DAILY

Hening

Sabtu, berbeda dengan hari biasa. Pagi ini, suami berangkat ke bandara. Ada agenda kerja sepekan di sana. Jadi, bangun pagi, saya pun sholat dan menyiapkan pakaiannya. Termasuk menyeterika yang perlu disetrika, karena saya tak selalu menyeterika semua yang di rumah. Sudah terbiasa dari jemuran, usap, lipat.

Hari ini, anak juga demam. Suasana rumah jadi hening, sepi, tak semeriah seperti biasa. Jadi ada rasa yang cukup terasa, sunyi. Saya melakukan aktivitas jadi lebih banyak terdiam. Sambil terus berpikir.

Ada beberapa hal yang selama ini saya atasi sendiri. Beberapa saya bagikan, namun ketika menyaksikan gegap gempita dunia Maya, rasanya ini cukup menyentak, menyentil dan bikin gemuruh. Untuk itu, saya mencoba untuk hening. Hal yang biasa saya lakukan di dunia nyata,.kini saya coba praktekkan untuk sosial media.

Hening itu kenikmatan yang luar biasa, energi bagi orang introvert. Kemampuan ekstra untuk menambah skill fokus, maka, detik ini, saya putuskan untuk menemani anak saya yang sedang sakit, memijitnya, sambil menggerakkan jemari di blog ini. Sesekali saya tengok hape, kali-kali, adik iparku datang. Ya, karena ia berjanji datang menemani. Agar kakak iparnya ini tak sendiri.

Beberapa lembar novel mulai saya baca. Rapijali. Kayaknya, besok-besok akan saya bedah di sini.

Bicara tentang hening.

Saya jadi merenung. lebih tepatnya, flash back.

Ada rasa kecewa di beberapa kejadian bersosial, sampai mencoba meminta pendapat ibu. Ya, omongan ibu selalu benar. “Jangan terlalu dekat dan percaya selain ke suami dan keluarga. Apalagi orang yang tidak pernah ketemu. Kamu gak tahu sifat aslinya.”

Ya, benar.

Kini, saya kembali masuk kedalam ‘goa boundaries’ yang sejak dulu menanti. Sama seperti diriku di tahun-tahun sekolah. Goa ini menyelamatkanku.

Goa yang membuat mengingat, masa susah, masa perjuangan. Masa dimana Allah selalu hadir. Dan Allah selalu menyentuh qolbu, di kala hati ini dalam kondisi jernih. Ya, jernih di tengah keheningan.

Jika saya kecewa, wajar. Namun saya yakin, ini ujian untuk menaikkan level. Sejak dulu ujiannya masih sama, artinya saya memang perlu dibersihkan di problem yang unik ini.

Alhamdulillah.

*tepat azan zuhur berkumandang, saatnya memenuhi panggilanNya.

Saya meminta sebagaimana Nabi Musa meminta dan sebagaimana ketabahan Rasulullah Muhammad tergambar.

“Lapangkn dada ini, mudahkan jiwa ini untuk bersabar.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *