KARYAKU PUISIKU

Memaknai Cinta

Cinta

Ini bukan puisi

Ini hanyalah torehan hati, sebaris sebaris

Cinta, aku mendengarmu, aku melihatmu

Ketika telapak tangan mungil itu terbuka dan menggenggam

Ada sentuhan hangat

Itulah cinta

dari ibunda..

Cinta

Nampak dari peluh keringat

Kaki dan tangan yang semakin kasar

Air muka penuh letih

Itulah cinta

Dari seorang ayah

Hai, apakah aku paham cinta seutuhnya?

Bagaimana denganmu?

 

Tidak denganku, kau bilang begitu

Bahkan kau tidak pernah ingat bagaimana ortumu?

 

Oh aku ingat, tentu

Tapi itu cinta yang semakin hilang, lenyap

Entah kapan aku merasakannya

Cinta, yang aku tahu itu saat seragam ini aku kenakan

Berlarian sosok wajah yang penuh teduh

Mengelus kepalaku penuh kasih

Itukah cinta?

Cinta seorang guru pada muridnya

 

Oh, kamu salah

Cinta yang hangat dan sejuk itu masih ada

Lihatlah sahabatmu, mereka tersenyum padamu dan berduka untukmu

Ya, itulah cinta

tentu, aku masih mengingatnya

Dan cinta itu juga pernah tumbuh

Sayup-sayup namun aku tak mau mengakuinya

Oh ya? cinta yang mana?

Tentu, ada cinta yang Dia turunkan untuk sosok yang baik itu

Tentu, itu akan aku kenang selalu

 

Lalu, dari percakapan kita- hey ini percakapan atau puisi?

Entahlah…

Lantas apa cinta itu?

-hey bahkan kamu tidak menjawab pertanyaannku

 

Tentu, cinta itu luas

Cinta itu adalah rahmat dari-Nya, bukan?

 

-kemudian aku terkesiap

Dalam sujud yang panjang, cinta itu terjawab

“Sayang, sudah sholat tahajud?”

-kini aku terbangun

Sosok pendamping hidup yang dipilihkanNya ada nyata

Kini menjadi sosok yang sangat mendukungku

-hey, kamu mau kemana?

Selamat ya sudah menemukan cintamu, salam sayang untuk kalian

Semoga kita berjumpa bersama kelak-atas izinNya

*air mataku tak terasa menderas, jatuh, hening.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *