Hari ini, 30 Januari 2021. Tanpa terasa sudah hampir akhir bulan di tahun baru yang penuh haru. Bagaimana tidak, beberapa bulan ini, kami sekeluarga harus ‘tirakat’ alias menahan diri untuk tidak bersenang-senang dan mau susah dulu, hanya karena seluruh pemasukan terpusat untuk membangun rumah tumbuh. Dan Januari ini, mau tidak mau, beres tidak beres, kami harus pindah, sebab rumah yang kami tempati ini aslinya akadnya hanya sampai Desember 2020 namun molor. Efeknya, pengeluaran juga bertambah sebab harus membayar bulanannya juga (uang sewa sekaligus perbaikan sana-sini).
Memiliki hunian sendiri adalah impian setiap insan. Idealnya memang sudah siap rumah sebelum menikah. Namun, siap rumah bagi kami, bukan berarti siap memiliki rumah sendiri, bisa dengan ngontrak terlebih dahulu.
Ngobrolin ngontrak rumah, total sudah 4 kali pindah dalam kurun waktu 6 tahun setengah tahun ini. Sepanjang kurun waktu tersebut, kami menabung dan akhirnya bisa membangun perlahan dengan penuh perjuangan. Walau rumah yang akan kami huni nanti belum 100% sempurna sebagaimana blue print gambaran utuhnya, setidaknya dengan menghuni rumah sendiri, jauh lebih nyaman dibanding ngontrak, selain membayar uang bulanan sewa, terkadang mengontrak itu dipandang sebelah mata oleh sebagian manusia.
Saya merasakan hal itu setelah menjalani hidup dengan ibu di Lumajang. Sebab ibu tak punya rumah, numpang di rumah nenek sepanjang hidup ibu waktu itu, tak segan orang mencibir. Bahkan saya sendiri merasa tak pernah dihargai oleh sekitar tetangga sebab kondisi ekonomi. Itulah sebabnya, di awal saya menikah dan hijrah ke Bogor untuk ikut suami, saya bertekad agar ibu di Lumajang bisa lebih baik. Langkah yang dilakukan ibu adalah meminta saya membebaskan tanah dan mengurus surat tanah, kemudian memasang listri di rumah nenek. Selepas itu, ibu menikah dan membangun rumah di tanah yang resmi milik ibu, sertifikat tanah yang telah saya urus itu. Setelah punya rumah, saya bantu pasang listrik, kini hidup ibu Alhamdulillah lebih sejahtera dan tak lagi dicibir orang.
Betapa memiliki rumah adalah kebutuhan, kendati demikian, saya dan suami tak mau gegabah. Saya ingin memiliki rumah dengan konsep :
- Tanpa riba.
- Minimalis (less stress, sedikit barang).
- Sustainable.
- Regeneratif.
- Rumah tumbuh.
Kapan-kapan deh saya bahas satu per satu. Karena topik post blog kali ini tentang aktifitas saya hari ini, deep cleaning lemari baju sebelum pindahan, sebenarnya belum sempurna, teras depan, pagar depan, teras samping dan tembok samping belum dikerjakan. Tapi, daripada bayar sewa bulan Februari, kami pindah hari ini.
Saya ngetik ini postingan setelah membereskan dan menata barang pindahan, makan malam, dan kini menunjukkan waktu 22.30 WIB. Aslinya ngantuk, tapi karena sudah berkomitmen one day one post blog, maka seperti kondisi saat ini pun, saya senang hati mencurahkan, eaaaak!
Jadi, bagi teman-teman yang ngikutin saya dari tahun 2017 silam, tahu lemari pakaian saya yang berbentuk laci. Dan tahun 2018 pernah saya posting di instagram.
Pada postingan blog minimalist tema pakaian juga saya bahas disini. Atau detailnya laci seperti ini.

Bedanya, saat ini saya hanya menggunakan 1 lemari laci putih rovega dan satu lemari yang plastik warna-warni. Lemari laci yang satunya berganti menjadi tempat penyimpanan linen keset, benih kebun dan peralatan kebun.
Dan hari ini saya melakukan deep cleaning keduanya.
Apa itu Deep Cleaning?
Deep cleaning menurut saya adalah membersihkan seluruh bagian suatu kompartemen atau barang atau tempat penyimpanan dan apapun itu secara detail, tidak hanya dari permukaan, namun dari bagian dalam, detail celah hingga seluruhnya bersih dan kembali segar.
Deep cleaning yang saya lakukan mengikuti prinsip gemar rapi yaitu RASA.
- Rapi dan teratur. Biasanya saya lakukan 6 bulan sekali.
- Aman dan Nyaman. Mempertimbangkan keamanan pada saat membersihkan.
- Sehat dan bersih. Tidak hanya bersih namun juga sehat, biasanya saya tambah di bagian touch up dengan baking soda supaya hygiene.
- Alami dan berkelanjutan. Saya menggunakan cairan sabun alami dan juga pembersih alami.
Tujuan Deep Cleaning
Tujuannya adalah :
- Agar lemari kembali bersih (oh tentu saja).
- Cek bagian dalam lemari supaya bebas debu, sebab jika hanya permukaan saja, tidak menyeluruh.
- Bagian dari upaya merawat amanah barang yang telah Allah amanahkan.
- Supaya hati gembira, seolah saya baru punya lemari baru, uhuyy.
- Supaya suami senang dan nyaman, sehingga semakin happy. Oia, anak juga ikutan happy.
Langkah untuk Deep Cleaning Lemari
Karena saya menggunakan lemari laci, berikut langkahnya :
- Lepas seluruh bagian.
- Cuci bersih.
- Cek setiap detail bagian.
- Keringkan.
- Pasang kembali dan tata ulang isinya dengan rapi.
Nah, ada yang menarik dari deep cleaning hari ini, saya menemukan semut di celah bagian atas rak rovega, sungguh saya terkejoet!

Cara membuka setiap bagian dari rak rovega juga tidak sama dengan lemari laci plastik lainnya. Saya harus menggunakan obeng dan membalik badan rak untuk membuka kuncian knock down-nya.

Setelah saya guyur air, sabun bersih. Saya keringkan. Semua jadi kinclong. Seolah seperti baru punya rak. Alhamdulillah jadi happy.

Seusai saya cuci, saya bundel semua, saya angkut ke rumah baru. Alhamdulillah, masyaaAllah tabarakallah hari ini menempati rumah yang diidamkan.

*ceritanya bersambung, saya mau lanjut berbenah. Untuk foto rumah baru dan proses menata barang, insyaaAllah saya update di post blog lain waktu ya. Sudah malam, hoaaamzzz.