Jurnal pertama pada tahap Bunda Produktif batch 2 kali ini berkaitan dengan persiapan membangun kota. Ya, kota hexagon (hexagon city). Dimana setiap warganya, para peserta kelas, disebut dengan hexagonia, mulai meletakkan pondasi awal dengan melalui beberapa tahap. Selain menyiapkan denah rumah yang dibangun (hexa house), menata denah rumah dalam satu area passion (cohouse), berkenalan antar tetangga dunia virtual ini sekaligus melengkapi ID card, juga bersama-sama membangun klaster.
Ibarat sebuah imajinasi, hexagon city, dunianya para ibu dan perempuan yang aktif membangun mimpinya dengan mendirikan dan menegakkan idealismenya dalam naungan koridor kelas institut pada sebuah kelompok berbasis ketertarikan diri (passion). Di sini tak lagi membicarakan diri sendiri, melainkan bagaimana bekerjasama membangun produktifitas untuk memberikan dampak baik secara komunal dalam sebuah kota virtual.
Denah Co-House
Sebagaimana pekan lalu, walau tugas hanya dikumpulkan melalui kolom komentar, khusus denah hexa-house (rumah saya) sudah saya bahas detil di blog sebelumnya.
Adapun kini, rumah saya tak lagi berdiri sendiri. Saya sudah tergabung kedalam kelompok cohousing kepenulisan dimana saya memiliki 8 tetangga yang luar biasa. Total kami ber-sembilan dalam satu cohousing kepenulisan. Jika dilihat dari denah keseluruhan, seperti ini.

Saya memiliki 8 tetangga yang memiliki passion sama dengan saya, suka menulis. Berikut nama-namanya.
- Mbak Nisa
Nama: Nisa Nuraeni
Regional: Sukabumi
Passion: Menulis, Mengajar
Kegiatan sehari2: bekerja di ranah domestik, mengisi waktu luang dengan menulis di platform KBM.
Oia, saya baru tahu detil KBM dari mbak Nisa ini. Biasanya suka gak sengaja baca di facebook yang ‘viral-viral’. - Nikmah (saya sendiri)
Nama: Khoirun Nikmah
Regional: Bogor
Passion: Menulis, Berbenah
Kegiatan sehari2: Menulis
Detailnya https://khoirunnikmah.com/portofolio/
🏡 : https://khoirunnikmah.com/my-hexa-house-bunda-produktif-batch-2/ - Evi Novita Sari
Nama: Evi Novita Sari
Regional: Bontara
Passion: Menulis, Mengajar
Kegiatan sehari2: Menulis di buku tulis, karena hp masih sering error dan laptop rusak 🤭 - Mbak Ari
Nama: Ari Fatimah
Regional: Jogja
Passion: Menulis, Parenting
Kegiatan sehari2: Menulis dan jadi irt.
🏡 : https://drive.google.com/file/d/1Y_SwCfGmILS2gnG6s683mZMdBaPPbHz_/view?usp=drivesdk - Mbak Lita
Nama: Nurlita Tsania
Regional: Depok
Passion: Menulis dan parenting
Kegiatan sehari2: ibu rumah tangga dg tiga anak laki-laki
dst. - Mbak Raida
Nama: Raida Hasanah
Regional: Kalsel
Passion: Sejujurnya masih meraba-raba, tapi insya Allah memberanikan menulis sebagai passion saya 🤭
Kegiatan sehari-harinya : Senin-Jum’at, jam 7.30-16 wita staf administrasi di Perguruan Tinggi. Jadi setelah jam tsb agak slow pegang hp, karena membersamai anak2 dan qadarullah gantian si ayah yg kerja🙏🙏 - Mbak Shinta
Nama: Roshinta Dewi, dipanggil Shinta
Regional: Sidomojo, tapi domisili Bekasi
Passion: Menulis, memasak, jalan2
Blog: https://bungakubisbiru.blogspot.com/
Kegiatan sehari2: Menemani anak daring, memasak, domestik, pengurus hima IP Sidomojo, dll
dst.
((Btw, saya baru tahu regional sidomojo itu adalah sidoarjo & mojokerto. hehehe.)) - Mbak Istikharoh
Nama: Istikharoh
Regional: Soloraya
Passion: Bercerita& Mendongeng, Menulis, Membaca
Kegiatan sehari2: IRT yang suka bercerita, seringkali diselingi menulis meski hanya puisi, celoteh ataupun luck diary, cerpen dan memoar serta membaca, aktif di Rumlit Solo. - Mbak Erna
Nama: Ernawati
Regional: Jakarta
Passion: Menulis
Kegiatan sehari-hari: menulis
Proses Diskusi Pembentukan Cohouse
Secara garis besar, sangat lancar. Karena teman-teman dalam satu cohousing sejak awal sungguh welcome. Alhamdulillah, ide-ide pembuatan nama yang saya usulkan pun mereka terima (dari hasil voting) hari pertama. Yakni ‘Selasar Aksara’.
Pun dalam pemilihan ketua rumah cohousing (CH leader), sangat mulus jalannya karena sejak awal Mbak Shinta sudah proaktif membuatkan grup sehingga beliau kami nobatkan menjadi CH leader. Awalnya saya diajukan (karena berisik kayaknya haha), namun saya pribadi ikut kelas ini hanya ingin berpartisipasi aktif tanpa harus menjadi pemimpin kelas atau regu. Kondisi saya juga sedang hamil trimester dua, luar biasa mengatur napas jika saya harus terjun menjadi kepala cohousing dan sejenisnya yang tentunya akan lebih sibuk dibanding anggota hexagonia di luarnya.
Ada beberapa alternatif yang saya ajukan untuk ‘penamaan’ CH ini, ada 2 buah (dari yang saya tulis) yang ternyata masuk kedalam sistem voting, yaitu ‘Bilik Kata’ dan ‘Selasar Aksara’. Namun yang terbanyak jumlah pemilihnya adalah selasar aksara.

Setelah menetapkan nama cohousing, kami mulai berdiskusi untuk menentukan logo serta filosofinya. Alhamdulillah logonya bagus, dibuat oleh Bu Leader, Mbak Shinta. Kemudian dibantu oleh seluruh anggota untuk koreksi disainnya. Sehingga logo Selasar Aksara pun jadi.
Karena nama itu merupakan usulan saya, maka saya diminta untuk membuat narasi filosofi. Walaupun demikian, kami tetap saling koreksi, memberi masukan dan menambahkan, sehingga deskripsinya pun lebih optimal ketika dipublikasikan.

Awalnya, saya hanya memberi penjelasan dasar untuk dua kata itu ‘selasar’ dan ‘aksara’. Namun, ternyata harus beserta filosofinya. Maka saya pun izin untuk merenungkannya terlebih dahulu.

Setelah ditodong, siang itu, saya mulai corat-coret di kertas. Dan muncullah narasi dari kepala seperti ini.

Detailnya :

Selasar Aksara – “Merangkai Kata, Mengikat Makna”
Mengapa menggunakan nama serta membuat logo dengan sebutan ‘Selasar Aksara’?
Jika mengulik denah hexa-house cohousing, bisa dikatakan setiap ruang pasti memiliki selasar, yaitu sebuah beranda depan, atau ruangan berbentuk lorong yang berfungsi mengubungkan antara titik satu menuju ke titik lainnya (pintu ke pintu lain misalnya, atau teras ke dalam, area yang bebas keluar-masuk, lalu-lalang).
Selasar bisa berbentuk terbuka, semi-terbuka dan tertutup. Luasnya pun variatif. Namun, bagi kami, penghuni cohousing kepenulisan, selasar memiliki makna lebih mendalam dari sekadar bentuk fisiknya.
Selasar dalam susunan saraf kita mirip dengan interneuron, yakni saraf penghubung yang berfungsi menghubungkan neuron yang satu dengan neuron yang lainnya. Semakin terhubung, semakin baik dan terstimulasi memori yang terbangun, semakin ahli. Dalam perkembangannya, selasar bisa membuka dan tertutup, tergantung aktifitas penghuni. Ibarat pola pikir, ia bisa bertumbuh atau juga menetap.
Dalam hal penetapan istilah ‘selasar’ ini, tujuannya seperti Selasar, tak ada ide yang mandeg, selalu ada perlintasan aktif sehingga kami selalu terbuka, memiliki pola pikir yang bertumbuh juga ( growth mindset ).
Growth mindset yang kami maksud juga terwakilkan oleh logo heksagon yang termodifikasi, berbentuk huruf ‘S’ kapital yang terpisah.
Umumnya, logo yang berbentuk hexagon memang banyak digunakan untuk mengintrepretasikan teknologi.
Kami memilih desain logo ‘S’ demikian sesuai bentuk hexagon city yang terinspirasi dari denah cohousing, berbentuk sarang lebah yang mengintrepetasikan teknologi yang sangat tinggi. Sebagaimana sarang lebah dengan bentuk hexagonalnya itu, mampu memberikan efektifitas dengan hasil yang maksimal. Kami didalam cohousing kepenulisan juga berharap demikian.
Warna biru pada logo ‘S’.
Biru, pada umumnya digunakan secara luas untuk mewakili ketenangan dan tanggung jawab. Kami berharap, sepanjang melangsungkan aktifitas dalam bidang kepenulisan, mampu memiliki sikap demikian, tenang sekaligus bertanggungjawab menyelesaikan apa yang sudah dimulai penuh kesadaran dan kesungguhan.
Dalam logo ‘S’ terdapat gradasi warna biru muda dan biru tua.
Biru muda memiliki makna bisa menyegarkan dan ramah. Warna biru muda digambarkan rileks dan menenangkan. Warna biru cerah juga bisa memberi energi dan menyegarkan. Biru tua lebih kuat dan dapat diandalkan.
Mengapa memilih kata ‘Aksara’?
Aksara merupakan sebuah sistem tulisan yang tertera pada berbagai media, baik fisik kertas maupun digital, ia tidak terpaku pada alfabet semata, aksara mampu menuangkan segala bentuk ekspresi dalam suatu bahasa dan ragam simbolik.
Gambar pena menggambarkan aktifitas menulis, memulai ide dengan coretan hitam nan tegas disertai siluet tinta tetesan berwarna hijau tua atau toska. Hal ini menggambarkan bahwa segala bentuk ide, gagasan, bisa kita bawa ke dunia nyata melalui tulisan yang membawa makna.
Dengan menulis, kita mampu mengantarkan dunia abstrak ide didalam kepala menuju dunia konkretnya, karya. Hal ini tentu membutuhkan sarana, setidaknya pena. Dari pena yang digerakkan oleh tangan, akan tercetus beragam gagasan yang dibalut dan terbaca oleh tulisan.
Warna hitam adalah warna netral terkuat. Di satu sisi, biasanya dikaitkan dengan kekuasaan, keanggunan, dan formalitas.
Di sisi lain, hitam dikaitkan dengan kesedihan dan rasa duka.
- Siluet warna hijau pada goresan pena.
Hijau merupakan warna penyembuhan, ia mewakili awal serta proses pertumbuhan baru. Hijau juga menandakan pembaruan dan kelimpahan. Dalam desain, hijau dapat memiliki efek penyeimbang, harmonisasi, dan sangat stabil. Hijau tua adalah warna yang paling stabil dan mewakili kemakmuran.
Kami berharap aktifitas menulis tak hanya menorehkan kata biasa, bisa jadi ia merupakan sarana menyembuhkan jiwa. Menulis untuk membalut luka menjadi karya, atau menulis untuk menumbuhkan pikiran serta menginspirasi setiap insan yang membacanya.
Demikianlah filosofi dari desain kami, cohousing kepenulisan, Selasar Aksara. Mari “Merangkai kata, mengikat makna”. Sebab dengan menulis, kita bisa memecahkan banyak masalah, mengambil ibrah. ❤️
Setelah semua sepakat, Bu Leader menyetorkan kedalam album logo cohousing di FBG. Alhamdulillah, selesai proses di tahap pertama, lega rasanya.
Denah Cohousing
Selanjutnya, teman-teman dalam cohousing mendiskusikan denah dari rumah keseluruhan. Desainer denah cohousing kepenulisan adalah Mbak Ari. Terkait hal desain-mendesain, saya ngikut aja, nggak jago di area sana, haha. Alhamdulillah denah cohousing (CH Selasar Aksara) sudah ready hari ini, Rabu 22 September 2021, tepat waktu. Big big thanks to Mbak Ari dan teman-teman CH.

Cerita penamaan denah pun, cukup menarik. Terutama ketika menetapkan kata ‘center‘ atau ‘centre‘ untuk menamakan ‘pusat’ area umum di tengah cohousing. Saya tidak menyimak malam itu, namun paginya, baru saya respons dan kemudian kami menetapkan untuk menggunakan ‘center‘.

Sebenarnya sama saja, namun tergantung mau menggunakan (memilih kata) yang dialek mana.

Dan, denah cohousing pun sudah jadi. Bisa saya gunakan untuk mengumpulkan tugas jurnal hari ini. Alhamdulillah. Terima kasih teman-teman.
Proses Pembentukan Cluster
Sambil marathon mengurus ini-itu, bu Leader mengumumkan untuk pemberian nama pada klaster. Karena hari itu juga kami semua masuk kedalam grup klaster. Ide didalam kepala saya pun mulai membludak. Alhasil, saya usulkan beberapa nama (nomor 7 hingga 14).

Klaster yang saya masuk ke sana adalah kumpulan dari CH kepenulisan ‘Selasar Aksara’, CH gabungan 4, CH Manajemen waktu & diri, CH Gabungan 5, CH Gabungan 6 dan CH Gabungan 8. Kandidat leader klaster hanya ada satu, yaitu mbak Rifina Arlin.
Setelah usulan nama klaster dikerucutkan, semua memutuskan untuk pengambilan suara dari CH masing-masing. Voting dilakukan dengan memilih nama klaster : Taman Produktif atau Gugus Impian. Nah, nama usulan saya ternyata masuk, yaitu Gugus Impian.
Voting dilakukan dalam Cohousing masing-masing. Diumumkan dalam klaster. masyaa Allah, cepat sekali hasilnya terpilih.


Setelah perhitungannya (voting ‘nama klaster’) selesai, dan dikukuhkan secara resmi oleh cluster leader. Saya mulai deg-degan, mikir artinya apa.

Dan saya mulai bisa menguraikan makna nama tersebut dengan memperhatikan beberapa aspek isi kelas. Alhamdulillah. Btw, untuk memudahkan, saya simpan semua nomor teman dalam satu klaster tersebut.

Demikianlah cerita dari prosesi pemilihan nama hingga leader dari grup klaster.
Bincang Hari Ini, Live FBG Bunda Produktif ‘Membangun Perekonomian Kota’
Jujur saja, saya baru menyimak live itu di hari Rabu, hari ini. Live diagendakan hari Selasa, sehari sebelumnya oleh Mardika pukul 2 siang. Dimana tiap pukul 2 siang, justru saya ada agenda rutin zoom meeting di tempat lain. Sehingga tidak bisa real time. Namun saya berusaha menyimak penuh live setelahnya.
Pada tema ‘Membangun Perekonomian Kota’ dihadiri oleh narasumber (selain Mardika) adalah Mbak Nike dan Mbak Elva. Mbak Nike selaku ketua asosiasi (sepertinya baru dibentuk) pada batch 1 hexagonia yang ingin berkumpul mengembangkan karyanya, serta Mbak Elva (sebagai sekjend) yang detil menjelaskan terkait struktur kota dalam bidang perekonomian.
Insight yang saya dapatkan.
- Jangan sampai kita diperbudak oleh uang, jadikan uang sebagai sarana produktifitas. Sebab produktif tidak selalu dimaknai dengan menghasilkan uang.
- Membangun perekonomian kota berkaitan erat dengan bagaimana membuat perencanaan berbasis kinerja. Dimana, tidak hanya profit-able saja yang dilihat, namun juga yang ingin mendedikasikan produktifitasnya yang non-profit.
- Pemilihan jalur karya atau hasil produktifitas ada yang profit dan non-profit. Profit dinilai dari keuntungan berupa materi. Sedangkan non-profit, mencukupkan diri dengan nilai kebermanfaatan saja.
- Tentunya setiap proses, nanti akan saling mengingatkan value yang dibuat dari masing-masing produk yang dibawa. Bisa diubah, misalnya awalnya non-profit, diganti menjadi profit.
- Terkait hexa-finance, berhubungan langsung dengan dua city leader, yakni manajer dan BUMH (badan usaha milik hexagonia). Keduanya harus berkolaborasi dan bisa saling CnC (clear and clarify) untuk mengkonfirmasi persepsi dan jalannya program keuangan kota.
- Manajer bertanggung jawab terhadap sistem perekonomian, mensetting cadangan keuangan, menghimpun aset, mengatur perekonomian kota, pelaksanaan kerjasama, serta membuat laporan keuangan untuk hexagonia.
- Aset kota terdiri dari yang terlihat dan tidak terlihat. Intinya, yang tidak terlihat seperti intelektualitas hexagonia.
- Setelah lulus dari bunda produktif, hexagonia akan berpindah ke ibu kota dan tetap menjadi warga hexagon.
- Semua ada payung hukumnya, ada SOP dari institut, tidak sembarangan. Termasuk jalur memasarkan produk, apakah didalam area hexagon saja atau di luar itu, harus melalui payung hukum serta CoC Ibu Profesional.
Kotaku, Harapanku
Dalam kota virtual ini, saya berharap setidaknya untuk diri sendiri supaya konsisten produktif. Terutama untuk bidang kepenulisan.

Apa yang bisa saya berikan?
- Ide. Ya, karena sebagian besar aset terbesar hidup adalah ide-ide dari dalam kepala dan benak. InsyaaAllah akan saya bagikan sebagaimana yang telah saya mulai dari awal. sederhana, misalnya membuat nama cohousing dan urun nama serta filosofi nama klaster.
- Berbagi ilmu dan pengalaman, insyaaAllah. Sepanjang ada waktu, kesempatan dan kesiapan, saya akan bagikan. Sebab dengan berbagi, itulah yang akan menguatkan diri.
- Menjadi perangkat didalam cohousing. Karena kami bersembilan, semuanya kebagian peran. Termasuk saya, yang sebenarnya deg-degan menyiapkan persalinan dan sedang berjuang dalam mengatur waktu dan ritme selama hamil besar ini. Tapi insyaaAllah saya siap. Karena tidak sendirian juga. Saya berperan sebagai sekretaris, bersama dengan Mbak Raida.
Demikian jurnal pertama ini saya buat dengan seksama. Semoga lancar dan bismillahirrahmaanirrahim. Be more productive as a writer!
1 thought on “Jurnal Membangun Struktur Kota – Part. 1 ‘Kotaku, Harapanku’”