Bismillah, alhamdulillah sudah memasuki tahap ‘makan-makan’ sebagai ulat yang lahap akan ilmu. Sebelum saya melanjutkan proses ini, saya bersama teman-teman, berhenti sejenak untuk menyematkan beberapa badge serta logo regu ke dalam tas ransel.

Isi Ransel
Lencana bergambar Telur emas menetas

Pin Regu Mahira
Selain lencana telur yang sudah menetas, nama regu kami, Mahira pun telah meluncurkan logo khusus sebagai penanda regu kelas. Logo dibuat oleh Kak Raisa, dengan warna sesuai dengan warna Ibu Profesional.

Mahira adalah mahasiswa bahagia dan ceria. Memiliki arti dari 2 bahasa, yakni Indonesia dan Arab.
- KBBI V : mahir, artinya sangat terlatih, cakap, terampil.
Harapannya regu ini dibentuk sesuai dengan tujuan awal, yaitu menjadi bunda yang cakap dan terampil (cekatan). - Arabic : Mahira artinya perempuan yang bertalenta (talented).
Harapannya potensi dari setiap anggota bisa muncul serta mampu diasah dan terasah selama mengikuti proses belajar di kelas.
Kompas ‘Strong Why’

Adapun kompas strong why saya sudah cukup jelas, yaitu bagaimana saya mampu cekatan dalam mengatur waktu dengan tujuan bisa mencapai keseimbangan hidup antara menjadi individu (self care), istri, ibu, anggota masyarakat dan sebagai penulis khususnya, semoga mampu lebih produktif menelurkan karya buku lagi di tahun ini.
Headlamp ‘Aliran Rasa’
Headlamp ini saya wujudkan dalam bentuk ‘sadar diri’ akan kemampuan dan terbatasnya jarak pandang. It’s okay not to be okay, tak perlu sempurna untuk memaknai setiap langkah. I’ll be allright with everythings that I have.

Peta
Karena perjalanan kali ini cukup panjang, yaitu 8 pekan. Mau tak mau, saya harus fokus pada tujuan diri. Oleh karena itu, saya menggunakan dan terus memegang panduan saya dalam setiap langkah berjalan di hutan ini, yaitu peta belajar.
Peta Belajar saya masih sama seperti pekan lalu, fokus untuk menyelesaikan naskah buku melalui strategi menata waktu. Sehingga topik besar saya hanyalah ‘time management’ saja. Adapun ilmu yang menurut saya penting untuk menunjang, saya simbolkan pada peta ini :

Untuk lebih memudahkan langkah, saya buat timeline khusus urutan belajar saya selama 8 pekan di kelas ulat-ulat. Dengan membuat tahapan belajar serta menyematkannya dalam kalender secara mandiri, saya harus Berani Merdeka! (Merdeka Belajar, Belajar Merdeka).

Snacks
Selain berisi peta dan timeline, saya juga mengisi tas saya dengan beberapa camilan berupa review buku yang masih satu tema dengan topik besar saya. Camilan saya posting kemarin, yaitu saya menulis review buku yang berjudul Successful Time Management. Bisa dibaca disini.

Selanjutnya, menuliskan isi dari Jurnal pekan pertama.
Pekan ini saya harus mengisi 2 template. Template tersebut dinamakan sebagai ‘Panduan’.
Panduan 1 berisi tentang makananku (ilmu yang saya lahap di pekan ini).
Panduan 2 berisi tentang tabel makanan lama, yang akan datang serta piring dari ulat yang lain.
Jurnal Panduan 1
Pekan ini saya belajar secara mandiri, sesuai konsep yang saya yakini bahwa dalam mengatur waktu harus melihat akar masalahnya. Setelah saya telusuri, problem utama yang paling mudah dibereskan terlebih dahulu adalah dengan menyederhanakan rumah dan keluarga. Tidak menjadikan hal-hal di luar kontrol sebagai hal yang rumit dan hal tidak perlu difokuskan, saya harus menelusuri dan mencari pondasi yang kokoh untuk membuat diri saya dan keluarga merasa nyaman, tidak mudah terdistraksi, lebih fokus, sederhana, sebelum mengatur semua hal yang abstrak.
Minggu ini, saya mendapatkan sumber ilmu…
Tentang Simple Families Foundation, sebuah Program yang didisain oleh Denaye Barahona, P.hD. Siapakah Denaye?

Denaye adalah doktor Ph.D. yang fokus pada bidang spesialis Perkembangan Anak. Ia juga seorang Pekerja Sosial yang praktik Klinis dengan spesialisasi Anak dan Keluarga. Pasca lulus, ia semakin concern dalam bidang Analisis Perilaku Anak. Ia telah menghabiskan sebagian besar karir bekerjanya dengan klien para orang tua yang menghadapi perilaku menantang pada anak-anak – apakah itu sulit makan, tidur, berteriak, mengumpat atau memukul.
Denaye lebih menganjurkan untuk mengambil pendekatan holistik dalam membantu seluruh klien dan bahkan pembacanya yang sudah berkeluarga agar tetap sehat: fisik, emosional, dan relasional. Aspek yang ia tekankan dalam hal ini adalah relasi terhadap diri sendiri, rumah dan keluarga. Dan saya sangat menyukai pendekatan yang dia berikan.
Profil Denaye lebih lengkapnya bisa dibaca di sini.
Dimana sumber belajarnya?
Saya log-in ke dalam website https://simplefamilies.com/member-login/ selain itu, saya juga join ke dalam facebook group alumni program ini.

Sebelum mengikuti kelas, saya sempat membaca buku Denaye yang fenomenal dan popular, berjudul Simple Happy Parenting. Pernah saya ulas di sini.

Setelah saya belajar, ada satu hal menarik yang aku dapatkan yaitu…
Sebenarnya cukup dilema menuliskannya sebab Program ini berbayar dan memiliki hak cipta dan peraturan. Yaitu tidak membagikan isi materi keluar kelas, maka, amannya saya hanya membagikan di sini seputar kisi-kisinya sebagai gambaran apa yang saya pelajari dalam program ini.

Hal menarik yang saya dapatkan terdiri dari 8 lessons (pelajaran) seperti yang telah saya tulis di jurnal.
Pelajaran 1 – Simplify the Home – Sederhanakan Rumah
MASTER THE PROVEN FORMULA FOR FAMILY-CENTRIC DECLUTTERING

Di sesi ini saya belajar menguasai formula clutter-free, sebab rumah yang bebas clutter (baca : clutter = berantakan, lawannya adalah rapi -neat, organizer, tidy) akan memungkinkan keluarga kita untuk fokus pada koneksi (konektifitas) daripada benda-benda (konten rumah). Harapannya tak ada lagi istilah ‘marathon’ berbenah di akhir pekan atau hari-hari tertentu karena semua sudah ‘simplify’, sederhana, merasa cukup, bebas clutter, dan nyaman.
Pendekatan berbenah yang berpusat pada kebutuhan keluarga sangat penting dalam penataan waktu, bagaimana hidup lebih cepat dan mudah dengan berbenah. Di sini saya juga mengenal istilah ‘ruangan aktif’ tak ada yang sia-sia. Sebab prinsip hidup dalam berkeluarga adalah menciptakan ruangan yang dihuni aktif yaitu ruang yang sangat aktif digunakan dan tak ada kesan ‘dingin’. Hasilnya, ruang-ruang di rumah perlu didesain dengan mengutamakan fungsi bukan semata estetika semu.
Dalam pelajaran ini saya memahami bagaimana mengembangkan pendekatan berbenah yang berpusat pada keluarga untuk membuat keputusan-keputusan tertentu di saat melakukan penataan rumah. Saya juga belajar dan memahami nilai rumah yang ramah anak.
Pelajaran 2 – Simplify the Clothes- Sederhanakan Pakaian
TRANSFORM THE WAY YOU BUY, WEAR, AND MANAGE THE CLOTHING
Bayangkan rumah kita jika tanpa tumpukan menggunung cucian dan keranjang yang penuh. Dalam pelajaran ini saya belajar bagaimana menghilangkan pakaian yang berantakan dan mulai menumpuk pakaian dengan niat yang lurus #eaaa. Maksudnya memang niat, sadar dan bahagia, tidak kemrungsung.
Pendekatan yang disederhanakan untuk mengatur pakaian ini memberikan saya ketenangan dan waktu ekstra yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya. Saya belajar bagaimana cara membeli pakaian anak dengan lebih berkesadaran, menyederhanakan rutinitas cucian dan mengurangi clutter yang berhubungan dengan pakaian. Saya juga belajar bagaimana cara menerapkan lemari kapsul untuk anak.
Pelajaran 3 – Simplify the Toys- Sederhanakan Mainan
OVERCOME TOY CLUTTER TO CREATE A PLAY SPACE FOR KIDS TO THRIVE
Anak-anak yang memiliki mainan lebih sedikit akan bermain lebih kreatif dan lebih mandiri. Ini bisa menjadi perubahan pola pikir yang sulit dilakukan oleh orang tua, kakek nenek, dan anak-anak. Namun, saya sudah merasakan hal itu, dimana anak saya benar-benar lebih cepat berkembang dengan lebih sedikit mainan yang dipilih dengan lebih cermat. Jujur saja, mainan anak saya super duper sedikit. Namun, dengan demikian ia lebih kreatif dan menjadi mudah berkreasi dengan fasilitas terbatas apa adanya.
Oia. Merampingkan mainan tidak sesederhana menyapu ruangan dengan kantong sampah yang besar. Sebaliknya, pendekatan yang disederhanakan ini mengajarkan pada saya apa yang harus dibuang, apa yang harus disimpan, dan cara mengatur ruang bermain anak agar tumbuh dan berkembang secara optimal.
Saya mempelajari cara memilih mainan yang tepat untuk membantu anak tumbuh dan berkreasi, menjadi memahami nilai dari mainan yang lebih sedikit untuk perkembangan dan well-being anak saya. Saya juga jadi menemukan cara merawat ruangan dan wadah mainan yang disederhanakan, plus bagaimana cara meminta anak-anak membersihkan. Di sesi ini, terdapat BONUS juga, yaitu bagaimana mengatur buku anak-anak dengan cara sederhana.

Pelajaran 4 – Simplify Mealtime- Sederhanakan Waktu Makan
COOK + FEED YOUR FAMILY WITH INTENTION
Memasak dan menyajikan makanan keluarga bisa jadi terasa seperti tugas yang tidak pernah berakhir — dalam banyak hal memang demikian faktanya, terasa datar saja, rutinitas. Kita sebagai ibu, perlu memikirkan dan melakukan proses perencanaan menu, membeli bahan, memasak, pembersihan … dan belum lagi mencari tahu bagaimana cara agar anak kita bisa lahap makannya.
Dan saya akui, berlalunya hari-hari saya sebab saya merasa hari-hari saya habiskan untuk berlama-lama di dapur. Akibatnya saya jarang bisa menulis naskah dengan tepat waktu. Saya sendiri merasakan efek jika perut lapar, mudah tersulut emosi. Dari kelas ini diterapkan beberapa struktur dan batasan sederhana yang membantu anak, saya dan suami untuk menikmati pola makan lebih baik dan membuat diri saya (yang kurang pandai memasak ini) merasa lebih percaya diri selama duduk di meja makan atau dapur untuk memproses makanan..
Di sini saya belajar mengembangkan batasan-batasan yang sederhana di saat waktu makan. Saya juga belajar memanfaatkan cara trik mengelola menu makan untuk memperbaiki pola makan dengan meal windows planner dan mengurangi ngemil yang tak sehat.
Setelah usai dengan physical clutter, di lesson 5 hingga 8 berkaitan dengan clutter yang abstrak, seputar fear, rush, distraction, dan refereeing.
Pelajaran 5 – Parent with Less fear- Orangtua dengan Rasa Takut yang Lebih Sedikit
RAISE CHILDREN WITH CONFIDENCE – BANGKITKAN ANAK-ANAK DENGAN PERCAYA DIRI
Ke mana pun kita melihat sekeliling, kita dihadapkan dengan berita tentang anak-anak yang kondisinya dalam bahaya. Kita jadi memiliki rasa takut yang melimpah ruah. Ketakutan akan keselamatan dan kesejahteraan anak-anak, merupakan fakta yang tak terelakkan yang dihadapi orang tua saat ini.
Bayangkan jika kita menjadi orang tua yang mampu mengurangi rasa takut jadi lebih sedikit?
Hasil eksplorasi Danaye terhadap orang yang dapat membiarkan anak-anak boleh mengambil risiko dan gagal, ternyata hasilnya tumbuh dalam kepercayaan diri dan karakter yang kuat.
Kita seringkali merasa takut sebab kita sedang berusaha memenuhi “ekspektasi sosial” yang menimbulkan kecemasan dalam mengasuh anak, jarang sekali kita menyadari dampak ketakutan kita terhadap anak-anak kita tersebut. Di sini saya belajar untuk mengurangi rasa cemas, anxiety.
Pelajaran 6 – Parent with Less Rush – Orang Tua dengan Sedikit Ketergesaan
FIND THE PACE THAT SUITS THE WHOLE FAMILY
“Jangan berkedip, atau mereka akan tumbuh dewasa!”. Tentunya kita pernah mendengar peringatan hal itu. Kalau di Jawa, biasanya ortu pada bilang, “Lha kok wis gede, cepeteeee.”
Terlepas dari betapa cepatnya tahun-tahun berlalu, rasanya memang cukup sulit untuk merasa sadar, tetap hadir dan mampu menikmati menemani perkembangan anak-anak dengan penuh kesadaran sebab rasanya ingin serba cepat, tergesa. Bahkan beberapa ortu ada yang menggegas anaknya untuk bisa ini dan itu, padahal belum waktunya..
Di sesi ini, fokus untuk mempelajari cara tinggal bersama anak-anak kita. Memahami kecenderungan otak kita memengaruhi pilihan / tindakan kita. Melepaskan rasa cemas akan pikiran “bagaimana jika” tentang masa depan dan juga saya belajar bagaimana agar fokus memprioritaskan anak dan keluarga yang jelas di depan mata, detik ini, saat ini.
Pelajaran 7 – Parent with Less Distraction – Orang Tua dengan Lebih Sedikit Gangguan (Distraksi)
SPEND TIME WITH KIDS: LESS BURDEN, MORE JOY
Bayangkan jika kita tidak merasakan pressure atau tekanan untuk membuat jadwal, untuk berusaha agar anak-anak tak menganggur alias sibuk dalam sehari-hari waktu 24 jam?
Bayangkan bisa leyeh-leyeh bareng anak.
Betapa melegakannya, bukan? Sebenarnya efeknya bukan hanya ke diri kita sebagai ortu, namun juga ke anak-anak.
Saat kita membersamai anak-anak kita dan menjadwalkan semua waktu kosongnya agar mereka selalu ada kegiatan, kita (indeed) sebenarnya sedang merampas kesempatan mereka untuk mempelajari keterampilan kognitif penting yang tak bisa kita lakukan berdasar inisiatif anak, seperti kreativitas, pemecahan masalah, dan perencanaan.
Dalam pelajaran ini saya belajar bagaimana merangkul kebosanan versi anak-anak dengan prima, memahami bagaimana anak kecil belajar, menjelajahi berbagai aktifitas anak dimana mereka belajar cara paling esensial dan kritis di kehidupan yang bermakna.
Sesi ini terdapat BONUS: Menemukan keseimbangan screen time yang sesuai untuk keluarga.
Pelajaran 8 – Parent with Less Refereeing – Orang Tua dengan Lebih Sedikit (seolah-olah menjadi) Wasit
SUPPORT THE SIBLING & INTIMATE PEER RELATIONSHIPS
Sebagai orang tua, saya perlu mempelajari ini untuk mempersiapkan adik atau anak kedua nanti. Karena saya terbiasa hidup dan lahir tunggal, tak punya saudara atau ikatan siblings, maka saya tak memahami bagaimana rasanya punya saudara sekandung.
Sesi ini membuat saya belajar untuk menanamkan pola pikir bahwa orangtua tidak harus selalu bertanggung jawab untuk selalu membuat anak-anak tetap rukun, tetapi menjadi ortu dapat membantu melatih mereka untuk memelihara hubungan ini di tahun-tahun awal terbentuknya ikatan persaudaraan misalnya seorang kakak yang menunggu adiknya lahir.
Di sesi ini perlu memahami peran orang dewasa dalam hubungan anak-anak, bagaimana melatih tanpa perlu menjadi wasit, justru sebaiknya menjadi pelatih (coach) bukan sebagai wasitnya. Dengan menguasai teknik ini, sangat memungkinkan ikatan ini lebih luas kepada hubungan saudara / teman bermain.
Saya memutuskan untuk belajar dari sumber ilmu ini karena…
Pola asuh zaman sekarang berbeda dari dulu, anak yang lahir di atas tahun 2000 mengalami kemajuan pesat dan menyaksikan teknologi super massiv dikembangkan. Itulah sebabnya cara dan pola pikirnya berbeda dengan generasi saya dulu, milennials. Dalam program tersebut, saya juga mendapat tugas (homework) yang menjadi panduan setiap tahapannya.
Ilmu berbenah bukan semata untuk gaya-gayaan belaka, di kursus ini justru lebih mengedepankan ‘kewarasan’ dan kesadaran seorang ibu terhadap perannya dibandingkan dengan nilai estetika dan kesenangan instan belaka. Sangat sejalan dengan kehidupan saya, dimana saya tak bisa prduktif jika kondisi berantakan dan kacau. Maka, saya perlu memastikan bahwa barang saya cukup dan tidak berlebihan, saya akan lebih mudah menyederhanakan apapun.
Rekomendasi saya untuk teman-teman terkait sumber ilmu ini…
More than KonMari! Ya, walau saya suka berbenah, addicted dengan Marie Kondo (boleh dibilang die hard fansnya di masa dulu- efek life changingnya) namun karena saya terus bertumbuh, maka pemikiran saya terhadap simple families ini jauh lebih efektif.
Sebab anak adalah peniru yang andal, saya harapkan semua ortu bisa mempelajari dan menerapkan sedikit demi sedikit konsep berbenah hingga di titik tertentu akan merasa ‘cukup’. Dan cukup menurut saya adalah minimal, maka dari itu, setelah berbenah berulang kali, kini saya dan keluarga lebih nyaman hidup minimalis. Ya, karena KonMari bukan minimalist, maka bisa dikatakan saya telah melampaui dan melewati fase berKonMari dan kini saya bersanma Denaye mewujudkan keluarga yang minimalist with our kids.
Dan saya juga bangga sekaligus senang dengan konsep Denaye salah satunya setelah diundang oleh The Minimalist. Hehe.
Jurnal Panduan 2
Berbeda dengan Panduan 1, di panduan kedua, saya harus berkeliling melihat makanan teman-teman di grup facebook dan mereviewnya. Sehingga menjadi isian jurnal bukan tentang saya semata.

Aku Tahu Tentang
Hal-hal yang saya lakukan dalam kurun waktu lama dan bertahun-tahun lalu, seputar :
- metode berbenah (di post blog Berbagai Metode Berbenah di Dunia).
- Healing inner child (terutama inner child pribadi dengan metode writing for healing).
- Mindfulness (selain dari buku, saya pernah ikut online coursenya di udemy, cukup mampu mengatasi problem dari dalam).
- Minimalism.
Aku Ingin tahu tentang
Tentunya next pelajaran di kelas mental unload. Berikut ini jadwalnya, saya copas saja dari kelas.
Core Content Schedule – The core content will be released as follows (emails will go out to all participants when a new step is introduced):
Step 1: Thursday, February 11th
Step 2: Sunday, February 14th
Step 3: Tuesday, February 16th
Step 4: Thursday, February 18th
Juga terdapat Live Coaching Sesionnya.
Live Coaching Session #1: Sunday, February 14th, 8:00pm-9:00pm EST (time zone converter)
Live Coaching Session #2: Thursday, February 25th, 11:00am-12:00pm EST (time zone converter)
Namun saya akan mengikuti di sesi 1 sebagai bahan membuat jurnal pekan kedua nanti.
Aku belajar Tentang
Tentang makanan teman lainnya di album ‘Ini Makananku’. Saya belajar dari grafis informasi terkait kelas Ibu Punya Mimpi, yang dipandu oleh narasumber Fathya Artha. Grafis itu memudahkan saya mencerna isi dari topik yang disampaikan oleh sumber ilmunya. Yaitu tentang pengelolaan utama manajemen waktu, adalah 3 hal penting :
- Energy.
- Time.
- Money.
Demikianlah jurnal di pekan pertama ini. Semoga pekan depan lebih tepat waktu lagi. Amiin.
Bogor
Jumat, 12 Febaruari 2021.