REVIEW BUKU BACAAN

Review Novel The Privileged Ones

Buku bacaan yang menemani weekend di pekan kedua bulan Maret 2022 ini, salah satunya adalah Novel karya kak Mutiarini, The priviledge Ones. Novel Fiksi ‘young adult’ yang mengangkat mental health di kalangan dewasa muda sungguh jarang. Sepertinya ini novel kedua yang saya baca setelah dua tahun lalu membaca karya Winna Efendi yang menceritakan tentang kondisi trauma Harper -tokohnya- pada novelnya yang berjudul ‘Scars and Other Beautiful Things’. Hanya saja karena settingnya luar negeri, ada beberapa hal yang kurang bisa dipahami oleh orang Indonesia seperti saya yang awam akan hukum pidana seperti yang novel itu ceritakan.

Untuk The Priviledge Ones, saya merasa cukup relevan karena settingnya dari Indonesia. Saking serunya, saya membacanya sekali duduk, dari subuh hingga pagi sekitar pukul 7 pagi di hari Sabtu. Sungguh, super related tokoh yang kak Muti ciptakan dengan diriku di masa lalu.

Details

  • Judul Buku : The Priviledge Ones
  • Penulis : Mutiarini
  • Published : Maret 2022
  • Publisher : Gramedia Pustaka Utama
  • Bahasa : Indonesia
  • Jumlah Halaman : 248 halaman
  • Genre : Fiksi – Young Adult

Saya membelinya sepaket dengan goodie bag aka tas belanja. Ada juga dompet transparan warna oranye yang langsung diminta anak saya (warna Favoritnya) untuk jadi tempat pensil.

Goodie bagnya cukup praktis karena bisa dilipat kecil seperti ini.

Blurb

Tugas akhir mata kuliah Publisitas berubah menjadi kompetisi bergengsi yang diadakan oleh Universitas Pandawa dan Change TV. Para mahasiswa harus menciptakan kanal YouTube berkualitas yang mampu mengimbangi gempuran konten sampah yang banyak beredar.

Masalahnya, Rara hanyalah mahasiswi miskin penerima beasiswa dari desa kecil di pelosok Banyuwangi. Kedua teman sekelompoknya pun bisa dibilang mahasiswi rata-rata. Tidak mungkin kelompok mereka mampu bersaing dengan kelompok Diva yang semua anggotanya terlahir dari keluarga kelas sosialita Jakarta.

Jika diibaratkan perlombaan lari, Rara dan Diva memulai dari garis start yang sama sekali berbeda. Bagaimana mungkin mengalahkan orang-orang yang sejak lahir sudah memiliki segalanya?

Dengan dibantu Giri, seorang psikolog muda, kelompok Rara membuat kanal bertajul Soul Diary . Mereka bertujuan meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental. Sementara, kelompok Diva membuat kanal Second Chance Fashion yang mengusung tema upcycled fashion demi menjaga kelestarian lingkungan. Tak disangka, kompetisi sengit itu justru membuka mata Rara akan kebanyakan hidup yang tidak ia pahami sebelumnya. Termasuk, tentang arti privilese yang sebenarnya.

Review

Saya secara personal, ternganga membacanya. Karena page turner rasanya novel ini seolah sedang serius ‘bicara’ langsung pada diri sendiri di masa lalu. Apa yang Rara rasa, alami, lakukan, mirip banget dengan diri pribadi di masa remaja dan kuliah kala itu. Saya kuliah dengan full beasiswa, bekerja paruh waktu juga. Bedanya, nilai IPK tidak setinggi Rara, hehe.

Namun, ada satu hal yang cukup membuka pikiran dan mata. Setiap episode YouTube yang ditayangkan oleh Rara, seluruhnya mengandung wawasan yang jelas terkait isu kesehatan mental. Entah bagaimana itu riset mendalamnya penulis, bisa mengurutkan plot demi plot secara halus dan bermakna.

Hanya tentu saja, ada yang menurut kacamata saya, kurang pas. Terkait dengan pengakuan sosok lelaki yang disukai Rara, pernyataannya ingin banget saya ubah. Selain karena ‘takutnya’ jadi hal yang dianggap biasa oleh pembaca, namun bagi nilai kehidupan saya, justru sosok lelaki itu yang perlu digali lagi dan diterapi, sebab agak aneh, nyokapnya psikiater kan. Hihi. Maaf ya kak Muti, kalau baca ini dirasa agak spill, mungkin nanti bisa saya edit lagi.

Namun, overall, 4/5 untuk novelnya. Saya suka. Sepertinya ini Novel memberikan napas baru di dunia Fiksi Young Adult, mengangkat tema agak serius dengan cerita yang melekat dengan keseharian yang mudah dicerna. Applause untuk kak Muti, penulisnya.

Pasca Membaca Novel Ini

Saya punya akun podcast yang kadang saya isi suka-suka, suara inner child. Setelah membaca novel ini, saya jadi ingin berceloteh seputar inner child saya. Agak relate dengan novelnya kak Muti. Tapi di sini saya tidak membahas cerita Novelnya ya, tapi lebih ke diri sendiri. Bisa didengarkan di akun Anchor atau di spotify :
Selamat mendengarkan ^^

Tinggalkan Balasan