Masih dalam topik ‘cinta’ seperti janji kemarin, saya tuliskan post blog ini. Karena seharian ini ada tukang, kemudian terdistraksi dengan obrolan beberapa pekerjaan, kemudian sholat zuhur. Dan saya lanjutkan dengan menyimak diskusi di FBG Bunda cekatan untuk membahas pertanyaan cara main, lanjut ngetik beberapa pekerjaan (bukan blog), lanjut mandiin anak, masak buat makan malam. Mencoba rekaman buat potluck dan seterusnya. Rasanya perlu extra time aja untuk hari ini. Akibatnya, saya mengetik post blog di atas jam 23.00 WIB.
Bismillah, topik hari ini cukup berat. Aslinya saya ingin membahas sebuah buku yang menjadi referensi untuk judul post blog, sayangnya daya watt mata ini tak mendukung ditambah deadline waktu yang sudah mepet. Baiklah, kalau gitu saya bahas tentang cinta langsung aja, cinta yang utama, cinta pada Allah dan Rasul-Nya.
Cinta pada Allah
Emosi manusia yang paling menyenangkan dan membuat bertumbuh dengan baik adalah cinta. Dan bentuk cinta yang paling indah adalah mencintai Allah. Kita menjauh dari dosa karena kita takut kepada Allah dan kita takut akan api neraka yang menyala-nyala. Ditambah, setiap saya mendengar materi HSI, rasanya penuh instropeksi. Jadi semakin ingat Allah. Dan kita menyembah Allah serta melakukan perbuatan baik dalam rangka mendekat kepada Allah karena kita mencintai Allah dan berharap surga.
Cinta antara penyembah dan Sang Pencipta terasa begitu memuaskan dan memenuhi hati. Rasanya sungguh berbeda dari cinta yang lain, terutama saat saya sadar dan yakin serta tahu bahwa Allah mencintaiku dengan begitu banyak hal yang Allah tolong dan berikan pelajaran yang berharga selama ini. Di antara nama asamaul-husna dan atribut Allah adalah Al-Wadud, artinya Yang Maha Pencinta, Yang Paling Penyayang, Yang Tercinta, Yang Penuh Kasih.
Mencintai Allah lebih dari sekadar ucapan, lebih dari gerakan mulut saat kita mengucapkan cinta kepada Allah. Namun cinta kita pada Allah akan berupa tindakan nyata, jika kita mencintai Allah maka dengan inilah kita sadar dan yakin dengan cara menaati-Nya, menyembah-Nya, menyukai apa yang Allah suka, dan tidak menyukai apa yang tidak Allah sukai.
Cinta pada Allah harus dipupuk agar bisa tumbuh dan kita bisa merasakan buah dari cinta ini.
Walau normal atau wajar jika kita sebagai manusia sering mengalami pasang surut dalam hal menaati-Nya. Ada kalanya kita merasakan cinta Allah itu hidup dan selalu hadir di hati kita dan kita menikmati ritual ibadah dan berseru kepada Allah. Ada kalanya ketika kita merasakan cinta kepada Allah ada, tetapi lebih halus, dan kita mungkin merasa jauh dari Allah dan kurang termotivasi.
Bahkan para ulama menyadari bahwa kita membutuhkan cara untuk membantu kita mengintensifkan cinta kita kepada Allah. Oleh sebab itu, untuk membantu kita tetap termotivasi, para ulama membuat daftar langkah-langkah efektif untuk menjaga cinta Allah tetap hidup di hati kita. Jika saat ini kita sedang mengalami keterpurukan, dan merasa bahwa kita sedang membutuhkan dorongan dalam cinta kepada Allah, berikut ini 10 hal yang bisa kita lakukan.
- Membaca Al-Qur’an dengan pemahaman.
Al-Qur’an adalah buku pedoman, jadi kita tidak hanya harus membaca ayat-ayatnya, tetapi memahami apa yang kita baca, merenungkan artinya, dan menerapkan apa yang kita baca. Saat membaca Al-Qur’an, kita bisa mencoba membaca artinya, atau menonton video ulama yang kita hormati yang menjelaskan makna ayat-ayat tersebut. - Melakukan dan perbanyak berdo’a dengan ikhlas.
Doa adalah senjata mukmin, sudah tak diragukan lagi ya bahwa doa mampu memperkuat hubungan kita dengan Allah, terlebih lagi doa yang ikhlas karena kita mempertahankan shalat ini murni demi Allah. Karena doa adalah cinta dua arah, karena Allah membalas cinta ini kepada orang yang melakukan sholat dengan khusyu’.
Dikisahkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad (saw) bersabda dalam Hadis yang lebih panjang, “Allah Yang Maha Kuasa dan Mulia berkata, ‘Hambaku tidak mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih dicintai oleh-Ku daripada kewajiban agama yang telah Aku perintahkan. dia, dan hamba-Ku terus mendekat kepada-Ku dengan pekerjaan sunnah sehingga aku akan mencintainya. ‘”
Untuk meningkatkan cinta kita kepada Allah dan dicintai oleh Allah, kita harus mulai melakukan shalat sunnah. Sebagai tinjauan singkat, shalat sunnah adalah dua raka’at sebelum fajar, empat sebelum dhuhr dan dua setelahnya, dua setelah maghrib, dan dua setelah isya. - Mengingat Allah.
Cobalah untuk berada dalam keadaan konstan mengingat Allah, menyebut nama-Nya, memuji-Nya, memuliakan-Nya, berterima kasih kepada-Nya, dan meminta pengampunan. Beberapa orang, hanya dengan mengisi waktu tunggu sepanjang hari, mengucapkan istighfar 500 kali sehari. - Tetap rendah hati. Kerendahan hati setara dengan ketundukan kepada Allah. Kita harus meninggalkan keegoisan dan kesombongan pada kekuatan manusia kita, dan berdiri rendah hati, lemah lembut, dan tunduk sebagai hamba Allah.
- Berikan sedekah dengan barang-barang atau hal yang kita suka. Ini benar-benar menantang hati ya. Ketika kita menjenguk orang tak mampu, jangan berikan pakaian usang yang tidak kita inginkan, tetapi berikan dari pakaian baru, bersih, dan indah menurut kita. Pernahkah kita mendengar bagaimana Aisha, istri Nabi Muhammad, biasa membagikan koin untuk amal kepada orang miskin? Aisha biasa mengharumkan koin-koin dengan minyak parfum sebelum memberikannya untuk amal. Ketika ditanya mengapa dia melakukan ini, dia menjelaskan bahwa amal mencapai Allah sebelum menyentuh tangan orang yang membutuhkan.
- Mengingat Nama dan Sifat Allah yang Indah. Mempelajari Nama dan Sifat Allah akan meningkatkan rasa cinta dan kekaguman kita kepada Allah.
- Melakukan sholat malam qiyamul lail.
Apa yang benar-benar membedakan Muslim biasa dari seorang mukmin yang taat? Ya, yang dekat dengan Allah, yaitu dengan kemampuan untuk bangun sebelum fajar dan shalat qiyam. Ini adalah waktu yang penuh berkah dan pahala dari Allah. - Memilih pertemanan yang baik dan di lingkungan yang baik.
Orang-orang yang kita pilih untuk mengelilingi diri dan hadir di sekitar kita itu mempengaruhi hubungan kita dengan Allah, karena sebagian orang mendekatkan kita kepada Allah sementara yang lain bisa juga menjauhkan dari-Nya. - Melawan keinginan duniawi.
Mencegah diri dari memanjakan diri secara berlebihan dalam keinginan duniawi membantu kita menjalani hidup yang sehat dan seimbang, dan membuat kita selalu sadar akan sifat sementara dunia ini. Misalnya, menabung itu baik tetapi keserakahan dan kesesatan tidak disukai. Meskipun tidak ada yang salah dengan menikmati makanan yang lezat, dalam Islam rakus dan makan berlebihan tidak dianjurkan. - Bersyukur kepada Allah.
Kita tenggelam dalam rezeki, rahmat dan pemberian yang tak terhitung jumlahnya dari Allah dan kita sering mengabaikan dan lupa untuk berberterima kasih kepada Allah dan mengungkapkannya. Maka, saatnya kita sering ucapkan hamdalah pada-Nya.
Lantas untuk Rasulullah, bagaimana wujud cinta kita?
Cinta pada Rasulullah
- Mengikuti Alqur’an dan sunnah.
- Mempelajari biografi Rasulullah.
- Meniru setiap aktifitas dan kegiatan Rasulullah.
- Mencintai apa yang Rasul cinta.
- Memperbanyak shalawat.
Demikian post blog hari ini, semoga kita senantiasa dalam perlindungan Allah dan diberikan rasa cinta sehingga kita mampu mencintai Allah dengan sebenar-benar cinta. Aamiin.