EMANSIPASI apaan sih??
“Astaghfirullah, Alangkah jauhnya saya menyimpang” (ditujukan kepada Nyonya Abendanon, 5 Maret 1902)
Itulah penggalan isi surat RA. Kartini setelah mengenal islam lebih dalam dibawah bimbingan K.H Muhammad Sholeh bin Umar, seorang ulama besar dari darat, Semarang.
Perjuangan Kartini yang sering ditempelin stempel emansipasi, kayaknya mesti kkta kaji lagi. Lantaran ide emansipasi yang banyak dikampanyekan para feminis, nggak seperti yang dikehendaki Kartini. Makanya biar gak ketipu, kita kudu pelototin dan pahami lagi perkara perjuangan kesetaraan cewek-cowok ini. Yuk!
Sejarah Kelam Kaum Hawa
Apabila kita melihat berbagai bangsa di dunia ini, ternyata kultur budaya bangsa-bangsa tersebut menempatkan posisi wanita dengan TIDAK terhormat.
Bangsa Yunani memperlakukan kaum wanitanya sebagai sebuah sosok yang tidak memiliki sebuah kedudukan sedikitpun di masyarakat. Bahkan muncul suatu keyakinan bahwa sesungguhnya kaum wanita adalah penyebab penderitaan dan musibah bagi seseorang. Kaum lelaki tidak duduk bersama mereka dalam satu meja makan. Kaum wanita hanya sebagai hasrat seksual tak ubahnya seperti pelacur-pelacur.
Menurut penuturan Prof. Will Durant : di Roma, hanya kaum lelaki saja yang memiliki hak-hak di depan hokum pada masa-masa awal Negara republic. Kaum lelaki saja yang berhak memilih, membeli, atau menjual sesuatu atau membuat perjanjian bisnis. Bahkan mas kawin istrinya –pada masa saat itu- menjadi milik pribadinya. Proses kelahiran menjadi suatu perkara yang mendebarkan di Roma. Jika anak yang dilahirkan dalam keadaan cacat atau berjenis kelamin perempuan, sang ayah diperbolehkan oleh adat untuk membunuhnya.
Bangsa arab jahiliyah (sebelum Nabi Muhammad Lahir) juga menempatkan wanita tidak terhormat. Dalam sejarah yang masyhur, kalau itu ada lahir bayi perempuan akan dikubur hidup-hidup!
Pandangan yang lebih menghinakan lagi dapat kita dapati pada kaum yahudi. Kaum yahudi ortodoks yang mempelajari ajaran klasik yahudi akan mendapati ada aturan di ajaran yahudi untuk menindas perempuan. Talmud (kitab suci yahudi) menyatakan : “mustahil ada sebuah dunia yang tanpa keberadaan kaum lelaki dan perempuan namun beruntunglah yang mempunyai anak laki-laki dan celakalah yang mempunyai anak perempuan”
Pandangan tak jauh berbeda juga dilontarkan oleh peradaban hindu. Sebuah buku yang berisi peraturan keagamaan sansekerta kuno, draramasastra, memuat suatu bab tentang “kedudukan dan kewajiban agama kaum perempuan” atau stridharmapaddhati yang secara umum menempatkan kaum perempuan pada golongan warga Negara kelas dua hingga seorang istri bahkan harus rela untuk dijual apabila suaminya menghendaki.
—
Barangkat dari fakta sejarah kelam kaum perempuan di atas, para pemikir barat menggagas ide imansipasi sebagai antitesa, menjawab ketidakseimbangan hak kaum wanita.
Secara bahasa., emansipasi berasal dari kata “emancipatio” artinya pembebasan dari tangan kekuasaan. Yang dimaksud dengan kekuasaan disini adalah : kekuasaan yang mencengkeram yang membatasi gerak dan kebebasan. ide emansipasi muncul dari lahirnya feminism e atau kesetaraan gender.. intinya merupakan sebuah reaksi atas munculnya ketidakadilan yang dialami oleh wanita. Dimana kondisi saat ini menempatkan wanita enten wingking (belakang) dan menjadi terpasung oleh budaya, politik dan keadaan social.. kalo dalam bahasa jawa, di kasur, dapur, sumur. Tentu saja fakta fakta model begini bikin sewot sebagian terutama kaum hawa yang akhirnya emmunculkan ide tersebut.
—
Dituturkan bahwa 6 oktober 1789 di Prancis merupakan tonggak awal munculnya aksi-aksi para wanita. Mereka menyuarakan kesetaraan jender. Menuntut perlakuan sama dengan kaum pria. Pemberontakan kaum wanita prancis dilatarbelakangi perlakuan sewenang-wenang berbagai pihak terhdap kaum wanita. Mereka dihinakan, diperlakukan tidak adil bagai seonggok tubuh yang tiada berguna. Kemudian bermunculan organisasi serupa seperti di inggris, jerman dan belahan eropa yang lain. Dan gaung emansipasi membahana..
Karakter barat yang sekuler memisahkan urusan agama dengan dunia membuat garis beda yang jelas dengan islam. Sehinga dibalik upaya barat menyerangkan ide feminism ke tubuh muslimah sebenarnya barat ingin mengajak islam sekuler.
Mereka menggugat peran muslimah yang menjadi ibu-ibu dan hanya berperan di sector domestic doank. Maka kaum wanita zaman sekarang lebih merambah ke sector public dengan label wanita karir. Kaum wanita makin dieksploitasi daya tarik seksualnya, fisiknya dalam ajang kontes kecantikan, SPG, iklan TV, film, sinetron hingga produk yang gak ada hubungannya sama sekali dengan dunia wanita.
Padahal kalau kita boleh kita jujur (saya ini wanita), ketertindasan kaum perempuan itu hanya ekses (akibat) dari penerapan sebuah tatanan yang steril dari aturan agama kita yang mulia (islam). Karena didalam islam, justru kita sungguh sangat dihormati, dijaga dan bahkan kedudukan dalam menuntut ilmu juga sama seperti kaum lelaki. Dalam hal ketakwaan dan keimanan juga sama. Bahkan kedudukan ibu sungguh dihromati (Q.S Lukman :14)
Bahkan dalam hadist disebutkan ; “sebaik-baik diantara kalian adalah orang yang paling baik terhadap isterinya…” (HR Ibnu Majah)
Jelas banget kalo emansipasi aka feminism itu bukan untuk memuliakan wanita. Tapi justru merendahkan dan menjerumuskannya. Karena ide emansipasi, memang bertentangan dengan fitrah manusia. Fitrah kodrati manusia, menampatkan wanita pada porsinya, akan tetapi emansipasi menuntut di luar itu.
Sebuah majalah wanita, Genius Beauty (maret 2011) lalu memberitahukan bahwa para psikolog dan sosiolog Inggris menemukan 70% wanita Inggris menginginkan membangun keluarga yang bahagia bersama dengan pasangan mereka. Mereka memiliki kecenderungan lebih dekat dengan anaknya ketimbang dekat dengan “bos”nya.
Bahkan Kathy Caprino dalam bukunya “Breakdown Breaktrough” juga memiliki kesimpulan hampir sama. Ia meneliti banyak wanita yang terjun ke dunia pekerjaan cenderung tidak bahagia. 5 alasan popular disebutkan : merasa tidak akan bisa seimbang antara pekerjaan dan mengatur keluarga ; menderita masalah financial parah ; tidak sungguh-sungguh menjalani bakat keahlian dengan hati; merasa tidak berharga dan dihormati; dan hanya mendapatkan sedikit hal positif dan kesenangan dalam pekerjaan.
Saya kutip pernyataan ibu kita Kartini kepada nyonya Abendanon, 27 Oktober 1902 :
“sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik tiada taranya. Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa dibalik hal yang indah didalam masyarakat itu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut sebagai peradaban”
So??
Masihkah kita merasa kita merasa senang dengan UU KKG???