Introduction
Hari kedua, pagi-pagi saya buka pesan. Ternyata pesan saya terlambat masuk, game levelnya salah jadwal, harusnya mulai tanggal 21, bukan 20. Namun kepalang tanggung, saya sudah menyelesaikan kemarin lusa. So, saya chat fasilitator, ceu Nurlian, Alhamdulillah enggak masalah, jadi tetap setor lebih awal.
FYI, saya punya kebiasaan nulis dini hari. Termasuk menulis blog, karena bagi saya, menulis blog agak berbeda dengan menulis status di media sosial yang sekadar atau singkat. Nulis di blog, minimal menggunakan 750 kata agar bisa dinikmati pembaca. Pun demikian dengan tugas bunsay ini, sejak dulu, saya usahakan menulis panjang agar bukan sekadar menjadi laporan standar.
Pagi hari, saya sempat membahas coping skills yang nyambung dengan emosi anak, terutama berkaitan dengan topik cerdas finansial.

Karena cukup sedih juga (salah jadwal) akhirnya saya melakukan coping diri, berbenah rak buku (setiap saya merasa kurang nyaman, saya cari dan alihkan perhatian untuk berbenah sesuatu, walaupun sudah dibenahi berkali-kali). Saya memilih rak buku, sekaligus hendak mendata mana saja yang sudah tuntas saya baca dan belum.
Ada beberapa buku parenting yang saya simpan. Sebelumnya, saya punya banyak sekali berbagai versi buku parenting, mulai dari ala Negara Nordik hingga dari sisi lokal dan religi. Sebabnya, dulu saya punya 5 rak buku yang bebas saya isi penuh berisi segala genre, termasuk genre parenting. Tetapi kini tersisa 2 rak saja, itupun didominasi buku non-fiksi dan buku anak (efek berbenah KonMari dua tahun lalu). Buku yang masih saya sisakan inilah yang mendasari beberapa konsep kategori setiap tantangan game bunsay (termasuk sejak matrikulasi lalu).

Beberapa buku parenting juga ada di e-reader. Berikut yang saya rekomendasikan untuk dibaca para ortu.

Dan biar enggak emosi berbenah atau kelelahan, bisa baca buku ini juga :

Buku merupakan teman, hiburan dan sahabat terbaik di rumah. Karena di rumah kami enggak menyediakan televisi. Jadi lebih dominan buku-buku. Barang-barangpun sangat sedikit, minimalis.
Adapun buku-buku anak saya yang cukup ‘nyambung’ dengan tema cerdas dinansial sejak dini, didominasi boardbook dan pictbook. Sisanya ensiklopedia. Ini saya kumpulkan sebagai bahan aktifitas.
Sebagai value :






Dan ada sebuah buku spesial dari penulis favorit saya, bunda Ary Nilandari. Pictbook yang beliau kirim, ada 4 eksemplar, namun yang membahas tema keuangan ada di buku ini.

Intinya, buku ini bercerita tentang seorang anak yang mencari bolanya, karena enggak ada, dia ingin beli, namun harus menunggu jualan ortunya laku dulu (konsep uang diajarkan dari cerita ini) sehingga anak menahan diri. Endingnya, enggak jadi beli bola karena anak tersebut memahami kondisi dan sudah berpikir kreatif di awal. Syahid sangat menyukai buku tersebut.
Kegiatan yang dilakukan (day 2)
Pagi Syahid bangun siang, sekitar pukul 8 pagi. Kemudian mandi, membuat kue, sarapan dan melihat saya beres-beres buku, ia pun ikutan. Sambil menunggu, ia menghitung papan angkanya.

Jadwal hari kedua adalah mengenalkan mata uang sebagai nilai tukar. Saya ambil dompet dari dalam tas, kemudian menghadirkannya ke hadapan Syahid. Dan terjadi dialog :

Saya : “Hid, ini benda apa? tau nggak?”
Syahid : “Dompet umi.”
Saya : “Fungsinya untuk apa?”
Syahid : “Buat beli jajan”
Saya : -__-” *hela napas, panjang.
Kemudian saya lanjutkan dengan dialog lebih sederhana bahwa dompet itu tepat keluar-masuknya uang. Uang didapat dari abi, abi mendapatkannya dengan bekerja uang adalah salah satu rezeki, rezeki datang dari Allah.
Kemudian Syahid menyimpulkan, “Minta uang ke Allah ya Mi.”
Well, done. Nyambung ya Nak.
Selanjutnya saya mengenalkan mata uang. Ada kertas dan ada receh. Semua uang itu sudah pernah dipegang banyak orang, jadi termasuk benda yang kotor, sebab sudah dipegang-pegang orang banyak dan diputar kesana kemari.

Saya minta Syahid mengeluarkan selembar uang kertas. Kami amati sama-sama bahwa uang itu bentuk aslinya bagus, tapi karena dipegang orang banyak, maka ia kusam, kucel, lusuh, kotor, banyak kumannya.

Syahid mulai paham bahwa uang itu kotor dan penuh kuman. Maka saya minta dia untuk enggak pegang lama-lama, langsung masukkan kembali kedalam dompet. Syahid pun belajar menutup dompet.

Selesai menutup dompet, dia mencuci tangannya di kamar mandi karena hendak ngemil kue.
Selesai ngemil, Syahid belajar menulis. Sebagai latihan sehari-hari, saya sengaja mencetak bahan belajar untuknya, karena dengan berbentuk kertas, mudah mendiscardnya Jika bahan ajar berbentuk buku panduan, biasanya saya fotokopi dulu. Untuk bahan ajar yang biasa saya gunakan, bisa diunduh di gdrive saya (klik aja).

Selain itu, ia juga belajar berhitung.

Saya juga mencoba memberi contoh bahwa perencanaan juga perlu dibahas sama-sama dalam keluarga, melalui pesan atau tulisan target, pengeluaran hingga motivasi pada sebuah papan yang bisa diganti tiap pekan atau evaluasi bersama suami. Pada intinya, ketika anak hendak belajar, maka sebagai ortu perlu belajar beberapa langkah ke depan lebih maju darinya.

Siang hingga sore, karena cuaca panas, saya hendak berniat mencuci bean bag. Alias kursi malas yang isinya beberapa potong kain bekas dan butiran steorofoam. Saya melibatkan Syahid untuk membantu memegang dan mengangkatnya.
Bean bag di rumah bentuknya seperti ini :

Fungsi kursi ini juga sebagai bentuk repurpose yang dimanfaatkan dari isian pakaian yang enggak bisa didaur ulang. Daripada masuk landfill mencemari lingkungan, maka ia diperangkap di bean bag.
Nah, karena ada 2 cover (dalam dan luar) tujuan utama saya membuka cover luar untuk saya cuci. Seingat saya sudah beberapa bulan belum pernah dicuci lagi. Sayangnya pas saya buka, resleting cover dalamnya ternyata lepas. Isian dan cover bagian dalam bean bag berhasil dikeluarkan, namun butirannya ikut keluar juga. Saya jadi ingat, beberapa hari lalu seperti ada yang menghambur keluar beberap bulir, sayangnya saya enggak mericek lagi apakah cover putih bagian dalam sudah tertutup resleting atau terbuka, ternyata terbuka :p
Hasilnya jadi seperti ini :

Tentu Syahid senang sekali, karena ia bisa berimajinasi bahwa itu bisa jadi : beras, butiran salju, tepung hingga eskrim -_-
Intinya adalah, fase mengeluarkan bean bag ini penuh perjuangan bersama anak (sekaligus merapikannya).

Syahid juga jadi bereksplorasi secara bebas, mulai dari motoriknya hingga kreatifitas, ia mengibaratkan dirinya sebagai koki. Ambil adukan mixer, dia coba ngemixed.

Kemudian kami berbenah, buliran steorofoam kami manfaatkan jadi isian bantal, Karena kedua covernya fix dicuci (baik cover dalam-putih dan cover luar-grey).

Rumah kontrakanpun kembali rapi.

Selesai meletakkan semua kembali ke tempatnya, Syahid memberikan pelayanan ala chef. Dengan menuangkan air kedalam gelas di meja kerja saya sambil bilang, “Minum buat umi yang haus. Umi minum ya.”

*Sholih ya Nak.
Laporan Observasi Day #2
Berikut laporan untuk day 2 :
Tanggal Observasi : 20 November 2019.
- Mengenalkan konsep rezeki melalui dialog, lagu atau cerita (iya)
- Mengenalkan konsep uang sebagai nilai tukar (iya)
- Mengajak anak membuat list budget belanja (belum)
- Mengarahkan anak untuk berbelanja sesuai list/kebutuhannya (iya, hari kedua Syahid enggak jajan sama sekali)
- Mengenalkan konsep uang jajan vs uang saku (iya)
- Mengenalkan konsep earn money secara sederhana (iya, saya mengumpulkan baju yang enggak digunakan lagi untuk dijual sama-sama dengannya)
- Melibatkan anak dalam membuat planning (belum)

Mba, mau tanya cara membuat Bean Bag nya bagaimana? Kebetulan saya juga punya banyak sisa kain perca, hanya masih bingung mengeksekusinya. 😅
Bean bagnya beli (saran saya punya 2 cover luar biar kalau ingin nyuci bis gantian). Kalau isinya bebas diisi apapun, kalau besar isiannya, digunting-gunting dulu.