DAILY

Mencintaimu itu Sederhana

Mengenalnya, bermula dari obrolan jarak jauh dengan teman dekat yang saat itu berjuang untuk lulus kampus juga. Mahasiswi sarjana yang biasanya diuji dengan pertanyaan ‘what’s next?’ oleh pikiran sendiri dan sekitar. Singkat cerita, tercetuslah nama itu, dan saat itu pula, perjalanan kisah cinta pun dimulai. Dari yang tak mengenal sama sekali, jauh tak terpikirkan dan akhirnya dirajut melalui doa-doa baik dan dorongan teman yang selalu mendukung. Tanpa upaya dan dukungan teman, yang saat itu memberi keyakinan bahwa akan bisa sejalan, sevisi dan seperjuangan, tak akan pernah kami bersatu.

Terimakasih untuk segala kawan yang saat itu mengiringi doa serta dukungan hingga hari H kami menikah.

Percaya

Aku mempercayai bahwa apa yang aku percaya akan nyata adanya. Itulah kenapa aku akan sangat berhati-hati dalam memberikan persepsi dan pikiran. Dan aku yakin bahwa rasa cinta itu hadir bukan tanpa sebab, namun karena Allah telah menurunkan rasa sayang itu.

Mencintai pasanganku itu mudah. Melihat perjuangan, keuletan serta kegigihan dalam setiap memperjuangkan apapun, perlu aku akui. Keren. Selain itu, dia juga seorang pembelajar.

Namun demikian, kami merasa masih seperti baru kenalan, berasa kawan seperjuangan yang baru kemarin ketemu.

Sampai saat ini, nama kontak di HPku bukan nama yang alay, masih tetap kutulis nama lengkapnya. Alasanku sederhana :

  1. Agar aku selalu ingat awal pertama aku kenal, menuliskan nama aslinya di kontak ponsel ini. Jadi seolah selalu kenalan setiap hari.
  2. Agar setiap orang yang meminta kontak, tak perlu aku ganti namanya, sebab memang itu nama aslinya.
  3. Agar tidak disalahgunakan, karena tertera nama personal.

Walau dia mengubah namaku lebih romantis sih, tapi aku sebagai orang yang thinking lebih dominasi dibandingkan feeling, akun merasa itu biasa aja.

Komitmen

Mencintainya dengan komitmen, bahwa kami sama-sama berjuang. Maka tak perlu ada yang merasa lelah sebab sama-sama memperjuangkan cinta sejak awal jumpa. Komitmen untuk terus bersama dan bertumbuh menjadi pasangan dan keluarga yang lebih baik dari hari ke hari.

Cinta karena-Nya

Mencintai karena Sang maha Cinta menorehkan cinta. Tanggungjawabnya besar. Jika dulu dia sendiri, sejak akad itu terucap, ia melindungiku seutuhnya. Kini, baktiku ada pada dirinya. Bukan lagi kedua ortu. Kata ibu, setelah akad menikah, aku perlu memahami bahwa segala kesalahanku dan dosaku ada pada beban pundak suami, maka jangan pernah sampai membuat suami merasa terbebani.

Banyak Belajar

Dari suami, aku belajar disiplin. Dari suami juga aku belajar arti kerja keras. Maka dari itu, aku sangat bersyukur bisa di titik ini. Menjadi istri dan ibu yang sepenuhnya didukung oleh pasangan, InsyaaAllah till Jannah.

Membangun Kebiasaan Bersama

Karena kita adalah apa yang kita kerjakan ulang-ulang, maka akupun terus berulang membaca dan belajar agar terus bertumbuh bersamanya. Membangun kebiasaan bersama, lebih rapi, lebih gemar bersyukur dan mencintai apa yang telah Allah amanahkan, entah materi, ilmu dsb.

Suamiku selalu mendukung

Mendukung dalam hal kebaikan dan dakwah. Termasuk memberikan ruang untuk aku belajar agama minimal sepekan sekali, agar aku terus berusaha mendekati Allah dengan langkah yang tepat, hingga mengingatkan ujian HSI. Saat shalat, tilawah dan puasa juga dia ingatkan terutama niat niat yang dihadirkan.

Memberi kedamaian

Di saat hati ini sedang sedih dan gundah. Ia selalu hadir dan menentramkan.

Misalnya saat aku merasa ada seseorang yang melakukan plagiasi program yang dirancang lama. Suami hanya berpesan, sabar, sabar. Hanya dunia. Sebaiknya fokus pada yang lain.

Akhirnya, aku meredam semua, suami memberi pelukan hangat dan menyenangkan jiwa. Suami hanya yakin, proses tak akan mengkhianati hasil. Semua perlu proses, jikapun ada yang pernah memakan materi hidangan kami, kemudian mengkopasnya, menjelekkannya atau apapun itu, tak perlu dihiraukan, karena citra dirinya memang demikian. Tak menghargai ilmu yang telah kami olah sepanjang keringat dan darah yang panjang. Hanya Allah yang Maha Adil dan memberikan ketenangan.

Alhamdulillah. Kini, aku semakin mencintai suamiku. Karena dialah, partner hidupku. Alhamdulillah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *