0. MATRIKULASI INSTITUT IBU PROFESIONAL

#NHW1 -Matrik : Jadilah Spesialis !

Jadilah Spesialis !

Kalimat itu terngiang hingga sekarang. Kalimat langsung dari Profesor sekaligus dosen yang saya hormati saat masih kuliah di fakultas teknologi kelautan.

Sejak kecil saya suka membaca. Ketika SD menggemari matematika, dan sejak SMP sudah suka dengan fisika.. maka memilih kuliah di bidang teknik adalah pilihan. Indonesia negara kepulauan  minimal butuh tenaga ahli di bidang ini.

“Kamu jadilah spesialis di satu bidang. Dalamilah hingga benar benar kamu bisa memahami dan mengaplikasikan. Berikan kebermanfaatan dari bidang yang spesifik tersebut!”

Itulah kata kata beliau. Dan kalimat itu terus berputar dan mencengkeram hingga kini.

Lantas setelah lulus kuliah, ngapain? ijazahpun tidak disentuh, tidak digunakan. Apalagi setelah menikah dan memiliki anak. Bagaimana rasanya?

Rasanya memang semakin banyak hal yang harus dipelajari. Terutama yang tidak ada dan belum pernah dipelajari di bangku kuliah.

Dalam menentukan fokus bidang, saya memegang dua nasihat Profesor saya, yakni “kuasai dua diantara bidang ini untuk Indonesia ke depan : energi atau lingkungan

Sempat saya terjun di bidang energi laut. Penelitian kala itu sempat dibagi dua dengan teman saya yakni saya di pasang surut alias arus, sedangkan teman saya di gelombang.

Namun pupus di tengah jalan, data dan referensi kala itu sangat sulit. Jikalau memaksa sama seperti mengerjakan thesis S2 😭 gak kelar kelar.. padahal pengen cepat lulus. Maka saya ambil yang sederhana, analisa komponen 12 pasang surut dibandingkan dengan 3, 6 dan 9 kompenen lainnya.

Setelah lulus, saya melihat nilai dan mata kuliah apa yang “gue banget”. Ternyata ada pada bidang lingkungan. Mulai dari struktur pantai hingga seawage/ pembuangan pipa bawah laut.

Sejak saat itulah diri ini bertekad untuk fokus disini : bidang lingkungan.

Dan setelah menelisik lebih dalam, hal paling kecil dan sejak kecil saya sukai memang berkaitan dengan lingkungan. Yakni berbenah, beberes dan membuat lingkungan asri bersih. Minimal itu menjadi bukti bahwa masih ada connection antara kehidupan nyata dengan ilmu yang diminati.

Sejak sekolah sd, smp bahkan SMA saya tidak pernah malu menjadi ‘tukang bersih bersih’ baik di sekolah maupun di rumah oranglain (guru, saudara dan tetangga). Hal tersebut berlanjut juga ketika kuliah saya menjadi penanggungjawab kebersihan dan kerapihan asrama (lingkungan) selama tiga tahun. 😂

Maka tidak ada yang heran jika saat ini saya bergelut di bidang berbenah decluttering and organizing serta membangun komunitas konmari indonesia yang – Alhamdulillah- (sudah) didukung beberapa lembaga.  Itulah passion. Dan masih ada kaitannya dengan bidang yang ingin difokuskan.

Setelah menemukan dan menggali daftar beberapa passion, kini saya mulai memikirkan spesialisasi.

Jadilah seorang ahli! begitulah kurang lebih kata dosen saya 🤗. Maka dengan mempertimbangkan beberapa hal, saya ingin mendalami dan menjadi ahli di bidang lingkungan. Khususnya lingkungan laut.

cita cita, harapan saya ingin menjadi salah satu ahli di bidang lingkungan laut Indonesia.

Hal yang menjadi motivasi diri dari pernyataan diatas adalah

pertama, seorang muslim wajib menimba ilmu. dan menjadi ahli disana. Sebab saat ini ada upaya -entah hanya perasaan saya atau insting- bahwa umat ini sengaja dijauhkan dari ilmu, adab dan bidang keahlian. Beberapa bidang strategis telah dikuasai oleh mereka yang tidak memahami islam. Padahal sejatinya islam telah sempurna.

kedua, ada upaya yang tak tampak (invisible hand) menjauhkan ilmu dari agama dan agama dari ilmu. sekuler. ini sudah kita rasakan. oleh sebab itu menguasai suatu bidang menjadi hal utama fokus keluarga saya.

ketiga, pemilihan bidang lingkungan – sebab akan selalu dibutuhkan selama masih ada kehidupan di muka bumi.

Maka sebelum fokus mempelajarinya, saya berupaya untuk mengaplikasikan terlebih dahulu dengan beberapa wawasan yang dulu sudah dipelajari.

Jika ada masanya nanti, maka melanjutkan di bidang lingkungan laut tersebut adalah pilihan utama diri ini.

Caranya  bagaimana?

pertama jelas, luruskan niat dan bersihkan hati.

kedua, harus mempersiapkan semua hal yang digunakan untuk menuju kesana. Mulai belajar lagi, membuka file lam. Dan mempersiapkan diri untuk test. Terdekat adalah simak UI.

Namun tidak terlalu saklek juga, semua itu perlu pertimbangan matang, melihat kondisi anak masih kecil, tanpa ART dan masih ada sesuatu yang lain juga. Maka opsi melanjutkan bidang studi bisa ditunda untuk sementara waktu hingga masa yang tepat.

ketiga, persiapkan mental, psikis dan dana. Karena melanjutkan studi ketika sudah berumahtangga dan memiliki anak tidaklah mudah.

Itu dari segi akademik.

Lantas di kehidupan ingin fokus apakah?🤗

Akhir-akhir ini saya mencoba menengok buku bacaan apa saja yang dibaca, genre yang terbanyak dan buku yang membuat gembira ada judulnapa saja. Ternyata saya menemukan satu clue bahwa saya mulai menyukai buku non fiksi. Terutama buku buku bisnis dan motivasi.

Fase buku fiksi saya sudah bergeser ke buku non fiksi, walaupun masih ada satu atau dua novel yang masuk list bacaan bulanan. Hanya saja tidak ‘segila’ jaman dulu.

Saya menganut prinsip proses belajar seumur hidup (long life learning). Pun suami juga demikian.

Kenapa?

Karena kami tidak mau menjadi orang biasa.

Orang biasa umumnya terbiasa dengan pikiran bahwa dirinya adalah orang yang paling pintar, paling tahu sebab pengalamannya. Padahal antara pengalaman, ilmu dan wawasan jauh berbeda.

Orang biasa jika diajak berubah seringkali membuat alasan dan sudah merasa sulit, apalagi jika untuk mengubah kebiasaan buruk, hmm.. mereka ogah ogahan.

Seperti tadi di kereta, 99â„… orang menghabiskan waktu di kereta dengan tidur, ngobrol ngalor ngidul nggak jelas atau memainkan gadgetnya. Sementara mereka memandang saya ‘aneh’ hanya karena saya membaca buku sambil berdiri 😅 inikah Indonesiaku?

Lantas ingin Indonesia seperti apa jika kualitas manusianya tidak mau ditingkatkan?

Maka belajar di IIP ini menjadi sarana terbaik untuk kita. Belajar dan terus belajar di kehidupan, menjadi wanita, istri, ibu dan bagian dari masyarakat.

Oia, semalam tentang belajar adab di materi pertama IIP. Seolah seperti mendapatkan siraman motivasi lagi, recharge bahwa adab ini penting banget. Sebab kenapa? saya tuliskan kemarin di Tentang Ilmu bahwa ilmu hanya akan masuk kepada orang yang hatinya bersih. Salah satu indikatornya adalah berakhlak baik dan beradab.

Terutama tentang bagaimana saat menanggapi begitu banyak informasi tidak jelas disana, bahkan potensi hoax semakin membesar. Tatkala kualitas, pola pikir dan cara pandang serta ilmunya lemah. maka tidak hanya terjadi kegaduhan di masyarakat maya, media social saja – namun juga berdampak pada masyarakat luas di kehidupan nyata 😭

Dulu saya suka sekali share sesuatu yang viral di media social. Entah sejak 2016 saya sudah males memviralkan hal yang kebenarannya jauh dari nisbi. Hal inipun akhirnya berdampak kepada kehidupan saya,  sehingga sejak saat itu fokus berubah. Saya hanya fokus pada sesuatu yang penting saja. Di luar hal yang tidak masuk kategori ‘important thing’ maka saya abaikan. Termasuk yang suka diklik share viral oleh emak emak jaman now.

 

Perbaiki Rasa Takut

Dalam hal adab, terutama sikap. Hal yang harus saya perbaiki adalah komunikasi dengan dosen/guru/sensei. Entah kenapa – dulu- jika saya berkomunikasi secara langsung seolah ‘tersedot’ kedalam pusaran ‘minder, takut’ .

Parahnya hal tersebut merembet ke yang lain, saya menjadi lebih pendiam di hadapan orang.

Padahal hal tersebut justru mengganggu proses belajar itu sendiri.

Pernah disinggung oleh dosen pembimbing hidrodinamika saya (alm) Prof. Paulus. Kala itu saya sedang asistensi dan mengikuti beliau di ruangan. Saya bersikap sedikit kikuk dan takut dan mencoba mengungkapkan hal tersebut. Apa yang beliau sampaikan?

Jika kamu tidak bisa melawan rasa takutmu, lantas bagaimana kamu bisa menyerap ilmu dari saya?

Sopan boleh, diam jangan. Harus tetap percaya diri. Selama kamu berhadapan dengan sesama manusia, tidak perlu kamu takut. Takut hanya pada Allah, Tuhan kita.

Hal ini yang terus menerus saya upayakan, saya perbaiki. Dan kini saya merasakan dari kalimat beliau.

Dan ingat bahwa kehidupan ini sangat dinamis, jika kita tidak berubah dan berhenti belajar. Bersiaplah mengalami kelemahan..

In the end, we are our choices. build yourself a great story. -jeff bezoz-

#NHW #1
#Day #1
#KuliahMatrikulasiBatch #5
#AdabMenuntutIlmu

 

2 thoughts on “#NHW1 -Matrik : Jadilah Spesialis !”

Tinggalkan Balasan