Bersyukur, selalu bertemu dan berjumpa dengan orang yang baik. Salah satunya dialah suamiku. Laki-laki yang sabar, tiak pernah menampakkan rasa marah, jiakalau mau marah sesegera berwudhu, sungguh sejak awal menikah tidak pernah terbayang bisa mempunyai suami sebaik itu. Mungkin tidak mudah prosesnya, menjadi sosok yang tetap tenang, sabar dan tidak mudah marah seperti itu.
Merawat cinta adalah upaya setiap detik untuk menggapai sakinah mawaddah warrahmah. Tidak ada sim salabim, bahkan untuk menjadi sosok yang pasangan sesuai harapanpun membutuhkan proses perjuangan, komunikasi dan ilmu untuk mencapai hal tersebut. Tidak ada yang sempurna, setiap pasangan saling melengkapi.
Di belahan bumi manapun, secerdas dan sejenius apapun tetaplah manusia. Tidak ada yang sempurna. Pasti membutuhkan oranglain, pasti membutuhkan pasangan. Minimal untuk berjuang di kehidupan ini tidak bisa berjuang sendiri.
kemarin selama dua hari di mertua aku menemukan banyak ibrah yang bisa dijadikan reminder, nasihat dan hikmah. bahwa pernikahan selalu ada ujiannya, entah materi, entah anak-anak, menantu dll. Ujian selalu datang, ujian akan terus datang silih berganti untuk menempa kemampuan, kekuatan dan kapasitas manusia. Tanpa ujian maka tidak akan pernah ada kata “naik kelas”.
Bersyukur dikelilingi saudara yang ‘satu visi satu misi’ sehingga membuat diri ini terus berkaca, terus berusaha untuk memperbaiki diri setiap hari.
Terkadang kita menikah bukan dengan orang yang kita cintai, namun dengan berjuang bersama, tertawa bersama dan saling peduli disana akan tumbuh rasa cinta. Sebab cinta dari-Nya jauh lebih berbobot dan bermakna daripada cinta yang diumbar sebelum waktunya.
Alhamdulillah 🙂