Pada agenda akademik Institut Ibu Profesional, pada akhir oktober 2020 saya masuk ke sebuah grup yang bernama transcity, baik grup whatsapp regional Bogor maupun grup facebook nasional.
Di grup transcity ini, kami diberikan semacam wawasan, persiapan dan masa tunggu dengan aktifitas yang cukup menarik. Salah satunya dengan mengumpulkan stamp sebagai bahan pertimbangan saat pendaftaran kelas nanti. Kebetulan, saya sudah lulus kelas Bunda Sayang dan sedang menanti kelas Bunda Cekatan.
Di fase menunggu, dibentuk semacam vacation dan ‘menginap’ berdasar kelas masing-masing didalam hotel. Adapun nama hotel untuk masa tunggu bunda cekatan adalah hotel asyik, maka saya fokus di unit ini. Agenda pertama sebagai syarat collecting stamp adalah mengisi petualangan wahana dengan menjawab beberapa pertanyaan.
Berikut adalah pertanyaan yang diajukan di petualangan wahana part 1 ini.
Apa tujuanmu mengikuti perkuliahan Bunda Cekatan?
Seperti yang tertera pada banner post blog ini ‘improve yourself‘. Artinya saya sedang berusaha menaikkan kapasitas diri. Sehingga di sini saya melangkah untuk berproses dari level sebelumnya (bunda sayang) naik setahap ke level yang akan datang (bunda cekatan). Sebab jika kita hari ini lebih baik dari yang lalu, maka kita akan menjadi manusia yang beruntung. Pun sebaliknya. Dan di dalam kelas nanti, selain mengembangkan sama-sama kapasitas, berlandas ilmu juga berjejaring bersama kawan yang lain. Karena kebutuhan seorang wanita terutama ibu, adalah bersosial. Dan ini adalah salah satunya melalui program kelas.
Cekatan dalam KBBI diartikan sebagai : cepat mengerti; pintar; cerdik; cepat dan mahir melakukan sesuatu; gapah; tangkas.
Menjadi sosok ibu yang cekatan tentu menjadi harapan dan idaman semua wanita. Maka di sini, saya mencari wadah yang tepat untuk menerapkan, menggali serta mengembangkan diri. Semoga bisa ya nanti.
Mengapa harus melakukan program tersebut?
Karena saya yakin, apa yang harus saya ubah sebelum meminta oranglain berubah adalah diri saya sendiri. Seperti yang Ibu Septi bilang, “for things to change, i must change first. Sayalah yang pertama kali harus berubah. Saya mulai menghargai profesi ini, dengan cara menetapkan jam kerja, dan menggantung ‘daster’ sebagai baju kebanggaan para ibu sehari-hari di rumah.”
Dari sana pula, sudah lama saya tak punya daster karena pakaian saya semuanya 1 uniform, pakaian spesial dan tak ada yang belel atau tak nyaman lagi digunakan, sebab sebagai ibu yang di rumah aja, pun perlu profesional, cantik menawan dan perlu menunaikan tugas dengan tepat dan baik. Semua perlu diatur.
Bu Septi tentu sudah meramu semua program ini dengan optimal sebagaimana pengalaman beliau belasan tahun sebelum ada IP berdiri. Termasuk program kelas bunda cekatan ini. Sebenarnya tidak harus menggunakan kata ‘harus’ (disini) untuk belajar sebagai seorang ibu. Diamanapun bisa. Namun jika sudah memiliki wadah, terjun, ada kesempatan, ada peluang, ada waktu, tenaga serta keinginan atau kemampuan, kenapa tidak mencoba dan melaksanakan program di sini? Tidak perlu keluar mencari menghabiskan waktu. Tinggal duduk menanti saja.
Salah satu hal kenapa saya berada di sini karena saya memiliki prinsip hidup, apapun itu jika sudah melangkah, maka lanjutkan. Termasuk ketika sudah melangkah dari tahun 2017 di sini, mengikuti tantangan di pra-matrikulasi, matrikulasi dan bunda sayang sebelumnya. Artinya, jika ada fasilitas dan kelompok yang sama-sama dalam satu tujuan untuk pemberdayaan diri sebagai perempuan, kenapa tidak untuk tidak mencobanya?
Apakah sudah yakin bahwa perkuliahan tersebut adalah jalan yang benar, baik dan bermanfaat?
Yakin, karena Ibu Septi merancang program ini sesuai dengan pengalaman serta proses belajar yang panjang. Value yang diangkat juga tidak berseberangan dengan prinsip yang saya jalankan.
Ibu Septi sudah seperti Ibu sendiri, karena usia beliau hampir sama dengan Ibu kandung saya (terlahir tahun 70-an) yang tentu sudah memahami ‘asam-garam’ kehidupan sebagai seorang ibu. Maka, saya yakin perkuliahan ini sudah didesain sedemikian rupa untuk mudah dicerna dan dipraktikkan oleh setiap mahasiswinya.
Bagaimana jika ditengah jalan menemukan hal yang sebaliknya? Apa yang akan dilakukan?
Saya sebagai generasi milennial muda, yang notabene menyukai tantangan, berjiwa terbuka terhadap perubahan tentu menunggu-nunggu momen belajar di setiap level. Walau selalu ada fase ‘naik-turun’nya namun setiap mengingat ‘perjuangan’ masuk di awal dan berproses hingga detik ini, tentu akan memperkuat kaki jika kondisinya di posisi turun.
Jika menemukan hal yang sebaliknya (semoga saja tidak ya), saya tentu akan memberikan masukan atau suara dengan adab yang sopan untuk menyampaikan hal tersebut. Saya meyakini bahwa semua hal di dunia ini tidak ada yang kaku dan eksak kecuali ilmu hisab (matematika) dan ilmu alam (fisika, biologi dan kimia- inipun seringkali ada perubahan juga, tergantung penelitian yang ada), di luar itu, semua pasti ada yang berubah. Jika tak ada perubahan, kehidupan akan stagnan.
Mindset seseorang yang bertumbuh tentu harus memiliki keterbukaan dalam hal berpikir dan menjernihkan apapun sebelum menyerap sesuatu. Setiap orang tentu tak seragam dan tak harus sama satu sama lain. Jika ada perbedaan opini, wajar. Selama tidak ada prinsip dasar yang melanggar value diri, saya rasa di luar itu masih bisa ditolerir atau diterima. Apalagi jika berkaitan dengan metode pembelajaran, simplify aja.
Demikian jawaban dari tantangan pertama dalam petualangan wahana part 1 ini. Sampai jumpa di petualangan selanjutnya.
NB. Tiket Misi 1 :

#PetualanganWahanaPerahuKano #WisatawanHotelAsyik #TrancityHarmoni #InstitutIbuProfesional
2 thoughts on “Petualangan Wahana #1 Pra-Bunda Cekatan”