Berikut ini merupakan rangkuman dari Halaqah Tematik Ust. Abdullah Roy pada forum HSI.
Halaqah 01 – Kegembiraan dalam Menyambut bulan Ramadhan
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه
Ikhwāniy Fīdīn wa Akhawātiy Fīllāh A’ādzaniyallāh wa Iyyakum.
Materi yang akan kita sampaikan adalah tentang “Menyambut Bulan Ramadhān”.
Sebagaimana yang sudah kita ketahui bersama bahwasanya kita sekarang sedang di depan datangnya bulan Ramadhān, padahal tidak terasa telah berlalu satu tahun, dan sepertinya kemarin kita baru meninggalkan bulan Ramadhān, dan masih terngiang-ngiang kesibukan kita selama bulan Ramadhān pada tahun yang lalu.
Ikhwāniy Fīdīn wa Akhawātiy Fīllāh A’ādzaniyallāh wa Iyyakum.
Kali ini akan kita bagi menjadi beberapa poin.
⑴ Kegembiraan di dalam menyambut Ramadhān.
⑵ Keutamaan bulan Ramadhān
⑶ Bagaimana dan apa yang kita lakukan sebelum kita mendapati bulan Ramadhān.
• Yang Pertama | Kegembiraan di dalam menyambut Ramadhān.
Ikhwāhniy fīdīn wa Akhawātiy fīllāh A’ādzaniyallāh wa Iyyakum.
Mendapatkan bulan Ramadhān dan menemui bulan Ramadhān adalah nikmat dan karunia yang besar bagi seseorang.
Ketika dia bisa menemui bulan Ramadhān dalam keadaan sehat, maka ini adalah keutamaan yang agung dan karunia yang besar dari Allāh ‘Azza wa Jalla bagi seseorang, karena dia mendapatkan keutamaan dan bulan yang agung yang di dalamnya dia bisa menambah bekal perjalanan dia menuju akhirat.
Disebutkan di dalam hadīts, bahwasanya seorang Arab Badui berkata kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
يَا رَسُولَ اللَّهِ من خَيْرٌ النَّاسِ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ
“Yā Rasūlullāh, siapakah orang yang paling baik di antara manusia? Maka beliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam) mengatakan: “Orang yang paling baik adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalannya”.”
(Hadīts riwayat At Tirmidzī di dalam sunnannya dan dishahīhkan oleh Syaikh Al bāniy rahimahullāh)
Dipanjangkan oleh Allāh diberikan usia, diberikan kesempatan, kemudian dia memperbaiki amalannya, artinya dia bisa memanfaatkan usia dan waktu yang diberikan kepada dirinya dengan baik.
Di antaranya dengan diberikan kesempatan untuk menemui bulan Ramadhān, diberikan kesehatan sehingga bisa melaksanakan ibadah dan ketaatan di bulan Ramadhān dengan maksimal.
Ini adalah nikmat bagi seseorang dan karunia yang besar apabila dia bisa menemui bulan Ramadhān. Kita sambut dengan gembira.
Dahulu Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam sebelum datangnya bulan Ramadhān, beliau memberikan kabar gembira kepada para shahābatnya, dengan kedatangan bulan yang mulia ini.
Sebagaimana dalam hadīts dari Abū Hurairah radhiyallāhu ta’āla ‘anhu ketika beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:
أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ ، فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ، وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
”Telah datang kepada kalian bulan Ramadhān, sebuah bulan yang berbārakah, Allāh Subhānahu wa Ta’āla mewajibkan atas kalian berpuasa di bulan tersebut. Dibuka pintu-pintu langit dan di tutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu syaithān-syaithān yang ganas.
Bagi Allāh di dalamnya ada sebuah malam yang lebih baik daripada 1000 bulan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan malam tersebut sungguh dia telah diharamkan dari sesuatu yang baik (dijauhkan dari kebaikan yang besar).”
(Hadīts shahīh diriwayat kan oleh An Nassā’i)
Berbarakah, maksudnya banyak kebaikannya, dilipat gandakan ganjaran, dan di dalamnya kita lihat orang-orang Islām mereka berlomba siang dan malam untuk mendekatkan diri mereka kepada Allāh ‘Azza wa Jalla. Sedikit kemaksiatan.
Dan ini menunjukkan bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dahulu memberikan kabar gembira kepada para shahābat nya dengan kedatangan bulan Ramadhān.
Maka sepantasnyalah bagi seorang yang beriman yang mengetahui bahwasanya umurnya sangat terbatas dan dia mengetahui bahwa dia akan kembali kepada Allāh dan tidak ada bekal yang paling baik daripada taqwa, pantaslah bagi dia untuk bergembira dengan kedatangan bulan Ramadhān.
Maka yang pertama hendaklah ada pada diri seorang muslim dan muslimah alfarah (bahagia) dan gembira dengan kedatangan bulan Ramadhān ini. Ini adalah di antara adab.
Dan kita memuji Allāh Azza wa Jalla, bersyukur kepada Allāh karena sudah didekatkan dengan bulan Ramadhān, bulan yang penuh dengan ampunan, penuh dengan rahmat, bulan untuk memperbaiki diri.
Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan:
قُلْ بِفَضْلِ ٱللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا۟ هُوَ خَيْرٌۭ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
Katakanlah: “Dengan kurnia dari Allāh dan rahmat-Nya, maka hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allāh dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (QS Yūnus: 58)
Jangan hanya bergembira dengan dunia, tapi bergembira dengan rahmat dari Allāh dan karunia yang berupa pahala yang akan dibagi-bagikan oleh Allāh ‘Azza wa Jalla bagi orang-orang yang beriman dan beramal shālih di bulan Ramadhān.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, semoga yang sedikit ini bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
‘Abdullāh Roy
Di kota Jember
Materi audio ini disampaikan di dalam Grup WA Halaqah Silsilah ‘Ilmiyyah (HSI) ‘Abdullāh Roy

Halaqah 02 – Keutamaan Bulan Ramadhan
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه
Ikhwāniy Fīdīn wa Akhawātiy Fīllāh A’ādzaniyallāh wa Iyyakum.
Materi yang akan kita sampaikan adalah tentang “Keutamaan Bulan Ramadhān” dan (poin) ini masih berhubungan dengan poin pertama, supaya kita lebih bergembira dan lebih semangat di dalam menyambut bulan (Ramadhān) ini.
Kita sebutkan beberapa keutamaannya.
⑴ Sebagaimana dalam hadīts bahwasanya di bulan Ramadhān dibuka pintu Surga dan ditutup pintu Neraka dan di belenggu syaithān-syaithān.
Dalīlnya adalah hadīts yang tadi kita sebutkan, di dalam sebuah lafazh “dibuka pintu-pintu Surga”.
Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:
إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ
“Apabila masuk bulan Ramadhān, maka pintu-pintu Surga dibuka, dan akan ditutup pintu-pintu Jahannam, dan akan dibelenggu syaithān-syaithān.”
(Hadīts shahīh riwayat Bukhāri nomor 3277)
⇒ Ini menunjukkan bahwasanya Surga memiliki pintu. Dan disebutkan dalam hadīts yang lain bahwasanya jumlah pintu Surga ada 8 (delapan).
Dan dalam ayat disebutkan bahwasanya Jahannam memiliki 7 (tujuh) pintu:
لَهَا سَبۡعَةُ أَبۡوَٰبٖ
“Jahanam itu mempunyai tujuh pintu.” (QS Al Hijr: 44)
وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ
“Dan akan dibelenggu syaithan-syaithan.”
Hadīts di atas menunjukkan tentang keutamaan bulan Ramadhān bahwasanya di bulan tersebut, pintu Surga yang jumlahnya ada 8 (delapan) akan dibuka dan pintu-pintu Neraka akan ditutup. Dan pada bulan tersebut (Ramadhān) Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan membelenggu syaithān-syaithān.
(Hadīts shahīh diriwayatkan oleh Al-Bukhāri dan Muslim)
Ada yang mengatakan bahwasanya ditutupnya pintu Jahannam dan dibukanya pintu Surga ini adalah atas hakikatnya, dan menunjukkan bahwasanya ini adalah bentuk pengagungan terhadap bulan tersebut, sehingga dibuka pintu Surga dan ditutup pintu Neraka dan dibelenggu syaithān-syaithān.
√ Ada yang mengatakan bahwa maknanya adalah hakikatnya demikian.
√ Ada yang mengatakan bahwa maksudnya di sini adalah isyarat tentang banyaknya pahala di bulan Ramadhān.
Yang dimaksud dibuka pintu Surga adalah banyaknya orang yang bertaubat, banyaknya pahala yang Allāh berikan kepada orang-orang yang beramal.
Yang dimaksud ditutup pintu Neraka adalah sedikitnya kemaksiatan pada bulan tersebut, dan ini disebutkan di antaranya oleh Syaikh Utsaimin rahimahullāh.
Beliau mengatakan:
وإنما تفتح أبواب الجنة في هذا الشهر لكثرة الأعمال الصالحة، وترغيبا للعاملين، وتغلق أبواب النار لقلة المعاصي من أهل الإيمان، وتصفد الشياطين فتغل فلا يخلصون إلى ما يخلصون إليه في غيره.
“Dan sesungguhnya dibuka pintu-pintu Surga karena banyaknya amal shālih di bulan tersebut dan untuk mendorong orang-orang yang beramal shālih. Dan ditutup pintu-pintu Neraka karena sedikitnya kemaksiatan yang dilakukan oleh orang-orang yang beriman. Dan dibelenggu syaithan-syaithan sehingga mereka tidak leluasa menggoda manusia sebagaimana leluasanya mereka di selain bulan Ramadhān.”
Jadi ada yang mengatakan maksudnya adalah hakikat, dan ada yang menyatakan ini adalah isyarat banyaknya pahala dan sedikitnya kemaksiatan pada bulan tersebut.
⑵ Bulan Ramadhān adalah bulan turunnya Al- Qurān.
Dan Al-Qurān sebagaimana kita tahu adalah petunjuk dan rahmat bagi manusia dan di dalamnya ada cahaya. Barangsiapa yang memegang isi Al-Qurān maka dia akan berjalan di atas bumi ini dengan cahaya, tidak bingung di dalam hidupnya, mengetahui apa yang harus dilakukan, mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah memilih turunnya Al-Qurān di bulan Ramadhān, di antara sekian banyak bulan yang ada selama satu tahun.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan:
شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًۭى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍۢ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadhān, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qurān, sebagai petunjuk bagi manusia, dan bukti yang nyata dari petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (QS Al-Baqarah: 185)
Ini diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di bulan Ramadhān. Oleh karena itu di antara amalan yang diperbanyak di dalam bulan Ramadhān adalah membaca Al-Qurān.
Dahulu Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam beliau memperbanyak membaca Al-Qurān di bulan Ramadhān, lebih banyak daripada apa yang beliau baca di selain bulan Ramadhān.
⑶ Allāh telah mengkhususkan ibadah puasa yang merupakan salah satu rukun Islām.
Puasa Ramadhān merupakan rukun Islām, dan dia adalah kewajiban. Sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Telah diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS Al-Baqarah: 183)
Dan di dalam hadīts, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:
بني الإسلام على خمس: شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدًا رسول الله، وإقام الصلاة، وإيتاء الزكاة، وصيام رمضان، وحج بيت الله الحرام
“Islām dibangun di atas lima perkara، Syahādat Laa ilaaha illa Allah dan (syahāhat) Muhammad Rasūlullāh, menegakkan shalāt, membayar zakāt, puasa Ramadhān dan haji ke baitul Allāh Al-Haram.”
Puasa satu bulan ini, Allāh pilih di antara sekian banyak bulan dari 12 bulan, dilakukan kewajiban yang mulia ini di bulan Ramadhān.
Kewajiban puasa ini mulai diwajibkan pada tahun 2 Hijriyyah, dan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam selama hidupnya melakukan puasa sebulan penuh di bulan Ramadhān, selama 9 kali, dari tahun ke-2 Hijriyyah sampai tahun ke-10 Hijriyyah, dan beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam meninggal dunia pada tahun ke-11 Hijriyyah.
⑷ Disyari’atkan Shalāt Tarawih
Sebagaimana sabda Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang melakukan shalāt malam di bulan Ramadhān (yaitu shalāt Tarawih), karena iman dan mengharap pahala dari Allāh maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.”
(Hadīts shahīh riwayat Al-Bukhāri nomor 37 dan Muslim nomor 759)
Hadīts ini menunjukkan tentang keutamaan melakukan shalāt malam (shalāt Tarawih) di bulan Ramadhān dengan iman dan mengharap pahala dari Allāh, dan pahalanya adalah diampuni dosanya yang telah lalu.
Yang dimaksud dengan diampuni dosa yang telah lalu dalam hadīts ini adalah dosa-dosa kecil, adapun dosa besar maka jumhur ulamā mengatakan tidak diampuni dosanya kecuali dengan dia bertaubat kepada Allāh Azza wa Jalla.
Artinya tidak diampuni dengan sebab amal shālih akan tetapi karena taubat nasuha yang dilakukan oleh seseorang.
⑸ Di dalam bulan Ramadhān ada malam Lailatul Qadr.
Sebagaimana hadīts di atas:
لِلَّهِ، فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
Bagi Allāh di dalam bulan tersebut ada sebuah malam yang lebih baik daripada 1000 bulan. Barangsiapa yang beribadah di malam tersebut, melakukan amalan yang shālih di malam tersebut maka pahalanya akan dilipat gandakan oleh Allāh Azza wa Jalla, sehingga seakan-akan dia mengamalkan amalan tersebut selama lebih daripada 1000 bulan (kurang lebih 83 tahun).
Seandainya kita melakukan shalāt malam di malam tersebut maka pahala kita dilipat gandakan oleh Allāh Azza wa Jalla sehingga kita mendapatkan ganjaran orang yang shalāt lebih dari 83 tahun.
Membaca Al-Qurān di malam tersebut pahalanya dilipat gandakan oleh Allāh sehingga kita akan mendapatkan ganjaran orang yang membaca Al-Qurān selama lebih dari 83 tahun, dan seterusnya.
Ini adalah karunia yang besar dan jarang di antara manusia yang umurnya sampai 83 tahun. Tetapi apabila dia diberikan taufīq oleh Allāh sehingga bisa beramal di malam tersebut, maka ini adalah taufīq dari Allāh dia akan mendapatkan keutamaan yang besar dilipat gandakan amalannya sebagaimana ayat di dalam surat Al-Qadr dan hadīts yang mulia ini.
(6) Di dalam bulan Ramadhan ada pembebasan dari Neraka.
Sebagaimana di dalam hadīts dimana beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:
ونادى منادٍ يا باغيَ الخيرِ أقبِلْ ويا باغيَ الشَّرِّ أقصِر وللَّهِ عتقاءُ منَ النَّارِ وذلِك في كلِّ ليلةٍ
Disebutkan dalam hadīts ada yang memanggil (di bulan tersebut):
“Wahai orang yang mencari kebaikan, menghadaplah! dan wahai orang yang mencari kejelekan pergilah. Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla pada malam tersebut memiliki orang-orang yang akan dibebaskan dari Neraka. Pembebasan tersebut dilakukan setiap malam.”
(Hadīts shahīh riwayat Ibnu Mājah dan dishahīhkan oleh Syaikh Al-Bāniy rahimahullāh)
Jadi setiap malam ada orang yang dibebaskan oleh Allāh dari neraka (artinya) dia tidak akan masuk ke dalam Neraka.
Makna hadīts ini adalah orang yang berdosa yang seharusnya dia berhak mendapatkan adzab dalam Neraka dibebaskan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla sehingga dia tidak masuk ke dalam Neraka.
(7) Umrah di bulan ini mendapatkan pahala haji
Sebagaimana sabda Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:
فَإِذَا كَانَ رَمَضَانُ اعْتَمِرِى فِيهِ فَإِنَّ عُمْرَةً فِىه تعدل حَجَّة
“Jika Ramadhān tiba, berumrahlah saat itu karena sesungguhnya umrah di bulan Ramadhān sebanding dengan haji.”
(Hadīts shahīh riwayat Al-Bukhāri dan Muslim)
Ini adalah beberapa keutamaan yang berkaitan dengan bulan Ramadhān.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, semoga yang sedikit ini bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
‘Abdullāh Roy
Di kota Jember
Materi audio ini disampaikan di dalam Grup WA Halaqah Silsilah ‘Ilmiyyah (HSI) ‘Abdullāh Roy
Halaqah 03 – Bagaimana Kita Menyambut Bulan Ramadhān
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه
Ikhwāniy Fīdīn wa Akhawātiy Fīllāh A’ādzaniyallāh wa Iyyakum.
Poin yang ketiga adalah bagaimana cara kita menyambut bulan Ramadhān.
Ada beberapa cara dan amalan yang dilakukan oleh seseorang untuk menyambut bulan yang mulia ini.
Setelah kita mengetahui bagaimana keutamaan bulan tersebut dan ini adalah musim kebaikan, dan belum tentu kita bisa menemui bulan Ramadhān pada tahun yang akan datang. Maka marilah kita sambut bulan ini dengan sambutan yang baik.
Di antaranya caranya adalah :
⑴ Kita bergembira dan bahagia ketika menyambut bulan ini.
Camkan di dalam diri kita dan masukan di dalam hati kita kegembiraan, dan kita berikan kabar gembira kepada orang lain, berikan kepada mereka semangat dan motivasi untuk bisa bersama-sama untuk mendapatkan bulan ini.
⑵ Berdo’a kepada Allāh Azza wa Jalla
Meminta kepada Allāh supaya bisa disampaikan kepada bulan mulia ini. Disebutkan bahwasanya dahulu para salaf 6 (enam) bulan sebelum datangnya bulan Ramadhān, mereka sudah berdo’a kepada Allāh meminta disampaikan pada bulan Ramadhān.
Setelah bulan Ramadhān 6 (enam) bulan mereka meminta kepada Allāh supaya diterima seluruh amalan yang mereka lakukan selama Ramadhān. Dan 6 bulan sebelum Ramadhan mereka meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala supaya disampaikan pada bulan ini.
⑶ Kita melihat apakah bulan Ramadhān yang telah lalu masih ada di sana hutang atau tidak?
Kita mengingatkan orang lain terutama keluarga kita, karena menunaikan hutang puasa di bulan Ramadhān adalah sebuah kewajiban, sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla:
فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍۢ فَعِدَّةٌۭ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ
“Maka barangsiapa di antara kalian ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (QS. Al-Baqarah: 184)
Mengganti hari-hari yang lain sebelum datangnya bulan Ramadhān tahun berikutnya, barangsiapa yang mengganti hari-hari yang ditinggalkan pada Ramadhān yang lalu, setelah melewati bulan Ramadhān berikutnya maka harus membayar fidyah.
Apabila dia adalah orang yang tidak mempunyai udzur, jika selama 11 bulan kemarin dia mampu mengganti hari-hari tersebut dia punya kesempatan dan dia orang yang sehat (hanya dia menunda) sehingga datang bulan Ramadhān berikutnya dan dia belum mengganti puasanya.
Maka orang yang demikian, dia harus membayar fidyah sebanyak hari yang ditinggalkan (tidak berpuasa) ditambah lagi dia harus tetap membayar hutang puasa tersebut. Ini apabila tidak memiliki udzur
Adapun bagi yang memiliki udzur, misalnya seorang wanita yang sedang hamil kemudian menyusui kemudian hamil lagi, wanita ini belum bisa berpuasa dan belum bisa mengganti puasa pada tahun tersebut, karena dia memiliki udzur maka dia tidak diwajibkan untuk membayar fidyah karena sebab dia menunda menunaikan atau mengganti puasa tersebut.
(4) Memiliki azam (tekad, semangat, rencana) untuk bisa mengambil faedah di bulan Ramadhān tahun ini.
Kita harus memiliki jadwal, apa yang akan kita lakukan di bulan Ramadhān ini?
Banyak manusia untuk urusan dunia, apalagi urusan dunia tersebut sesuatu yang tidak terulang dan hanya terjadi beberapa hari, mereka sudah merencanakan jauh-jauh hari, saya akan demikian dan demikian, karena di sana hanya dua-tiga hari, maka tidak ingin terlewatkan satu menit pun untuk bisa menikmati.
Ini dalam urusan dunia, banyak di antara manusia yang sudah membuat jadwal dan merencanakannya. Maka hendaklah seseorang di dalam urusan akhirat dia lebih memperhatikan.
Bulan Ramadhān hanya datang sebentar (hanya satu bulan), hendaklah dari sekarang dia sudah mempersiapkanya, dia sudah rencanakan, apa yang akan dia lakukan selama bulan Ramadhān?
Kita harus memiliki target, memilik jadwal, memiliki rencana yang sudah tersusun rapih, sehingga ketika datang bulan Ramadhān dia sudah tahu apa yang akan dia lakukan.
Misalnya:
√ Setiap hari membaca berapa juz, targetnya selama satu bulan khatam sekali atau dua kali.
√ Setiap hari shadaqah, berapa yang akan dia keluarkan.
√ Rencana akan i’tikaf di mana.
Harus mengusahakan Ramadhān tahun ini lebih baik daripada tahun yang lalu.
Dari awal kita harus sudah rencanakan apa yang akan kita lalukan pada bulan Ramadhān ini, karena kita tidak akan terasa melewati bulan Ramadhān ini, tiba-tiba kita berada di hari-hari terakhir bulan Ramadhān.
Maka ini di antara bagaimana cara kita menyambut bulan Ramadhān.
(5) Seseorang menyiapkan diri dengan ilmu.
Menyambut bulan Ramadhān dengan membekali diri dengan ilmu agama, khususnya yang berkaitan dengan bulan Ramadhān.
Usahakan tahun ini kita bersungguh-sungguh masuk bulan Ramadhān dan kita sudah menguasai hukum-hukum dan fiqih yang berkaitan dengan puasa. Jangan kita memasuki bulan Ramadhān, sementara kita belum menguasai ilmu tersebut.
Yang harus kita pelajari yang berkaitan dengan Ramadhān, di antaranya adalah:
√ Ayat-ayat yang berkaitan dengan puasa (kita baca kembali).
√ Hadīts-hadīts Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang berkaitan dengan puasa Ramadhān.
Dan di sana ada kitāb-kitāb yang mengumpulkan hadīts-hadīts tersebut seperti Bulughul Maram karya Ibnu Hajar.
Maka kita baca hadits-hadits berkaitan dengan Ramadhān ini, berkaitan dengan keutamaan puasa, perkara-perkara yang disunnahkan selama bulan puasa, misalnya:
√ Mengakhirkan sahur
√ Mendahulukan buka
√ Memperbanyak membaca Al-Qur’ān
√ Melakukan shalāt tarawih.
Kemudian hal-hal yang berkaitan dengan hal-hal yang membatalkan atau merusak puasa seseorang.
Ilmu-ilmu seperti ini sebelum kita memasuki bulan Ramadhān hendaklah kita mempelajarinya, usahakan sebelum masuk bulan Ramadhān kita sudah mengulang kembali.
Tentunya sangat kekurangan sekali, dan sangat aib rasanya, apabila seorang muslim atau muslimah dia tidak mengetahui hukum-hukum yang berkaitan dengan puasa Ramadhān.
Berbeda dengan masalah haji, jika dia tidak mengetahui masalah haji tidak mengapa karena haji dilakukan sekali seumur hidup, sedangkan puasa setiap tahun kita lakukan.
Maka sudah sepantasnya lah sebelum memasuki bulan Ramadhān kita sudah membaca kembali (mempelajari) hukum-hukum yang berkaitan dengan puasa Ramadhān dan menghadiri majelis ilmu yang di situ disampaikan materi mengenai hukum dan fiqih puasa.
Mungkin ini yang bisa disampaikan terkait apa yang kita lakukan sebelum datangnya bulan Ramadhān dan kita berdo’a kepada Allāh Azza wa Jalla.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla menjadikan kita termasuk orang yang diberikan taufīq:
√ Bisa mendapatkan bulan tersebut dan bisa memanfaatkan bulan Ramadhān tersebut untuk memperbaiki diri kita.
√ Bertaubat kepada Allāh, memperbanyak amal shālih.
√ Membuka lembaran yang baru lembaran yang bersih, kehidupan yang penuh dengan ketaatan kepada Allāh dan juga Rasūl Nya, kehidupan yang jauh dari kemaksiatan kepada Allāh dan juga Rasūl Nya.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, semoga yang sedikit ini bermanfaat.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
‘Abdullāh Roy
Di kota Jember
Materi audio ini disampaikan di dalam Grup WA Halaqah Silsilah ‘Ilmiyyah (HSI) ‘Abdullāh Roy