Aku punya kebiasaan setiap malam setelah mengunci semua kelas yang riuh di dunia maya, membaca obrolan Rhea dan Aidan dari Clair dan juga membuka sekotak lapisan kulit yang berisi rangkaian kata yang menyembuhkan.
Dulu, aku kerapkali berfikir bahwa aku bisa lakukan apapun selama aku mau belajar sungguh-sungguh. Dan itu benar namun sungguh lama, sebab aku tidak tahu apa yang seharusnya menjadi fokusku.
Akhirnya yang terjadi adalah aku membaca banyak hal, karena suka dan hanya bisa menghibur diri dengan buku-buku. Endingnya aku overwhelmed dan itu sangat tidak nyaman. Kepala seolah penuh namun tidak ada juntrungnya.
Akhirnya aku larikan diri dengan diimbangi dengan mencari tantangan baru. Lari pagi misal atau membeli perlengkapan untuk gerak badan, sepeda, matras yoga dan sebagainya.
Jika itu tidak berjalan, misalnya efeknya jadi kelelahan biasanya aku berikan sedikit ruang untuk menulis. Seperti malam ini. Dengan menulis disini ada banyak hempasan pikiran yang terurai dan terangkat menjadi lebih ringan. Walaupun bukan berarti menjadi obat sepenuhnya. Obat untuk apa? menghilangkan penat.
Kenapa tidak tidur saja? justru karena aku tidak bisa tidur, maka aku alihkan dengan membaca dan ngeblog tipis-tipis disini. Tapi maaf jika ini tulisan jadi random, gatau juntrungnya mau bahas apa.
Kemarin pesan dari bukunya Om Mark bilang gini “kamu mikirin bahagia kayak gimana, ya gak bakal bahagia. Bahagia itu ya kamu sendiri.”
Rada gila emang pemikirannya, tapi sangat praktis dan ternyata cukup membuatku terbantu melepas penat efek mata bertatap kuat dengan screen sehari-hari. Well, thanks Mark. Kadang butuh juga berfikir santai dan ringan tanpa perlu takut dikejar deadline yang dibuat sendiri.
Jadi, terkadang kita perlu juga berhenti sejenak melihat diri bukan sekadar untuk evaluasi. Tapi untuk bertanya, “Nik, beneran nih?” atau “Nik, udah tahu seharian ini ngapain? are you happy? or are you here?” pertanyaan receh yang jika dijawab membuat sedikit diri terbahak. Ngomong sama diri sendiri -_-
Kebiasaan malam ini jarang aku tuliskan disini, namun sekalinya ingin kutulis jadilah obrolan random yang jika dibaca pembaca juga bakal bingung.
Intinya adalah semua orang nggak butuh tahu oranglain, maka fokus saja pada diri sendiri dan apa yang disukai. Jika itu sudah dilakukan, terasa menyenangkan bukan?
Pasalnya, mau suka apa dan menekuni apa itu nggak bisa serampangan. Butuh kenali diri lagi dan lagi.
Kebetulan malam tadi ngobrol, diskusi dengan teman-teman madya #gemarian tentang passion. passion is an intens enthusiasm for something.
Kalau baca di buku yang aku pelototi malam ini (oia, aku nggak bisa tidur jika nggak sambil baca -entah ini kebiasaan baik atau buruk -_- . masih bersyukur mata tidak minus, masih normal alhamdulillah) judulnya ‘passion itu dipraktekkan’. Gimana kedengarannya? seru ya.
Passion adalah tentang energi yang tak bisa ditukar dengan apapun, kecuali dengan kepuasan dan kebahagian dari dalam diri, eksistensi. dari buku the art of non-conformity, Chris Guillebeau bilang bahwa ya hidup ini milikmu sendiri, jadi kamulah yang mampu mengontrolnya sendiri. Tentu dengan keimanan kita juga yakin terhadap takdirNya ya.
Tadi di kelas juga sempat aku bahas sedikit. Sebenarnya kepala ini bisa nyuut2 sebab kebanyakan baca chat. Kusadari itu kelemahan diri, bahwa aku lemah di bagian itu. Bisa kupelajari tapi aku lelah. Jadi lebih enak ngetik, nulis dan baca. nyambunglah dengan klaster kekuatan yang dimiliki.
Malam jadi siang, siang jadi malam ini beberapa kali menghinggapi diri. Ingin diubah namun memang butuh waktu, harus dipaksakan sih.
Intinya, daripada nggak jelas di malam hari. Secara pribadi, kuambil beberapa buku, habiskan aja sekalian. Jika mata sudah lelah, ngantuk akan melanda, insyaaAllah bisa merem juga 😀
Selamat malam 🙂
P.S : ketika diksinya kata ‘aku’, artinya ini murni obrolan ringan dengan diri sendiri. jika udah jadi ‘saya’ biasanya untuk tugas atau pembahasan yang lebih formal 🙂