1. BUNDA SAYANG INSTITUT IBU PROFESIONAL

Game Bunda Sayang #BunSay Level 3 #Day 7 : Meningkatkan Kecerdasan Anak

Hari ke-tujuh

Entah kenapa hari ini saya kurang antusias, lebih tepatnya lagi malas untuk menuliskan lengkap. Hari ini enggak kayak biasanya, sejak pagi saya sibuk sendiri di depan laptop sampai lupa mandi lupa makan. Syahid saya biarkan bermain random apa aja, selama dia enggak rewel, waktunya makan ya makan dan kalau mau minum pun dia sudah biasa mandiri ambil minum sendiri.

“Mi..ayo main, Syahid mau main”

suara itu saya abaikan, hanya karena saya harus menelusuri setiap naskah yang perlu diedit. Saya bukanlah wanita yang pandai melakukan banyak hal dalam sekali waktu, sekalinya saya fokus pada satu hal maka seolah semua yang ada di sekeliling saya senyap, menghilang. Saya fokus pada apa yang saya hadapi.

Tentu ini enggak biasa, sebab biasanya pasti saya lakukan di sela-sela saja paling penting adalah anak yang utama. Hari ini sebisa mungkin saya lah yang kontrol diri sendiri karena acapkali kondisi seperti ini membuat saya tertekan.

Syahid masih sabar menunggu, dia bermain sendiri sesekali meminta pendapat apakah ini baik dan itu enggak. Beberapa kali dia menyodorkan minum, roti yang sudah dia potong untuk saya makan. “Mi..maem mi, umi belum maem.” begitu terus hingga saya selesai menutup laptop, saya tengok Syahid udah tidur, kelelahan. Sedih rasanya hati ini. Sambil saya telan semua roti yang dia hidangkan, saya teguk air minum saya. Kemudian saya beranjak dari kursi kerja, saya kecup keningnya sambil berurai air mata. Sungguh, dalam hati ini saya enggak tega jika melihat Syahid bermain sendiri sedangkan saya sejak tadi sibuk sendiri juga, beberapa kali Syahid ngajak main saya abaikan.

Siang tadi setelah sholat dzuhur, saya berjanji kalau Syahid sudah bangun akan saya ajak main. Seperti apa yang dia minta berulang dari pagi. “Mi..ayo main mi..”

Walaupun mata lelah, saya enggak bisa tidur siang, harus mensortir beberapa file kerjaan. Terasa banget mata kayak ada ganjalannya, saya coba mencari-cari sesuatu, saya beralih untuk mewaraskan diri, saya raih buku yang lagi saya baca, novel terbarunya A.Fuadi, merdeka dari hati. Tinggal beberapa halaman lagi. Setidaknya dengan membaca sejenak membuat kepala dan mata lebih ‘adem’.

Sekitar pukul 14.30 Syahid terbangun, sekalian saya minta dia pipis dan ganti pakaian. Saya lupa kalau dia sudah mandi (siang saya mandiin lagi). Selesai ganti pakaian, Syahid minta makan. Dikupasnya udang asam manis di mangkuk yang dia ambil sendiri. Kemudian meminta nasi di piring agar saya yang tuang. Syahid makan lahap sekali, karena sudah kembali bermain dengan saya, uminya.

“Mi, Syahid bikin kue ya- kue kuning”

“Oh, kue seperti kemarin? yuk ke dapur”

saya tuangkan tepung terigu sedikit kemudian dia aduk dengan air minum. Syahid senang sekali, sayangnya enggak saya dokumentasikan.

Sore sekitar pukul 4, Syahid mandi. Kemudian dia mengajak saya bermain lego, namun karena cucian sisa makan siang belum saya cuci maka saya pergi ke dapur. Syahid mengikuti dan mau menunggu, sesekali dia berdiri tepat di samping saya sambil bilang, “Mi, syahid bantu.”

Sejak pagi, siang dan sore Syahid memang suka disuruh-suruh. Ambil minum, cemilan, meletakkan piring kotor, gelas kotor bahkan beres-beres juga dia kerjakan. Seolah ingin menunjukkan kalau dia sudah mampu melakukan apapun sendiri, mandiri. Kecuali mandi, setiap saya bilang “Hid mandi sendiri” dia jawab, “enggak bisa mi”.

Bada maghrib abi pulang, membawa makanan. Syahid tetap meminta lauk lain, telur dadar. Akhirnya dia buat bersama abi di dapur, kemudian kami makan bertiga.

Di sela-sela makan bersama, Syahid mengambil lego dan gunting kertasnya. Kali ini dia pretend play menjadi tukang cukur, dicukurnya rambut abi seolah-olah dia tukang cukur profesional, hehe. Hal ini dia tiru sebab sering diajak abi untuk cukur rambut di tukang cukur pinggir jalan. Ada mesin cukur dan juga guntingnya, Nah Syahid menirukannya. Bunyi mesinnyapun dia tirukan. “nguuung..nguuung..”

Selesai makan, kami beres-beres. Belum juga pinggang ini merebahkan diri, Syahid mulai rekues lagi, kali ini baca buku. Saya minta baca buku sambil duduk di bean bag, dia enggak mau.

“Umi duduk di kasur, kamar, ayo sama Syahid.”

“Disini aja hid, sudah pewe..” (nunjuk bean bag)

“Enggak mau, ayo mi..ayoo” (nunjuk kamar)

*baiklaaaah

Syahid membaca (gambar) buku yang ada di tangannya. Berganti-ganti hingga adzan isya berkumandang, dia diajak abi ke masjid. Selesai dari masjid melanjutkan cerita.

Alhamdulillah untuk hari ini, Syahid sangat mengerti kondisi saya, Syahid dengan tenang selalu menghibur, menyediakan ini-itu dan mengajak saya untuk ikut bersama membaca buku. Syahid juga mengendalikan dirinya agar tidak marah ketika saya pagi hingga siang nampak sibuk, Syahid justru tetap menunggu.

Berikut pencapaian hari ke-7 ini. Semoga esok (saya) lebih baik lagi.

 

 

Tinggalkan Balasan