Whuah, baru pertama ini saya membuat review tentang film bioskop. Biasanya kalau nonton yaudah nonton aja, seperti tahun lalu nonton small foot, aquaman ya biasa aja. Bagus aja, seneng aja. Tapi kali ini berbeda. Selain ini film asli orang Indonesia (jujur aja, saya jarang nonton film dalam negeri š jadi ini amazing bagi saya mau nonton) yang menurut saya berkesan.
Jarang banget film di Indonesia yang mengangkat tema besar tentang keluarga, kebanyakan lebih kepada cinta-cintaan atau rebutan apa, atau horror atau ya seputar persahabatan petualangan. Jadi ini merupakan film pertama bertema keluarga yang membekas buat saya pribadi dan ini juga film pertama yang saya tonton di Januari 2019.
Oke, kita langsung ke substansi ya ^^ (ala-ala blog reviewer hehe)
Untuk pemainnya sudah tau kan ya (ada di foto diatas :D) pemain yang cukup populer dan menarik. Berbeda dengan yang di Bioskop. Keluarga Cemara jaman dulu boleh dikatakan ‘jadul, gak ngartis’ – sebab khusus pemeran anak-anaknya Abah dicari secara mendadak (anak Sukabumi asli)- jadi bukan kalangan artis maka wajar sempat ada cerita film tersebut ditolak oleh para stasiun tivi. Kenapa? sebab ‘tidak menjual’. Bagi mereka yang ada di stasiun TV ‘itu film tidak menarik, artis anak-anaknya juga bukan dari kalangan artis” dst. Namun setelah dicoba 25 episode, langsung naik rating dan mereka memesan 100 episode hingga Keluarga Cemara tidak tayang lagi.
Bagi saya ini adalah keluarga cemara modern, iya jelas banget kalau film jaman dulu si Abah jadi tukang becak, di film ini Abah Ringgo jadi tukang ojek online (kebetulan film ini disponsori oleh Gojek Indonesia). Si Euis (Zara JKT48) juga memegang gadget dan berkawan dengan teman jakarta yang glamour juga (sebelum pindah ke Cisarua Bogor- btw, karena saya stay di Bogor juga jadi berasa jadi tetangganya gitu wkwk).
Dari segi jalan cerita, menurut saya sudah bagus walaupun terkesan datar ya (entahlah ini subyektif saya). Saya sendiri tidak menangis di awal, tapi di akhir huhuhu. Bagi saya film ini walaupun terkesan dibuat-buat (ya iyalah kan namanya film, bukan dokumenter) tapi bisa sukses juga membuat saya mampu menemukan dan menggenggam nilai yang disampaikan oleh film ini. Congraaattss ya Keluarga Cemara ^^ selain itu karena suara BCL favorit saya sii.. hahaha
Ceritanya kayak gimana Nik?
Tonton sendiri ya hahaha. Yaa intinya plot driven sih, karena situasinya suka berubah ubah.
Terdapat sebuah keluarga di Jakarta berkecukupanlah, kemudian ditipu kakak iparnya dalam menjalankan proyek properti. Kemudian rumahnya disita terus pindah menempati rumah tua warisan abah. Konfliknya lebih kepada anak-bapak. Jadi nilai keluarganya dapet banget. Yang membuat film ini ceria selain tokoh Ara (Cemara) yang menentukan jalan cerita secara tidak langsung (ada adegan yang membuat para ortu tertaboklah dari dialog si Ara ini) juga ada teman-teman Euis (saya salut saat mereka care banget membantu Euis jualan opak) dan juga tokoh lucu Loan woman wkwkwk.
Endingnya adalah lahirnya si Agil. Udah gitu.
Tapi justru dari ending itu (sebelum adegan terakhir) yang membuat saya terharu. Sebab betapa sosok Abah itu ternyata begitu hangat, huaaaaa.
Kemungkinan kenapa saya baru bisa menitikkan air mata di akhir mau ending, mungkin efek film itu tidak begitu saya rasakan secara personal. Ya setiap yang menyaksikan pasti diibaratkan dirinya sendiri kan. Karena saya tidak pernah merasakan keutuhan dan kehadiran kedua ortu sejak kecil jadi kurang ‘nampol’ di awal. Kalau hidup susahnya sih terasa -dan lagi-lagi ini menurut saya biasa- apalagi saat melihat Euis jualan opaknya kok ‘kayak gitu?’ saya sempet ketawa. Karena jualan sejak kecil (saya sempat jualan keliling juga waktu SD) yaaa Biasa aja. Namun bagi sebagian teman saya bilang itulah yang nampol banget hingga mereka menangis sesenggukan -baik di awal maupun di akhir-. Hehe
Oke, apa aja yang saya dapatkan dari film ini?
Pertama, karakter. JANGAN MUDAH PERCAYA sekalipun itu pada saudara sendiri. Ini berkaitan dengan surat, perjanjian dan segala bentuk yang itu memiliki nilai. Dan belajar tentang hukum juga wajib bagi pengusaha maupun yang mau melindungi keluarganya.
Kedua, Asset dan dana darurat. Yak, detailkan aset yang dimiliki (termasuk pengeluaran dan pemasukan) serta dana darurat agar tidak kelimpungan ketika ekonomi berada di bawah.
Ketiga, komunikasi antar individu didalam rumah. Ini penting banget ortu mendengarkan anak, anak mendengarkan ortu dan berdiskusi untuk menentukan masa depan. Sehingga semua akan melakukan tugas dan kewajibannya secara sadar dan hepi.
Oke, segitu aja review singkat ala-ala saya. Rada receh tapi semoga bermanfaat.