Hai teman-teman, sudah lama ya aku enggak cuap-cuap di blog, nulis bebas sesuka hati. Kebanyakan, akhir-akhir ini nulisnya di status whatsapp. Bahkan, lebih rajin di whatsapp dibanding media sosial lain. Sebenarnya ingin mengaktifkan lagi semua konten yang ada di medsos, tapi apa daya, diriku bukanlah wanita super yang bisa melakukan semua-semua.
Balik ke topik, sesuai judul. Sebenarnya bisa enggak sih hidup tanpa helper (pembantu, asisten, apapun itu istilahnya).
Sejujurnya ya, tidak bisa. Karena kita punya tenaga, prioritas, waktu yang terbatas. Tapi, kalau mau disiasati, bisa. Disini aku akan berbagi pengalaman caranya, walau tentu enggak akan bisa diaplikasikan oleh semua, balik lagi, ke kebutuhan dan kondisi masing-masing kita.
Bermula dari Menikah konsep Minimalis
Pada waktu menikah, aku dan suami beneran super minimalis. All in enggak sampai dua juta. Karena :
- kami baru lulus kuliah, belum punya uang yang memadai.
- niat menikah hanya cukup ‘sah’ dan halal di awal.
- seminimal mungkin tidak memberatkan kedua belah pihak.
Jadi, yang kami lakukan adalah :
- Tidak ada sewa gedung/tempat, menikah di KUA.
- Tidak ada sewa peralatan makan, semua disiapkan gotong royong bersama tetangga.
- Semua disiapkan sendiri, termasuk souvenir bikin sendiri, undangan via digital dan hanya fotokopi yang penting untuk tetangga.
Selengkapnya ada di post blog yang ini.
Kenapa dimulai dari sana? karena mengingatkanku bahwa tujuan menikah itu memudahkan, maka ketika kini hidup terasa tidak mudah, wah perlu ada evaluasi diri dan keluarga ya.
Setelah Menikah, Menggunakan Konsep Berbenah Bersama
Karena aku dan suami termasuk menyukai aktivitas berbenah sejak masa muda, maka pas nikah pun semua dikerjakan bersama. Mulai dari gotong royong mengurus domestik rumah, hingga ketika anak hadir dan tumbuh bersama. Maka dari itu, ketika punya rumah, kami namakan dengan rumah tumbuh.
Awalnya, kami menggunakan 5S/5R yang diadopsi dari Jepang untuk konsep berbenah harian. Walau agak kaku, termasuk inventarisasi barang (yang masih sedikit saat itu), metode ini cukup membantu keseharian.
Tahun 2017-an kami menggunakan KonMari.
Tahun 2018 mulai ber-Gemar Rapi. Konsep baru yang cukup holistik. Hingga akhirnya kami kembali ke konsep awal menikah, minimalis.
Dari hidup Minimalis, Semua Terasa Dinamis, Praktis
Walau tanpa ART, tanpa hiburan TV, di rumah kami bisa nyaman karena memang mindset utamanya bukan pengepul barang. Bahkan ada agenda rutin untuk decluttering jika dirasa hidup mulai terasa sumpek (walau barang sudah sedikit sekali).
Pun ketika aku lagi malas menulis, malas beraktivitas, biasanya perlu decluttering beberapa hal (termasuk relasi pertemanan dan media sosial, aku declutter).
Jadi, tanpa ART pun, tanpa helper pun, sepanjang kompak dengan pasangan, juga anak-anak, hidup di rumah pun terasa sat-set. Apalagi setelah belajar food for healing, kulkas yang awalnya minimalis jadi semakin minimalis karena hanya menyimpan bahan makanan yang sesuai kebutuhan, bye bye fosil makanan yang menggumpal mengendap sembarangan.

Apa Kabar Buku Baru? Tulisan Baru?
Sebagai seorang penulis, tentu setelah vakum sekitar 3 tahun-an ini, insyaAllah mulai bergiat kembali. Beberapa buku sebenarnya sudah ada yang siap diterbitkan tapi karena genre non-fiksi, perlu ada pembaharuan dan update ilmu dulu. Maka, buku-buku yang harusnya terbit di beberapa tahun lalu, aku hold. Mudah-mudahan tahun ini bisa selesai. Amiin.
Plusnya lagi, per 2022 diamanahi bayi, jadilah perlu release dulu, perlu benerin diri dulu, rawat post partum diri dan seterusnya. Mudha-mudahan setelah ini, aku bisa kembali produktif menulis. Mohon doanya.
Aktivitas Sehari-Hari Tanpa ART
Yang jelas, berbagi tugas dengan suami. Adapun 2023 ini :
- Ngurus anak yang nomor 2.
- Ngurus si kakak yang homeschooling.
- Ngurus beberapa grup, seperti grup Rumbel Menulis.
- Mengikuti kelas-kelas dan perkuliahan untuk memperbaiki diri.
- Di sela-sela itu, tentu kegiatannya : berbenah, baca buku, bicara (ngisi beberapa kelas, soon akan aku susun lagi kelas yang lebih personal untuk orang tertentu).
Alhamdulillah, sepanjang kecukupan nutrisi, aktivitas positif, pikiran dijaga tak terlalu banyak distraksi, hidup ini : bahagia.