di siang hari. Dengan narasumber Ibu Sri Haryati. Beliau merupakan ‘kepala suku’ alias founder Hayat School.

Beberapa hal di awal disampaikan di awal bahwa beliau memang sudah satu visi dan misi dengan suaminya serta keluarga. Sehingga ketika mendidik anak di rumah pun sudah selaras. Selain itu, beliau dan keluarga juga ‘mewakafkan diri’ dan keluarga untuk kebermanfaatan. Melalui upaya bersama juga, beliau sekeluarga mampu ‘merayakan’ kebersamaan dengan indah.

Awal Mula

Bu Sri memulai dari dalam rumah dengan pikiran yang penuh, kemudian merumuskan kurikulum keluarga yang kemudian menjadi kurikulum kehidupan. Seusai merancang kurikulum, beliau melanjutkan membuat proposal. Selain itu, beliau juga memiliki titik balik (dimana setiap orang atau ibu pasti ‘memiliki titik balik’ yang berbeda-beda). Setelah itu, beliau menemukan mentor, yaitu suaminya sendiri.

Pada intinya akan ada perjalanan secara personal yang mempengaruhi keputusan-keputusan hari ini. Dari sebagai individu, kemudian pasangan sehingga pada akhirnya menurunkan value untuk keluarga dan generasi.

Pentingnya Misi

Beliau memaparkan bahwa penting dalam sebuah keluarga menciptakan misi. Dari sana akan terwujud aksi konkret yang terpancar dari kehidupan sehari-hari.

Keluarga Bu Sri memiliki misi sebagai hamba Allah (abdullah), mengesakan Allah (tauhidullah), sebagai pemimpin (khalifah), dan rahmatan lil alamin (kebermanfaatan). Dari misi itu, tercetus aksi sebagai hamba Allah, pendukung keluarga dan juga tanggung jawab terhadap diri sendiri.

Pentingnya Refleksi Diri

Setidaknya terdapat beberapa hal yang perlu direnungkan secara pribadi, yaitu :

  1. Fitrah spiritual.
  2. Fitrah emosi.
  3. Fitrah sosial.
  4. Fitrah fisik.
  5. Fitrah kognitif.

Kelima hal itu penting untuk dijadikan sebagai bahan refleksi sebagai upaya pemenuhan diri serta keluarga.

Selanjutnya, pasca refleksi, perlu adanya redefine & remodeling. Yakni fokus untuk bersyukur dan memperbaharui yang perlu diperbaiki.

The Circle of Life

Istilah ini tidak asing di kepala saya, karena beberapa tahun ke belakang juga saya mulai ‘aware’ dengan hal tersebut. Seingat saya, teori ini dari Dr. Stephen Covey’s yang ditulis sebagai popular book “The Seven Habits of Highly Effective People”-nya yang ngehits itu.

Setidaknya terdapat 3 lingkaran atau siklus dari kehidupan yang mempengaruhi diri sehari-hari.

  1. Cirlce of control. Yaitu hal-hal yang bisa kita kendalikan langsung, yaitu diri sendiri.
  2. Circle of concern. Yakni hal-hal yang menjadi perhatian kita namun tidak bisa dikendalikan, misalnya anak, suami, keluarga.
  3. Circle of Influence adalah area yang memiliki dampak langsung di keseharian, cukup menguras energi. Misalnya pekerjaan, media sosial, dst.

Intinya, kita harus pintar-pintar untuk menempatkan fokus di ‘area yang tepat’. Yaitu fokus pada hal-hal yang penting dan benar.

The last, Bu Sri mengingatkan diri untuk senantiasa bertanya pada Allah, apa yang sebenarnya Allah maksudkan untuk kita. Sehingga nilai spiritual masuk dan menjadi basic dalam segala pengambilan keputusan yang ada.

Demikian hal singkat yang saya tangkap dari pemaparan hari ini. Sampai jumpa di materi selanjutnya.

Tinggalkan Balasan