1. BUNDA SAYANG INSTITUT IBU PROFESIONAL

Game Bunda Sayang #BunSay Level 5 #Day 1 : Menstimulasi Anak Suka Membaca

Day 1

Tantangan Game kali ini menurut saya sungguh enaaak dan asyiik, sebab sudah menjadi kebiasaan harian yang tidak pernah lepas di keluarga kami. Yakni membaca buku.

Jika ditanya, “apakah keluarga kami suka membaca?”

Tentu kami menjawab, “suka”. Bahkan di rumah sejak awal memiliki komitmen untuk menyediakan buku berkualitas agar senantiasa dibaca. Walaupun pada akhirnya buku itu juga dengan segera kami donasikan ketika selesai baca dan tidak berniat disimpan, namun craving terhadap buku baru semakin meningkat. Apalagi kini kami bisa baca buku baru dengan meminjam dar iperpustakaan.

Untuk mendukung hal tersebut, kami berkomitmen untuk tidak menyediakan televisi juga, sehingga buku-buku itulah yang menjadi satu-satunya alternatif hiburan harian kami di rumah. Tanpa ada buku, rasanya hampa, eaaa.

Namun dari materi kali ini saya belajar banyak. Terutama tentang topik keterampilan berbahasa yang jarang kita sadari itulah yang paling penting sebelum mampu melahap banyaknya jumlah buku. Bagi saya, membaca buku dan mengajak kepada anak-yang walaupun tidak diajakpun juga ikutan- mungkin terkesan gampang atau mudah. Faktornya bisa jadi karena kami sengaja menciptakan dan memberikan contoh kebiasaan membaca buku itu penting dalam keseharian. Lantas apakah dengan setiap hari rutin baca buku, Syahid sudah melampaui tahapan wicara dengan baik dan sudah bagus?

Membaca merupakan hardskill yang menunjang untuk memiliki keterampilan pada tahapan berikutnya, menulis. Namun menulis dan membaca saja tidak bisa lompat begitu saja. Berdasar materi di game kali ini, ada tahapan lain yang penting distimulus terlebih dahulu. Seperti kemampuan mendengar dan berbicara. Syahid sendiri masih keculitan dalam melafalkan beberapa kata. Padahal keterampilan itu tidak sim salabim muncul dan lihai begitu saja maka penting juga kita perhatikan dengan seksama.

Saya sendiri menyadari bahwa saya juga memiliki kekurangan dalam hal berbahasa verbal- public speaking, tidak sejago dan selihai suami yang melakukan kegiatan berbicara di depan banyak orang. Suami saya dalam berbicara di depan publik seperti hobi dan selalu nampak asyik menikmatinya. Sedangkan saya justru lebih menyukai bahasa tulis dibandingkan secara tatap muka. Lebih suka berfikir dan mengetik, hehe. Mungkin benar ada perbedaan karakter, namun bukankah ‘berbahasa’ itu merupakan keterampilan yang bisa dilatih juga? lalu bagaimana saya bisa melatih kepada anak, jika saya sendiri lebih menyukai diam dan berbahasa tulisan?

Ada 4 tahapan untuk berlatih menajamkan keterampilan berbahasa.

  1. listening skills
  2. speaking skills
  3. reading skills
  4. writing skills

Bagaimana dengan Syahid?

Jika dilihat dari tahapan berbahasa menurut saya masih di level kedua. Usianya 4 tahun. Walaupun sudah mengenal simbol, bentuk, warna, angka dan huruf namun secara calistung memang belum waktunya-dan kembali lagi di bahasan lalu, saya termasuk ortu yang selow untuk urusan kognisi anak, biarlah indah pada waktunya hehe- sehingga saya masih santai, dan melihat Syahid suka baca itu adalah bonus.

Syahid sudah melampaui tahap pertama, alhamdulillah tidak mengalami gangguan pendengaran. di tahap kedua dia juga suka mulai cerita dan mengajukan pertanyaan -walaupun pelafalan belum sempurna 100% misalnya huruf R.

Di tahap reading skills, Syahid masih berbicara dan menceritakan gambar yang dia baca. Memahami alur cerita dan menceritakannya kembali. Bukan membaca huruf demi huruf.

Nah, tugas kali ini cukup banyak namun saya cek kebanyakan teman sudah membuatnya, membuat pohon literasi. Namun sepertinya pohon yang saya buat agak failed wkwkwk, saya tidak jadi setor untuk urusan satu itu. kenapa?

pertama, saya kurang suka menempel sesuatu ke tembok (plus tembok tsb bukanlah milik sendiri- kontrakan dan sudah penuh dengan coretan anak). Saya menyukai tembok yang putih bersih tanpa ada paku dan cantolan/tempelan. Kecuali jam dinding- tapi ini juga jadi tempat sembunyi cicak, sepertinya nanti jika punya rumah sendiri saya juga akan mengganti jam dinding ke jam yang lain.

kedua, saya kurang bisa berkreasi- di peta bakat, bagian art paling ngenes hasilnya, jadi saya tidak bisa berharap banyak untuk bisa membuat kreasi yang indah-indah sebagaimana teman di grup.

ketiga, saya lebih menyukai membuat reading tracker melalui aplikasi, jurnal atau post blog seperti ini. Untuk saya pribadi dan juga suami, buku yang terbaca selalu saya update di goodreads.

Lalu, menjawab pertanyaan dari Game.

  1. Membuat Jadwal Reading Time bersama keluarga. khusus untuk Keluarga Aang Hudaya, jadwal baca buku kami berbeda-beda. namun untuk anak waktunya memang hampir tersebar dalam keseharian. Seperti yang diceritakan diatas, saya menjadikan buku-buku sebagai teman bermain, belajar dan kawan didalam rumah. Namun karena tugas ini ingin direcord disini, maka saya alokasikan waktu rutin -seperti biasa- sebelum tidur dengan anak. Sebenarnya membaca buku sebelum tidur masuk kedalam routine malam yang sudah lama kami bangun. Hanya butuh konsistensinya aja.
  2. Membuat reading tracker untuk masing-masing anggota keluarga. khusus saya dan suami, sudah ada di goodreads, progress prosentase juga ada disana. Untuk tugas ini, saya fokuskan ke anak. Oia, reading tracker ini biasanya berisi judul, jumlah halaman, progress baca dan tanggap update kapan selesai baca. Karena ini yang baca adalah anak balita, maka saya membuatnya berdasar jumlah buku yang dia baca saja, bukan konten/isi buku baru. Biasanya bukunya sama berulang dan memang dia pilih sendiri (random). Jadi istilahnya saya tulis sebagai book tracker saja ya 🙂
  3. Membuat pohon literasi. hihi, duh, ini tadi saya lebih baik membuatnya secara virtual daripada membuat di dunia nyata yang justru mendemotivasi diri saya (i’m shaming with this wkwk) untuk update pohonnya.
  4. Diskusi terkait buku yang sudah dibaca. Biasanya kami diskusi bebas di sela-sela waktu, terutama suami yang suka sekali membawa (pinjam) buku baru dari kantornya. Khusus buku kitab (seperti riyadush shalihin, fiqh) biasanya suami yang menjelaskan jika kami mengagendakan berdua untuk bahas kitab. sebab kitab setebal itu jika tidak dibedah rutin saya yakin enggak bakal pernah disentuh wkwkwk.

Lalu, hari ini Syahid baca buku apa?

Saya pribadi sudah enggak menyodorkan buku lagi, karena dengan kesadaran pasti jika Syahid sudah lelah bermain, ngoprek ini itu pasti menuju rak buku. Biasanya habis sholat dhuha, sebelum tidur siang Syahid mengambil beberapa bukunya sendiri.

Hari ini ada 10 buku yang dia buka, terdiri dari 7 boardbook, 2 ensiklopedia dan 1 buku aktifitas.

Bagaimana kondisinya ketika membaca?

Syahid sudah bisa bercerita runut isi dari buku yang dia pegang. Beberapa malah bisa dia kaitkan antar buku satu dengan buku lain.

Apakah ada diskusi untuk hari ini?

Hmmm, saya pribadi sudah lelah karena pekerjaan menggunung seharian. Biasanya diskusi lagi malam, semoga malam ini bisa. Mengingat ketangguhan tangan untuk AFK sangatlah sulit, progress baca saya juga belum terlalu meningkat di bulan kemarin.

Berikut saya lampirkan book tracker untuk hari pertama, semoga esok lebih baik. Amiin.

Tinggalkan Balasan