Memasuki pekan terakhir tahap ulat-ulat, dengan program buddy system. Dimana, buddy ini adalah satu orang yang dipilih (oleh diri sendiri) untuk menjadi partner curhat dan saling berbagi di pekan ke-8. Awalnya saya ingin skip di tahap ini, karena kata ketua regu, gak apa-apa untuk skip maksimal 2 pekan tapi tak berturut-turut, asal pekan yang lain aman. Sedangkan saya tanpa skip sudah 7 pekan di tahap ini. Saya berpikir, mencari teman itu jauh lebih susah dibandingkan mengerjakan tugas sendiri.
Menemukan Buddy
Alhamdulillah ada yang menghubungi melalui whatsapp, hari selasa, 30 Maret 2021, Mbak Onish namanya, dari regu 9 – Dandelion. Setelah saya baca, ternyata sudah satu pemikiran dan satu circle, sehingga lebih mudah untuk mencerna informasi yang Mbak Onish sampaikan. Mbak Onish sendiri tidak memaksa, masih memberi waktu untuk ber-buddy system ini, karena saya take it simple, saya langsung saja menerima. Sempat juga iseng membuka facebook, ternyata ada juga regu lain yang kontak, wkwkwk. Namun, saya orang yang tipenya sudah satu, ya satu, dan sebab sudah deal dengan Mbak Onish. maka saya lanjutkan tahap ini.
Btw, saya kurang suka teleponan, maka saya menggunakan aplikasi chat whatsapp saja walau jarang online whatsapp. Sekilas saya baca dari perkenalan Mbak Onish, saya tanya -rekonfirmasi- dan akhirnya saya menemukan jawaban untuk jurnal ini.
Menyiapkan Bekal untuk Buddy
Setelah membaca chat, hal yang dibutuhkan mbak Onish adalah informasi terkait hidup minimalis a la Rasulullah. Sebenarnya dari berbagai literatur yang saya baca, gaya hidup yang dicontohkan oleh Rasulullah adalah minimalis. Yaitu hanya terfokus kepada segala sesuatu yang esensial dan penting, yaitu fokus kepada Allah SWT. Sehingga diwujudkan dalam kehidupan keseharian beliau. Mulai bangun hingga tidur, 24 jam Rasulullah tidak ada yang sia-sia. Pun dari segi fisik rumah, hunian beliau hanya menyimpan benda yang penting, barang yang digunakan, secukupnya. Dari pola makan, Rasulullah menerapkan 1/3-1/3, untuk makanan, minuman dan udara. Tidak sampai kekenyangan berlebihan. Intinya, jika kita bisa mencontohnya, maka kesehatan batin, emosi, fisik, dan jiwa kita akan nyaman dan ringan.
Lalu, menurut Nik, minimalisme itu apa?
Minimalisme tidak hanya berfokus pada benda-benda, Minimalis, merupakan pola pikir, yang menjadikan seseorang terus menerus melatih diri untuk ‘sadar’ terhadap setiap detik yang dijalani sehingga tak lagi terikat dengan hal-hal remeh atau tidak penting. Khusus muslim, fokus kepada aktifitas yang mendekatkan diri pada Allah SWT.
Muslim Hidup Minimalis merupakan sebuah gerakan, kesadaran dari dalam diri bahwa minimalis adalah ajaran hidup agama islam.
InsyaaAllah akan saya tuliskan detail didalam buku.
Kesimpulan dari perjalanan ‘mencari’ makna minimalis dalam islam, saya membuat akronim ‘ MUSLIM ‘ yaitu :
- Meluruskan niat (karena Allah).
- Ubah pola pikir (minimalis adalah hidup sesuai keseharian Rasulullah).
- Sediakan Batasan (dari berbagai clutter yang dirasakan).
- Lakukan Pengurangan (bukan sekadar decluttering, karena ‘discarding’ aja tidak cukup).
- Ikat dengan kebiasaan (yang mengacu kepada kehidupan Rasulullah).
- Muraqabah (merasakan bahwa Allah selalu melihat dan mendengar hati serta tingkah laku kita, hingga mencapai ihsan – melakukan setiap hal dengan proses terbaik, best of the best).
Langkah ‘MUSLIM’ itulah yang selama ini saya terapkan untuk diri sendiri, walau belum sempurna (tak ada yang sempurna dalam hal berproses), saya berbahagia dalam setiap prosesnya. Happiness is a state of mind, and happiness is a mindset not a destination. Ketika kesadaran bahwa minimalisme ini bagian dari islam, maka saya semakin mantap dan nyaman, senang untuk membagikannya, bahagia dalam melakukannya.
InsyaaAllah beberapa waktu lagi, buku ini terbit. Rencana cetak terbatas. Aamiin.